[18] Drunk

2.9K 316 263
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca 😚😘😙

Pamela's POV

Harry telah selesai menelfon Maddie, sedangkan Aku berpura-pura tertidur dan memeluk tubuhnya erat. Dia tidak akan berani pergi jika seperti ini, "Pamela," panggilnya dan mengelus pipiku. Aku mendengus, dia pasti akan pergi.

Aku mengeratkan pelukanku, Pura-pura sedikit mendengkur dan menenggelamkan wajahku pada dadanya. "Pamela, bangun," ujarnya dan menggoncang bahuku.

Aku membuka mataku, Pura-pura mengeceknya tanda Aku benar-benar sudah tertidur. "Kenapa?" tanyaku kecil.

"Aku harus pergi, Aku akan ke Rumah Maddie, dia tidak bisa tidur menahan sakitnya," ujar Harry membuatku menatapnya tak percaya. Kupikir ia akan menetap seperti kemarin.

"Tidak bisakah kau menetap disini? Kau bisa menyuruh Kakak Maddie untuk menemani Maddie, itu guna nya sebagai saudara," ujarku dan Harry menggeleng. Bukankah ini pertama kalinya Aku melarangnya pergi menemui Maddie?

"Aku akan membelikannya obat pereda nyeri seperti kemarin di Apotek," ujar Harry dan melepaskan tanganku yang memeluk tubuhnya. Aku terdiam, menatap tanganku yang ia letakkan pada kasur dan dia berdiri dari kasur ku.

Dia memungut pakaiannya dan mulai memakainya, dia masih memakai pakaian Jas formal yang tadi ia gunakan untuk makan malam bersama keluargaku. Aku berdiri di depannya, "Dia sangat manja, kenapa sedikit - sedikit menelfon mu? Apakah Siena tidak bisa diandalkan?" ujarku tepat di depannya.

Kepalaku sedikit berputar, akibat dari Liquor yang masih ada didalam tubuhku. Aku menatapnya nanar, sambil memegangi kepalaku, "Dia selalu merepotkan mu! Ini waktunya tidur, Harry!" pekik ku.

Harry tampak terkejut dengan apa yang baru saja kulakukan. "Pamela, dengar. Maddie sedang sakit, kau bisa melanjutkan tidurmu," ujar Harry, dia memegang lenganku dan menuntunku untuk kembali menuju kasur.

Aku menyentak tangannya dari lenganku, membuat tangan besar miliknya terlepas. "Kau selalu saja begitu! Ini bukan masalah Aku tidur atau tidak! Ini masalah kau, dan Maddie. Tidak bisakah ia menjadi sedikit lebih mandiri?" ujarku dan Harry tampak mengeraskan rahangnya.

"Lalu, apa masalahmu? Apa masalahmu jika Aku pergi menjaga Maddie? Itu sama sekali bukan urusanmu," ujarnya membuatku terdiam, Aku menatapnya tak percaya. Apa urusanku?

"Urusanku, tidak bisakah ia membiarkan kau istirahat sebentar saja? Bisakah ia tidak manja? Aku sudah terlalu muak membiarkanmu pergi disaat waktu yang tidak tepat," ujarku, wajah Harry didepanku sudah seperti berputar. Oh, Liquor sialan yang ada didalam cokelat itu benar-benar membuatku seperti melayang. Dan sialnya karena itu juga Aku berani membentak Harry.

"Pamela, itu sama sekali bukan urusanmu. Aku yang menjaga Maddie, bukan kau. Apakah kau merugi karena itu?" tanyanya dan Aku menatapnya, tergelak. Dia sama sekali tidak mengerti, Aku memikirkan dia, sedangkan Harry sama sekali tidak memikirkan dirinya sendiri.

Aku menatapnya tidak percaya, sepenting itukah Maddie? Okay jika Maddie hanya hidup sebatang kara, tidak ada saudara atau apapun. Maddie memiliki saudara yang kapan saja bisa ia andalkan? Perlukah ia setiap waktu menelfon Harry hanya sekedar untuk membelikannya obat dan menemaninya untuk tidur? Apa gunanya ia memiliki kembaran, Siena.

"Oh Tuhan, Harry! Lihat ini jam berap---"

"Pamela!"

"Baiklah, jika itu mau-mu. Pergilah, jaga Maddie," ujarku dan duduk di pinggiran ranjang. Menatapnya yang juga menatapku dengan datar, wajahnya menyiratkan kemarahan, kebingungan, dan semuanya. Aku tidak mengerti itu. Aku tidak peduli.

Cruel [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang