Tapi terkadang pula, adiknya itu bisa sedikit menghibur Rio yang sedang diserang bad mood.

Reon terlihat memiringkan kepalanya dengan mata bulat yang menatap penuh tanya ke arah Rio. "Hujan?" tanyanya terlihat begitu penasaran.

Rio menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, yang kemudian direspon Reon dengan sorakan penuh kebahagiaan. "YEYY, HUJAN..." ucapnya yang kemudian segera berlari menuju pintu depan. Setelah mengulaskan senyum tipis, Rio melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Berjalan menuju tangga dengan muka kusut dan sama sekali tidak enak dipandang.

Samar-samar, ia mendengar suara Hana yang masih duduk di tempatnya. "Adek mau kemana?" suaranya terdengar seperti setengah berteriak.

"Eon mau mandi hujan, Bunda!"

Rio menaikkan sebelah alisnya. Mandi hujan dengan apa, jika langitnya saja sedang cerah seperti sekarang ini. Ahh, adiknya itu memang sangat bodoh. Mungkin lebih tepatnya hanya kurang cerdas saja.

***

Rio terpaksa membuka kelopak matanya saat tangannya terasa terguncang, semacam diguncangkan oleh dunia rasanya. Perasaan kesal tentu saja menyelimutinya. Tidur merupakan suatu hal yang menyenangkan untuk dilakukan, tapi kesenangannya itu hancur begitu saja dalam sekejap.

"Apaan, sih?!" tanyanya dengan nada tak santai, masih berusaha menyesuaikan cahaya yang ada di sekitar.

"Abang, ayo! Eon mau nemenin kucing yang ada di rumah kakak cantik." Reon menarik-narik tangan Rio. Seolah hal tersebut bisa membuat Rio bangun walaupun tenaganya tak seberapa. "Kucingnya nggak punya temen, kasihan Bang."

"Sok tahu Lo! Lagian Lo kira gue PHP!" sahut Rio sebal. Ia lantas menaikkan selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Reon mendadak berhenti merenggek. Rio yang tiba-tiba saja diserang penasaran lantas menyembulkan kepalanya dengan satu alis yang naik ke atas. "Apa?"

"Bang, PHP itu apa?"

Rio memang lupa jika adiknya itu sangat ingin tahu dengan segala hal yang baru. "Peduli Hidup Perkucingan!"

"Abang bukan PHP?" tanya Reon dengan wajah penasaran yang ketara.

"Bukanlah!" sahutnya cepat. Ia, kan, anak baik-baik, udah gitu ganteng lagi. Memangnya tampang Rio ini terlihat semacam cowok PHP apa? Ada-ada saja Reon ini!

"Tapi Eon PHP, Bang."

Rio membulatkan matanya. Manatap Reon yang dengan santai mengakui perbuatannya, entah ucapan bocah tersebut benar atau tidak. Wajah Reon yang terlihat polos seakan menampakkan sisi kemunafikan bocah tersebut. "Set dah, bocil banyakan gaya. PHP apaan coba?"

"Itu... peduli hidup perkucingan."

Rio menghembuskan nafasnya lega. "Kirain," gumamnya yang ternyata terdengar jelas di telinga Reon.

"Kirain apa, Bang?" Reon kembali bertanya dengan wajah serius. Memandang Rio tanpa kedip seolah menanti-nanti jawaban yang baik dan benar agar ia tidak perlu remidi nantinya.

"Peduli Hidup Perempuan!" sahutnya kesal. Ia lantas segera beranjak dari kasur setelah menyambar ikat kepalanya dengan kasar. Sepertinya kemana pun Rio pergi, ikat kepala tidak pernah absen dari kepalanya. Rasanya saat ia pergi tanpa ikat kepala, sama tidak enaknya saat ia pergi tanpa membawa ponsel atau pun dompet. "Buruan!"

Reon bersorak dalam hati, karena jika ia menunjukkan sisi bahagiannya secara langsung, bisa-bisa Abangnya itu berubah pikiran dan memilih melanjutkan tidurnya. Ia lantas menuruni ranjang dengan senyum kelewatan lebar.

 BLUE [Completed]Where stories live. Discover now