CHAPTER 39

5.8K 198 4
                                    

1 Month Later...

Rose terlihat sangat cantik dengan gaun pernikahannya. Tangan kanannya sudah merangkul Thomas yang menuntun langkah mereka memasuki sebuah gereja katedral. Sedangkan tangan kirinya membawa satu bucket bunga mawar putih.

Pintu terbuka dan terlihat Nial yang berdiri tegap di depan altar dengan tegang. Matanya tak lepas dari langkah pelan Rose dan Thomas, hingga tanpa sadar air matanya menetes. Ia segera menunduk dan menghapus air mata itu, sampai akhirnya Rose sampai di hadapannya.

Thomas yang terlihat sangat gagah sebagai Ayah dari sang pengantin wanita itu ikut meneteskan air matanya saat ia akan menyerahkan Rose pada Nial, yang juga berarti ia harus melepas tanggung jawabnya atas Rose untuk Nial.

"Jaga dia untukku, nak," bisik Thomas pada Nial dengan senyuman harunya. Thomas akhirnya duduk di sebelah Vanya melihat Rose dan Nial saling berhadapan untuk mengucap janji pernikahan.

"I, Xavier Danial Clark, take you, Rossi Guena Alphard, to be my wife.  I promise to love and respect you today, to be better, worse, to be rich, to be poor, to be sick, and to have health all the days of our lives, until death separates us." Nial berhasil mengucap janjinya dengan tangan yang meremas tangan Rose.

"I, Rossi Guenna Alphard, take you, Xavier Danial Clark, to be my husband. I promise to love and respect you today, to be better, worse, to be rich, to be poor, to be sick, and to health all the days of our lives, to  death separates us," balas Rose yang akhirnya membuat mereka menghembuskan napas lega.

Setelah itu mereka mulai memasangkan cincin pernikahan di jari masing-masing, lalu Nial mencium bibir Rose dalam sampai keluarga yang hadir ikut menyorakinya karena terbawa suasana.

Acara upacara pernikahan tersebut akhirnya selesai. Rose dan Nial pun akhirnya keluar dari gereja yang di sambut hangat oleh keluarga dan sahabat yang hadir disana. Sekarang saatnya Rose melempar bucket bunga di tangannya. Dengan membelakangi para hadirin Rose dan Nial memegang bucket mawar putih itu dengan tersenyum.

Dalam hitungan ketiga itu akhirnya mereka melempar bucketnya dan di dapatkan oleh Ben. Para gadis yang tidak mendapatkannya mendesah kecewa namun berbeda dengan Rachelle yang justru meloncat-loncat dengan heboh di sebelah Ben.

"YA TUHAN AKU AKAN SEGERA MENYUSUL KALIAN!!!" teriaknya membuat semua tamu itu tertawa.

Berhenti sampai di situ, akhirnya Rose dan Nial pulang. Mereka kembali ke kediaman Clark karna rencananya resepsi akan di adakan bulan depan dan malam ini hanya di isi dengan makan malam antara dua keluarga, sebenarnya rencana awal resepsi akan di adakan satu minggu setelah upacar pernikahan. Namun, karna pekerjaan Nial yang sudah terlalu menumpuk. Akhirnya mereka mengundur tanggal resepsi menjadi satu bulan setelah upacara pernikahan di laksanakan.

"Kami sudah menyiapkan kado untuk pernikahan kalian." Vanya tersenyum sambil menyodorkan kotak kado berukuran sedang pada Rose dan Nial.

Kini mereka semua sedang duduk di ruang santai di temani perapian yang menyala. Rose dan Nial salung pandang lalu membukanya bersama.

"Kunci?" Rose menatap semua orang di sana dengan bingung.

"Kunci mansion, disana sudah ada semua alat yang mungkin akan kalian butuhkan dan juga mobil tentunya. Ah, ada beberapa maid dan sopir serta yang lainnya, alamatnya tertera di dalam kotak." Elina menjawab dengan menggebu-gebu.

"God! Kalian tidak perlu melakukan itu, kami berdua memang masih akan tinggal di apartement dan membeli rumah dengan uang yang kami kumpulkan sendiri." Rose tersenyum sendu.

"Kami sudah menyiapkannya, nak. Kau tidak boleh menolak itu," ujar Hans sambil menggenggam tangan Rose.

Rose dan Nial akhirnya hanya tersenyum dan menurut.

DARK ROSE ✅Where stories live. Discover now