CHAPTER 37

5.8K 223 1
                                    

Np : Please Forgive Me-Bryan Adams

🌹🌹🌹

"Please forgive me, I can't stop lovin' you"
~Bryan Adams-Please Forgive Me~

🌹🌹🌹

"Sayang, jika nanti aku hamil dan dia perempuan, aku ingin memberinya nama Khloe Faith Clark. Bagaimana menurutmu? Atau Sky Ruth Clark?"

"That's sounds good, Baby, yang terpenting jangan lupakan marga Clark akan selalu ada di belakangnya. Lalu nama apa yang akan kau berikan jika dia laki-laki?"

"Ku rasa kau ingin memberinya nama juga."

"Bagaimana jika Andrew King Ruel Clark?"

"Itu nama yang indah. Oh, aku membayangkan hidupku yang akan sangat bahagia bersama kalian."

"Ya, Sayang. Tentu kita akan berbahagia bersama anak-anak kita nanti."

🌹🌹🌹

Elina menatap cemas Nial yang masih saja menutup mata sejak tiga hari yang lalu. Ia mengusap peluh yang keluar di sekitar pelipis Nial dengan lembut.

"Bangunlah, nak. Jangan membuat Mom khawatir." Elina menitikan air matanya.

Dokter berkata bahwa Nial hanya terlalu lelah dan banyak pikiran, sebelumnya ia sudah pinsan selama lima hari. Dan baru saja ia sadar ia kembali menutup mata sampai sekarang. Elina sangat mengkhawatirkan keadaan putra semata wayangnya. Hans hanya bisa mengusap bahu Elina pelan dan menenangkan istrinya tersebut dengan kalimat-kalimat penenang.

"Sayang, berhentilah menangisi Nial. Kau harus lihat jika selama hampir satu minggu ini kau jarang menyentuh makananmu, makanlah terlebih dahulu. Bukankah tidak lucu jika nanti Nial tersadar dan kau yang jatuh sakit?" jelas Hans dengan nada lembutnya.

"Apa yang kau pikirkan, Hans?! Nial belum membuka matanya! Mana mungkin aku membiarkan dia terus menutup mata seperti ini." Elina menyentak tangan Hans dengan sedikit kasar.

Hans menghela napasnya pelan. "Iya. Aku tahu kalau kau khawatir, aku juga khawatir dengan kondisinya. Tapi kau juga harus memikirkan dirimu, jika kau sakit, siapa yang akan merawat Nial? Tidak mungkin aku, bukan?"

"Mom, makanlah terlebih dahulu, aku ingin bergantian menjaga, Nial," ujar seseorang yang baru saja masuk bersama Thomas.

Elina dan Hans menatap orang tersebut dengan tatapan harunya. Hans menyingkir ke samping agar Elina bisa memeluk seseorang itu.

"Bagaimana bisa kau disini, sayang? Kau harus banyak beristirahat," tukas Elina mengusap punggungnya.

"Rose..." Nial mendesis saat membuka mata dan pening langsung menerpa kepalanya.

Semua orang yang ada di ruangan tersebut menoleh ke arah bangsal besar yang masih di tempati Nial. Nial terlihat mengerjapkan matanya dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Nial, kau sudah sadar? Apa yang kau rasakan, nak?" tanya Elina. Sedangkan Hans sudah berlalu untuk memanggil dokter.

"Rose." Nial menggumam sambil terus menyesuaikan pandangannya pada seseorang yang duduk di kursi roda itu. "Rose, kau kah itu?" gumamnya lagi.

Elina hampir saja meneteskan air matanya. Ia segera memeluk Nial dan mengusap punggungnya pelan. "Nial..."

Nial melepas pelukan Elina dan segera beranjak turun dari bangsal dan melepas infusnya secara paksa. Ia terduduk di hadapan seseorang itu. "Maafkan aku..." lirih Nial menciumi kedua punggung tangan Rose.

DARK ROSE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang