CHAPTER 10

5.9K 322 12
                                    

Nial yang baru saja keluar dari mobilnya, di kejutkan oleh mobil Porsche putih yang melaju dengan cepat terparkir di sebelah mobilnya. Seorang gadis berambut hitam panjang yang bergelombang menggunakan baju bermodel sabrina top keluar dari mobil Porsche tersebut.

"Selamat pagi, Baby boy." sapa gadis tersebut diiringi kerlingan matanya.

Nial salah mengira jika Rose lebih baik dari pada Grace. Nyatanya mereka sama - sama membuat Nial sebal.

Nial segera menutup pintu mobilnya dan berlalu dengan wajah datarnya. "Aku dengar kau mahasiswa yang sangat cerdas. Benarkah?" Rose sudah menyamai langkahnya.

"Aku tidak pernah mengatakannya." Ujar Nial dengan cuek dan membetulkan letak ranselnya.

"Sudah ku katakan jangan kaku di depan seorang wanita, baby boy." Rose menghadang langkah Nial yang membuat Nial berhenti mendadak dan menabraknya. Dengan refleks, Nial meraih pinggul Rose. Jarak wajah mereka sangat dekat, kedua tangan Rose terulur mengusap rahang kokoh Nial yang terlihat bersih. Mungkin ia baru saja memangkas jambangnya.

"Kau romantis sekali, Baby boy." Rose menyunggingkan senyumnya lalu mengecup bibir Nial sekilas.

Oh, shit! Double shit! Triple shit!

Nial merasa aneh dengan dirinya yang tidak marah atau kesal dengan kecupan singkat tersebut. Biasanya ia akan marah jika Grace memanggilnya atau menggelayut pada lengannya.

"Dasar, Bitch!" teriak suara melengking dari belakang Nial dan di susul dengan tamparan keras di pipi Rose.

"What the fuck!" Rose memegangi pipinya yang kembali memerah seperti semalam. Dan pelaku penamparan tersebut adalah orang yang sama.

"Dua kali kau menaparku, jalang! Kau tidak tau siapa aku, hah?!" emosi Rose sudah meledak. Nafasnya tidak beraturan.

"Aku... ROSSI GUENA ALPHARD. Anak dari pemilik universitas yang kau pijakan kakinya. Aku putri tertua Alphard!" Rose menjelaskannya dengan penuh penekanan di setiap katanya.

"Aku tidak peduli walaupun Ayahmu seorang Presiden sekalipun." Grace tersenyum miring.

Wajah Rose semakin memerah dengan amarahnya. Sampai sentuhan lembut di tangannya membuatnya lebih tenang. "Pipimu memar, sudut bibirmu terkoyak. Jangan urusi dia, aku akan mengobatimu." Nial berkata dengan datar lalu menarik Rose keluar dari kerumunan para mahasiswa yang entah sejak kapan mengelilingi mereka.

Mereka sampai di depan klinik yang tersedia di kampus tersebut. Rose sudah duduk di tepian bangsal, sedangkan Nial sedang meminta obat - obatan pada dokter yang berjaga hari itu.

Nial mengompres memar di pipi kanan Rose dengan hati - hati. Setelah itu, ia membersihkan sudut bibir kanan Rose yang sedikit terkoyak karna tamparan keras dari Grace. Rose meringis saat merasakan alkohol mengenai luka di sudut bibirnya. Selesai mengobatinya. Nial membereskan kotak obatnya dan akan mengembalikannya pada dokter tadi. Namun sebelum itu, Rose menahan pergelangan tangannya terlebih dahulu. Ia menoleh dengan kedua alis mengerut.

Ia membawa tangan kiri Nial pada pipi kanannya yang memar, lalu menggerakannya solah Nial mengelus pipinya. "Your mine, Baby boy." ujarnya lirih.

Nial masih belum bisa mencerna apa yang sudah Rose lakukan seakan ia tersihir oleh mata cokelat bening milik gadis tersebut. Sampai saat Rose menolehkan wajahnya ke kanan dan mencium telapak tangan Nial dengan lembut kemudian menatapnya dengan senyum lembut.

"Sekali aku mengatakan kau milikku, kau tetap milikku, Xavier Danial Clark." Rose beranjak dari duduknya berdiri sejajar dengan Nial dan membawa tangan Nial untuk memeluk pinggulnya.

DARK ROSE ✅Место, где живут истории. Откройте их для себя