CHAPTER 2 (REVISI)

7.2K 364 3
                                    

"Selamat malam, Uncle Al." Gillbert tersenyum canggung menatap Ayah Khayla.

"Selamat malam, Gillbert. Ada apa?" Alphard langsung menanyakan tujuan kedatangan Gillbert ke mansionnya.

"Emm... Gill ingin mengajak Khayla keluar malam ini, apakah boleh?" ada sedikit nada ragu dalam ucapan Gillbert.

Percaya atau tidak, selama perjalanan kemari Gillbert memikirkan kata - kata yang pas untuk meminta izin pada Ayah gadis yang mengambil hatinya itu.

"Gillbert, bukan Uncle melarang kalian berkencan. Tapi kalian masih kecil, oke? Junior high school. Kau juga belum mendapat surat izin mengemudimu, bagaimana Uncle mempercayakan Princess kecil Uncle padamu? Apa kau bisa bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu pada Khayla?" jelas Alphard panjang lebar.

Gillbert terdiam sambil menunduk menatap kakinya yang bergerak gelisah.

"Dad, malam ini saja, please? Aku sudah berdandan masa tidak boleh? Kasihan Gill juga, Dad." Khayla ikut memohon dengan puppy eyesnya.

"No Princess. Sekali Daddy bilang tidak, tetap tidak." ujar Alphard tak terbantahkan.

"Dad, ayolah..." sekali lagi Khayla mencoba dan hasilnya sama saja. Alphard menggelengkan kepalanya. "Daddy jahat. Daddy tidak sayang, Khay." teriak Khayla berlari memasuki mansion.

"Gillbert, maafkan Uncle. Uncle hanya tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa kalian." Alphard berdiri dari duduknya. "Kau bisa datang ke mansion ini kapanpun. Tapi untuk berkencan dengan Khayla, bersabarlah sampai kau berumur tujuh belas tahun." Alphard tersenyum pada teman laki - laki putrinya tersebut.

"Baik, Uncle. Kalau begitu, Gill pamit pulang." Gillbert masih tersenyum canggung. "Permisi, Uncle." ada nada kecewa dari kalimatnya. Gillbert mulai berjalan menuju mobilnya dengan bahu yang sudah tidak setegap tadi.

Alphard segera memasuki mansionnya. Ia berpapasan dengan Rose yang terlihat sangat cantik dengan baju kaus tanpa lengan yang pas di tubuhnya berwarna kuning dan di padukan dengan rok mini berwarna hitamnya. Rambut hitamnya di biarkan tergerai dan make up seperti biasanya.

"Dad, aku akan pergi ke pesta ulang tahun, Frans." Rose mencium pipi Daddynya.

"Hati - hati dijalan, Princess." pesan Alphard.

"Okay, Dad." Rose segera berlalu menuju mobil yang sudah disiapkan oleh salah satu pelayan di rumahnya.

Sedangkan Alphard mulai menaiki lift untuk menuju ke lantai 4. Dimana letak kamar para anak - anaknya berada. Ia akan mendatangi kamar putri kecilnya tersebut.

"Daddy tidak pernah sayang, Khay. Daddy hanya sayang pada Rose, Darel, dan Kharel saja. Khay benci Daddy, Khay tidak suka Daddy." teriak Khayla memukul bantal di pangkuannya.

Vanya yang sudah berada di samping gadis tersebut langsung memeluknya erat berusaha meredakan tangisnya.

"Khay dengarkan, Mommy." Vanya memberi jarak di antara dirinya dan Khayla. "Dad itu Ayah dari Rose, Darel, Kharel, dan tentu saja Khayla. Daddy tidak pernah membedakan kalian. Daddy selalu berlaku adil. Tidak ada orang tua yang tidak sayang pada anaknya." Vanya menjelaskan sambil mengusap kedua bahu Khayla dan sesekali mengusap rambut kecoklatan milik Khayla.
"Kalau Daddy sayang sama Khay, kenapa Daddy tidak memberi izin untuk Khay pergi dengan Gill? Sedangkan Rose? Dia sedang pergi ke pesta Frans dan Rose di izinkan. Ini tidak adil Mom." tangis Khayla kembali pecah.

DARK ROSE ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora