CHAPTER 9

5.7K 276 2
                                    

Nial memasuki hall yang di dekor cukup mewah. Ia akan menemui Ayah dan Ibunya yang sudah menunggunya.

"Akhirnya kau datang juga nak." Elina merangkul lengan kanan Nial.

"Aku tidak mungkin menolak ajakan Dad, Mom." Nial tersenyum untuk ibunya. "Mana Daddy, Mom?"tanyanya.

"Daddy ke toilet, sayang. Tunggulah disini bersama Mommy. Mommy juga akan mengenalkanmu pada Sahabat Mommy." Elina tersenyum.

"Elina." Suara lembut terdengar dari belakang Nial dan Ibunya.

Mereka menoleh dan mendapati Sepasang Suami Istri yang terlihat serasi walau sudah berumur kepala Empat atau mungkin Lima?.

"Vanya." Elina melepas rangkulannya pada Nial lalu berjalan dengan anggun menuju Vanya dan Thomas.

"Mana Putrimu, Vanya?" tanya Elina setelah menciun kedua pipi Vanya.

"Putriku sedang ke toilet, Elina." Vanya tersenyum.

"Ah, iya. Ini Putraku, Xavier Danial Clark." Elina menarik Nial agar lebih mendekat ke Vanya dan Thomas.

"Kau terlihat seperti Hans beberapa tahun yang lalu, Nial." Vanya menatap kagum pada Nial.

Betapa sempurnanya ciptaan Tuhan yang satu itu...

"Karna aku Putra Hans, Aunty." Nial tersenyum.

"Kau pewaris tunggal keluarga Clark kan, Nial?" giliran Thomas yang bertanya.

"Bisa di bilang begitu, Uncle." lagi - lagi Nial tersenyum.

"Apa aku terlambat bergabung dalam obrolan ini?" tanya Hans yang datang dari belakang Elina.

"Tentu saja tidak, Hans." Vanya tersenyum dengan anggun.

"Bagaimana kabar kalian?" Hans menyalami Vanya dan Thomas secara bergantian.

"Kami baik, Hans." jawab Vanya.

"Ku dengar, kau baru saja memenangkan tender dari Indonesia, Hans." ujar Thomas.

"Bisa dibilang begitu, Thomas." Hans mengangkat bahunya.

"Dan kau akan membangun hotel di Lombok? Benar?"

"Hais, jangan berbicara tentang pekerjaan disini, Thomas." Elina menyela perbincangan dua Pengusaha sukses tersebut.

Mereka terkekeh. "Kau benar, wifey. Kau bisa datang ke kantorku besok untuk menandatangani kontrak kerja sama kita, Thomas." ujar Hans masih di susul kekehannya.

"Semudah itu? Apa aku seistimewa itu, Hans?" tanya Thomas menyeringai jail.

"Bisa di bilang begitu, Thomas." lalu mereka berdua tertawa.

Baik Vanya, Elina, atau Nial menatap bingung kedua laki - laki dewasa itu. Suasana mendadak hening dan hanya terdengar keributan. Semua orang memperhatikan dua gadis yang saling beradu mulut di tengah hall.

Oh god. Thomas menghela nafas. "Rose membuat keributan." ia berjalan lalu di ikuti Elina dan keluarga Clark.

"Kau menumpahkan minuman ke gaunku, bitch!" seru Rose dengan wajah yang sudah merah padam.

"Kau yang memulainya! Dan jangan panggil aku bitch, bitch!" seru gadis di hadapan Rose dengan wajah yang sama merahnya.

"Apa yamg kalian ributkan?!" Bentak Thomas menengahi dua gadis itu.

"Nial!" Gadis dihadapan Rose memeluk lengan Nial yang sudah berdiri diantara kedua orang tuanya.

"Nial, kau mengenalnya?" Rose bertanya.

DARK ROSE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang