CHAPTER 23

4.3K 218 8
                                    

"Mommy yang selalu memotong penjelasanku." Nial. Membela dirinya.

"Sudahlah, Elina. Memang belum saatnya mereka punya anak." Hans turut membela putranya.

"Ya sudah, maafkan mom ya, Nial, Rose." ujar Elina.

"Tidak apa - apa, Mom. Justru kami yang seharusnya minta maaf karna menunda jumpa pers." Kata Rose menggenggam tangan Nial.

"Kesehatanmu lebih penting, Rose." Vanya tersenyum lembut.

"Kita lupakan saja masalah jumpa pers. Sebentar lagi kalian akan bertunangan, dan kabar itu akan mematahkan semua presepsi buruk tentang hubungan Nial dan Rose." usul Thomas.

"Aku setuju dengan usul Daddy." ujar Rose.

"Kalian sudah membeli cincinnya bukan?" tanya Hans.

"Kemarin malam kami sudah menemui Lisa, mungkin lusa cincinnya sudah bersama kami." jawab Rose.

Mereka terus berbincang bincang mengenai persiapan pertunangan antara Nial dan Rose. Sampai waktu menunjukan pukul dua belas siang, para orang tua tersebut berpamitan untuk pulang.

"Aku selalu merasa ada yang aneh tentang Ellisa, Nial." ujar Rose setelah hanya tersisa mereka berdua di arapartemen tersebut.

"Apa yang aneh?" Nial menatap Rose sambil menggenggam tangannya.

"Kenapa dia selalu memknta bantuanmu? Apa dia tidak punya kerabat atau saudara? Apa satu - satunya orang yang bisa ia mintai tolong hanya kau? Kemana suaminya? Kenapa—

"Rose, jangan bahas dia. Aku tidak mau kita bertengkar karna Ellisa lagi." potong Nial dengan nada memohon.

Rose menghela nafasnya kasar lalu mengangguk dan tersenyum. "Aku juga."

Nial ikut tersenyum dan mengelus puncak kepala Rose dengan lembut. "Ada yang belum kita siapkan untuk pertunangan kita?"

"Sepertinya kita sudah mempersiapkan semua, Nial."

"Rose."

"Hmm..."

"Apapun yang terjadi saat kita berhubungan jarak jauh nantinya, kau harus percaya padaku. Kau mengerti?"

"Siapa yang bisa ku percaya selain dirimu, Nial?"

"Aku akan merindukanmu."

"Kau mengucapkan kalimat romantis tapi wajahmu sangat datar." protes Rose beranjak dari sofa.

"Bukan ekspresi yang harus kau lihat, kau bisa tau aku mengatakannya dengan tulus walau wajahku datar." Nial menyusulnya.

Rose menahan senyumnya dengan menggigit bagian dalam bibirnya. "Kau selalu bisa membuatku kehabisan kata - kata." ujar Rose lalu menghempaskan diri ke sofa yang ada di dalam kamar tersebut.

"Apa kau mengambil cuti untuk kuliahmu?" tanya Nial setelah menaruh satu botol bir di meja.

"Aku sudah tidak akan berangkat kesana mungkin, sampai nanti aku berangkat ke Jerman."

"Dan jika Grace terus membuntutiku, kau rela?"

"Akan ku potong kedua kakinya agar dia berhenti mengikutimu." Rose mengepalkan kedua tangannya di atas pangkuan.

Nial tersenyum kecil lalu menarik Rose kedalam pelukan hangatnya.

🌹🌹🌹

Hari pertunangan Rose dan Nial telah tiba. Rose dengan dress backless berwarna putih dan sederhana juga Nial yang memakai Setelan jas putih dengan dasi kupu - kupu hitam terlihat elegan berdiri di podium yang sudah di siapkan.

DARK ROSE ✅Where stories live. Discover now