CHAPTER 3

6.1K 358 1
                                    

Pukul satu malam, pesta ulang tahun itu berakhir. Rose kembali kerumahnya seorang diri. Ia masih memikirkan Noura yang sepertinya bertingkah aneh selama beberapa hari ini. Ada apa dengan sahabatnya itu?

Tak terasa Rose sudah memasuki pelataran mewah mansionnya. Ia akan segera mandi dan tidur, melupakan masalah Noura yang sifatnya berubah akhir - akhir ini.

Ia memasuki pintu utama dan segera berjalan kearah lift dengan gontai. Saat ia akan menutup lift, pintu itu di cegah oleh seorang laki - laki yang berumur lebih muda darinya menggunakan jubah mandi dan rambut yang basah. Ia ikut masuk kedalam lift.

"Kharel? Kau bisa sakit berenang pada tengah malam seperti ini" Ada nada ke khawatiran pada Rose saat melihat adiknya itu dengan bibir yang sudah berubah pucat.

"Tak apa, Rose" Kharel menyugar rambutnya. "Kau sendiri baru pulang? Apa kau pulang sendiri?" Kharel balik bertanya pada kakaknya.

"Ya, pestanya baru selesai. Dan aku pulang sendiri" jawab Rose sekenanya.

"Kemana, Frans? Kenapa dia tidak mengantarmu?"

"Frans sedang ke apartemen barunya yang aku belikan. Dan aku tidak mungkin ikut dengannya karna sudah tengah malam seperti ini" Rose menggedikkan bahunya.

Lift berdenting tanda mereka sampai di lantai yang mereka tuju.

"Rose?" panggilnya setelah mereka keluar dari lift dan menuju kamar masing - masing.

"Ya?" Rose menatap adiknya.

Ada keraguan dalam mata Kharel untuk mengatakan yang sejujurnya pada kakaknya tersebut. "Frans bukan orang baik, jaga jarak aman dengannya" ujarnya setenang mungkin.

"Kau tenang saja, Kharel. Dia baik, dan kami sudah menjalin hubungan hampir dua tahun" Rise tersenyum.

"Emm... Baiklah, jaga dirimu, Rose" Kharel membuka pinti kamarnya. "Good nite, Rose"

"Nite, Kharel" Rose menghela nafasnya lalu tersenyum. Ia senang jika Kharel memperhatikannya, mungkin karna Kharel memiliki sifat pendiam dan jarang memberikan perhatian.

Di dalam kamar, Kharel merebahkan tubuhnya pada bed kingsize miliknya dengan kedua lengan di gunakan sebagai bantalnya. Matanya menatap ke langit - langit kamar seperti memerawang kejadian beberapa hari yang lalu saat ia sedang berada di cafe bersama Darel.

Ia masih tak menyangka kekasih dan sahabat kakaknya bermain api di belakang kakaknya. Ia berjanji akan menghajar siapapun yang menyakiti Rose. Dan itupun berlaku pada Khayla. Ia akan menghajar siapapun yaang menyakiti salah satu atau kedua putri Alphard tersebut.

▶⚪⚫⚪◀

Flashback

Darel yang sedari tadi mengoceh panjang lebar dan tidak di tanggapi oleh Kharel memilih bertanya pada adiknya yang lahir tujuh menit setelah dirinya itu. "Ada apa, Kharel?"

Kharel masih bergeming dengan tatapan yang fokus. "Kharel, Tiffany sedang bersama Dominic!" ujar Darel sengaja memancing adiknya tersebut. Dan terbukti, Kharel mengikuti arah tunjuknya ke sudut cafe.

Ia tertawa saat melihat wajah kesal Kharel karna di tipu olehnya. "Menjijikan" gumam Kharel menatap tajam ke arah Darel.

"Terserah" Darel belum menghentikan tawanya. "Tunggu dulu, apa kau benar - benar menyukai Tiffany?" Darel mengangkat satu alisnya dengan seringai menggoda pada kembarannya.

"Tidak" jawab Kharel singkat.

"Benarkah? Ku dengar, Tiffany baru saja menjadi kekasih Dominic" Darel semakin menunjukan seringainya saat melihat wajah Kharel yang memerah padam. Tak lama, tawanya kembali terdengar. "Aku hanya bercanda, Brother... Dia hanya milikmu, jadi tenang saja" Darel menepuk pundak Kharel dengan kekehan gelinya.

"Darel?" Kharel menatap serius pada kembarannya tersebut. Dan di balas dengan gumaman. "Apa itu Frans dan Noura?" tanya Kharel membuat Darel menoleh ke arah mata Kharel.

"Ya. Itu kekasih sekaligus sahabat Rose"

"Apa kau tidak merasa aneh, Darel? Kenapa mereka disini tanpa ada Rose?"

"Mungkin mereka sedang merencanakan kejutan untuk Rose?"

"Kejutan untuk menyakiti hati Rose?"

"Apa maksutmu, Kharel?"

"Lihatlah, Darel. Mereka berpegangan tangan selayaknya sepasang kekasih"

"Tidak bisa di biarkan, kenapa mereke tega bermain api di belakang Rose?" Darel mulai terbakar emosi. Berbeda dengan Kharel yang bersifat santai.

"Biarkan saja dulu, Darel. Kita lihat sejauh apa mereka bermain di belakang Rose"

"Biarkan saja kau bilang? Kharel, Rose sudah mengeluarkan banyak uang untuk mereka! Dia memberikan mobil Range Rover pada Noura saat ulang tahun kemarin, dan ia juga sudah menyiapkan apartemen untuk hadiah ulang tahun Frans minggu depan. Ini tidak bisa di biarkan, Kharel!"

"Tenanglah, Darel. Berpikirlah sebelum bertindak..." Kharel tetap duduk tenang, sedangkan Darel sudah ingin melampiaskan emosinya. "Kita beri tau Rose terlebih dahulu, kita harus memberi bukti. Baru kita bisa menyalahkan orang lain"

"Dan sampai kapan kita akan membiarkan mereka mempermainkan Rose? Kau tau Rose sangat menyayangi Frans"

"Aku tau Rose sangat menyayangi Frans, tapi aku juga yakin kalau Rose bukan wanita yang lemah, dia selalu bisa membuat siapapun tunduk dengannya"

"Baiklah..." Darel akhirnya menghela nafas dan mengalah.

"Lebih baik sekarang kau ambil gambar mereka agar suatu saat kita bisa memberi tau Rose"

"Kenapa tidak kau saja?"

"Aku tidak membawa Ponsel" Kharel mengangkat kedua tangannya santai. Dan lagi - lagi Darel menuruti kata kembarannya itu.

'Menyebalkan' Dengus Darel dalam hati lalu mengambil gambar Frans yang sedang mencium tangan Noura.

Setelah itu, mereka memilih meninggalkan Cafe untuk pulang. Pandangan Darel sempat bertemu dengan pandangan Noura yang tak sengaja melirik ke arah pintu cafe.

Tubuh Noura seketika menegang, tapi tak lama kemudian tubuhnya melemas setelah meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat bukanlah adik dari sahabatnya.

Flashback end*

▶⚪⚫⚪◀

Kharel sudah memutuskan akan membicarakan hal ini dengan saudara kembarnya besok. Ia harus memberi tau Rose yang sebenarnya segera. Ia tak akan membiarkan Frans dan Noura menikmati keindahan di balik punggung Rose tanpa Rose bersama mereka.

DARK ROSE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang