CHAPTER 27

4.4K 245 5
                                    

"If I'm not all you need,
If you're not the one for me.
Then just set me free, let me be. Don't be scared to leave."

🌹🌹🌹

Jantung Nial terasa di tarik secara paksa dan masih dengan jubah mandinya, ia ikut masuk ke dalam kolam renang. Kenapa Rose sengaja menenggelamkan dirinya?

Setelah mendapat tubuh Rose yang sudah lemas dengan mata terpejam, Nial segera mengangkatnya. Rachelle dan Ben sudah ada di halaman belakang itu setelah mendengar teriakan Nial.

"Rose, bangun, sayang." Nial menepuk-nepuk pipi Rose pelan.

"Apa yang terjadi, Nial? Kenapa Rose sampai tenggelam? Bukankah dia bisa berenang?" tanya Rachelle beruntun dan menatap Rose dengan cemas.

Nial hanya diam dan merasa marah terhadap dirinya sendiri. Kemudian ia mendekatkan wajahnya pada wajah Rose dan memberinya napas buatan. Tiga kali, dan akhirnya Rose sadar dengan terbatuk.

Nial segera meletakkan kepala Rose di pangkuannya. "Jangan lakukan itu lagi, Rose. Jangan..." Nial mendekap kepala Rose erat dengan suara bergetar.

"Kalian harus segera berganti baju, Rose sudah menggigil, Nial." ujar Rachelle sedikit sungkan.

"Aku dan Rachelle tidak tau apa yang sedang terjadi dengan kalian, tapi lebih baik kalian bicarakan secara lebih tenang." timpal Ben menggenggam tangan Rachelle.

"Aku akan membuatkan kalian teh hangat, kembalilah ke kamar, Nial. Rose dan dirimu bisa sakit jika terlalu lama memakai baju basah." Rachelle dan Ben berlalu meninggalkan Nial yang sudah bangkit dengan Rose yang ada di gendongannya tetap diam.

Dengan perasaan tidak karuan, Nial menatap Rose dengan mata berkaca-kaca dan menurunkannya di ranjang. Saat ia akan membuka baju Rose, tangan lembut itu menyingkirkannya secara halus. Akhirnya Rose memilih beranjak dan berjalan ke arah lemari, mengambil baju tidur berbahan sutra berwarna hitamnya lalu berlalu ke arah kamar mandi tanpa kata.

Di tepian ranjang, Nial merasa sangat marah. Tangannya terkepal erat sampai otot-ototnya timbul. Berusaha mengendalikan amarahnya dengan mengigit bibirnya. Nial tau dia salah, sangat tau. Tapi kenapa harus Rose malkukan itu semua? Ia tak akan sanggup bahkan mungkin ia tak akan pernah bisa memaafkan kesalahannya sendiri jika sesuatu terjadi pada Rose tadi.

Pintu kamar mandi terbuka, sosok cantik dengan wajah datar itu muncul lalu berbaring memunggungi Nial. Dengan hati-hati, Nial menaikkan selimutnya sampai batas bahu Rose dan pergi untuk mengganti bajunya. Bersamaan dengan Nial yang hilang di balik pintu kamar mandi, datanglah Rachelle dengan nampan berisi dua cangkir teh hangat.

Dengan hati-hati, Rachelle meletakkan nampan tersebut di atas nakas. Kemudian ia duduk di tepian ranjang dan menatap Rose dengan tak enak hati. Setelah menelan ludahnya. Rachelle menyentuh bahu Rose.

"Rose, minumlah tehmu." ujarnya pelan dan Rose hanya membalasnya dengan deheman.

Lama mereka saling diam, dan Nial sudah keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai boxernya. Rachelle yang tak enak hati pun berpamit untuk ke kamarnya sendiri.

Setelah kepergian Rachelle, Nial mengunci pintu kamar mereka dan ikut berbaring di sebelah Rose, memeluk Rose dari belakang dan menciumi rambutnya.

"Aku tau aku salah, Rose. Tapi kita masih bisa membicarakan ini, jangan pernah lagi kau berbuat seperti itu, Rose," Nial menggenggam tangan dingin Rose.

"Apa kau tidak berfikir bagaimana kehidupanku kedepannya jika kau meninggalkanku?" tanya Nial. "Jangan diam, Rose. Bicaralah denganku. Maafkan aku." Nial semakin mengeratkan pelukannya pada Rose.

DARK ROSE ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt