CHAPTER 15

5K 303 10
                                    

Hans, Elina, dan juga Nial sudah duduk menunggu keluarga Alphard datang di restoran yang berada di salah satu hotel milik keluarga Clark. Nial tampak tenang dengan setelan jasnya. Tak lama kemudian, terlihatlah Thomas bersama Vanya dan di belakangnya ada Rose beserta Khayla.

"Maaf membuat kalian menunggu kami. Ada sedikit masalah di mansion." ujar Thomas duduk di seberang Hans.

"Tidak apa - apa, kami juga baru sampai." Elina tersenyum.

"Jadi, kita makan malam dulu. Baru nanti setelah makan malam kita akan membahas pertunangannya." Hans memberi arahan.

"Tentu saja." Thomas menanggapi.

"Silahkan pesan apa saja yang kalian mau." ucap Hans.

Mereka semua selesai memesan dan sedang menunggu pesanannya datang. "Halo Khayla." Elina tersenyum lembut pada Khayla yang duduk di antara Vanya dan Rose.

"Halo Aunty." Khayla tersenyum ceria.

"Kenapa Darel dan Kharel tidak ikut?" Hans kembali membuka suara.

"Mereka sedang ada acara amal bersama teman - temannya." jawab Vanya.

Mereka berbincang sedikit lama dan akhirnya pelayan datang membawakan pesanan mereka. Setelah meletakkannya di meja, pelayan tersebut undur diri dan membiarkan kedua keluarga terpandang itu menikmati hidangannya.

Suasana meja tersebut terasa sunyi, tidak ada yang berbicara atau sekedar suara dentingan sendok dan pisau saat mengiris daging. Sampai suara dari ponsel Nial mengalihkan semua perhatian orang yang duduk di meja itu.

Nial mengambil ponselnya, Rose yang duduk di sebelahnya melihat Caller ID yang tertera pada layar ponsel Nial. Ia menghela nafasnya berat.

Nial mengangkatnya setelah berpamitan untuk mengangkat telefon. Tak berselang lama, Nial kembali dengan tergesa. Rose manahannya.

"Kau tidak boleh meninggalkan acara ini begitu saja."

"Ellisa membutuhkanku" Nial melepas cekalan Rose pada lengannya.

"Apa kau tidak berpikir bahwa aku di sini lebih membutuhkanmu?" Nial mematung.

"Duduk Nial." perintah Hans dingin dan Nial pun menurut.

Semua yang ada di meja itu terlihat tegang melihat tatapan tajam Hans menghunus ke mata Nial.

"Rose bisa mengalah untuk wanita itu, tapi apa kau juga tidak berpikir bahwa meninggalkan acara ini adalah sesuatu yang tidak sopan?"

"Tapi, Dad. Ini menyangkut nyawa—

"Bukankah kau setuju untuk bertunagan dengan Rose?" potong Hans dengan cepat.

Nial terdiam, meja tersebut sangat hening.

"Kau seorang pria, pilihlah pilihanmu dengan tegas. Duduk di sini dan lanjutkan pertunangan kalian atau kau pergi dan semua akan batal."

"Aku—

Suaranya tertahan pada tenggorokan. Ia menatap Rose yang sedang menunduk dan memainkan jarinya. Nial sendiri tidak tahu kenapa ia tidak bisa menolak perjodohan ini. Padahal ia bisa di katakan tidak menyukai Rose dan beberapa sifatnya.

Terdengar helaan nafas dari Rose. Rose mendongakan kepalanya dan menatap suasana sekitar. "Biar aku yang memutuskan." Rose tersenyum.

Nial terlihat tegang. Ia meraih telapak tangan Rose dan menggenggamnya kuat. Tangan Rose terasa dingin.

Rose sendiri berusaha melepaskan genggaman Nial agar memudahkannya mengatakan satu hal yang begitu berat ia terima.

"Aku memutuskan, perjodohan ini tidak bisa di lanjutkan. Aku sudah memiliki kekasih, maafkan aku." Rose tersenyum.

DARK ROSE ✅Where stories live. Discover now