47 - Boleh Dengar Tak Perlu di jawab

2.4K 281 13
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir.
Semua siswa dan siswi terlihat begitu lega. Namun, ada yang mendesah berat mungkin karena harus melakukan remedial karena nilai - nilai harian mereka yang kurang.

Seperti yang sedang di rasakan oleh Romi sekarang. Ia baru saja di panggil oleh Bu Iris karena, ia tidak ikut ulangan beberapa waktu lalu. Jadi, dengan sangat terpaksa ia harus ikut ulang.

"Gue cabut dulu deh, bisa gosong kuping gue, kalau telat " ujar Romi, menyandang tas nya.

"Semangat ya, Rom " ucap Nara.

"Iya. Loe pasti bisa " lanjut Fadil sambil tertawa geli sendiri.

Romi hanya mendengus kesal, karena ucapan semangat itu seolah dua teman nya itu sedang meledek dirinya.
Fadil dan Nara hanya tertawa senang melihat muka kesal Romi.

"Kita kemana nih, kantin ?" Tanya Fadil.

Nara terlihat berfikir, sampai matanya melihat Salsa yang tengah berjalan sambil membawa beberapa buku.

"Dil, gue ke sana dulu ya. Kita ketemu di kantin aja entar " ujar Nara, sambil berlalu menghampiri Salsa.

Fadil hanya menghela napas kasar, memandang Nara dengan kesal. Ia pun akhir nya juga ikut beranjak dari depan kelas. Dan, memilih pergi entah kemana. Yanh penting jalan dulu aja, menurut Fadil mah.

Dan langkah kaki Fadil membawa ke area lapangan basket indoor. Dan, ia pun memutuskan untuk masuk saat mendengar suara pantulan bola dengan lantai.
Melihat Noah lah yang sedang bermain sendiri di sana.

"Kayak nya akhir-akhir ini loe jadi sering main sendiri di sini " seru Fadil berdiri di bawah ring.

"Pengen aja " jawab Noah, dengan napas tersengal.

"Jadi, berangkat besok ?" Tanya Fadil, duduk bersandar di tiang ring basket.

"Jadi. Udah siap semua nya kok " jawab Noah ikut duduk di samping Fadil.

"Salsa udah tau ?"
"Tau apa ?"
"Loe mau pindah "

Noah tidak langsung menjawab, cowok itu malah jadi melamun sendiri. Membuat Fadil, bisa menebak kalau sahabat nya itu sedang bingung.

"Ini seandai nya, ya. Gimana kalau ternyata tanpa Salsa sadari kalau dia juga punya rasa sama loe ?" Ujar Fadil lagi tiba-tiba.

Noah mengindikkan bahu nya, kemudia terkekeh pelan.

"Loe bakal tetap pindah ?" Tanya Fadil.

"Mungkin, lagian ngapain gue di sini. Sedangkan keluarga gue di luar negeri. " Jawab Noah dengan nalar. " Loe gimana, kalau tiba-tiba keluarga pindah ke Luar, dan loe mau tetap di sini apa ? "

"Ya enggak sih, " jawab Fadil. Noah hanya terkekeh pelan.

"Terlepas dari perasaan gue tebalas atau enggak. Gue emang harus ikut bokap. Karena, itu juga buat kebaikan gue. " Jawab Noah dengan santai.

Ia kembali berdiri dan mendribble bola basket. Bermain dengan santai, sedangkan Fadil hanya memandangi sahabat nya itu.

***

"Shei, gue suka sama loe "

Fadil yang baru saja akan melewati taman bagian Utara sekolah menghentikan langkah nya. Ia menatap lurus pada dua orang yang tengah duduk di salah satu bangku di bahwa pohon mangga yang rindang. Apalagi saat mendengar kata-kata dari Erfan.

Sheila tampak menatap Erfan dengan lekat.

"Gue tau ini mungkin terlalu cepat, oe juga baru putus dari Fadil. Tapi, gue juga gak mau telat lagi " jelas Erfan dengan bersungguh-sungguh.

Fasil masih memandangi kedua nya. Dan mendengar pembicaraan mereka berdua. Membuatnya terdiam dan tidak bisa bereaksi apapun.
Sedangkan Sheila juga hanya diam, tidak tau harus menjawab apa.

Fadil & SheilaWhere stories live. Discover now