15 -

2.1K 285 41
                                    

Sheila sudah terlihat rapi, ia menuruni anak tangga rumah nya dengan santai. Melirik adik nya tengah duduk bermain PS di ruang santai.
Baru saja ia hendak menyapa Kio, bel rumah berbunyi. Kio hendak bangun, tapi saat melihat Sheila ia kembali duduk.

"Kakak aja, Kio lagi seru" ucapnya kembali fokus pada game nya.

Sheila menghela napas, namun berjalan kedepan untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang bertamu pagi di hari Minggu.

"Abang Satria " ujarnya dengan muka berbinar.

Satria mengulum senyum nya, " assalamualaikum, Sheila "

"Waalaikumsalam, Abang pagi-pagi udah kesini? Mau ngapain hayoo "

"Kak Rama ada ? Mau ngajak beli gado-gado " ujar Satria.

Sheila langsung mendengus tidak suka. Membuat Satria mengulum senyum nya sendiri.

"Kak Rama ikut Papa tadi, gak tau kemana " jawab Sheila.

"Yaahh.. yaudah deh, gimana kalau kamu aja yang nemenin Abang. Bentar doang kok " ujar Satria.

"Boleh!" Jawabnya dengan cepat. "Bentar ya Bang, Shei pamit dulu " lanjutnya. Satria mengangguk, membuat Sheila langsung masuk kedalam untuk menemui adik nya.

"Kio " panggil nya. Membuat Kio menoleh sedetik karena masih fokus sama game nya. "Kakak mau pergi bentar, kamu jangan kemana-mana sampai Mama pulang dari pasar. Oke ?"

"Iya "
"Dan satu lagi, nanti kalau Abang Fadil datang, suruh tunggu ya, kakak pergi sebentar "

"Iya " jawab Kio dengan masih fokus pada game nya tanpa memperdulikan sang kakak. Tapi, ia tentu mendengar pesan kakaknya itu.

Sheila pun langsung pamit, kembali menemui Satria yang menunggunya di luar.

***

"Emmm.. gado-gado nya enak. Pantes aja Abang sama Kak Rama sering kesini " seru Sheila setelah ia menghabiskan satu piring gado-gado.

Satria tertawa mendengar nya. Ia selalu suka dengan Sheila yang ceria setiap kali bersamanya.
Mereka memang sudah dekat dari dulu, bahkan jika boleh di banding kan dengan Rama, kakak nya Sheila. Mungkin ia lebih dekat dengan Sheila. Sejak dulu, gadis itu memang selalu menempel padanya. Gak di rumah, atau di sekolah saat SD dulu.

Bahkan banyak yang mengira dulu, kalau Sheila adalah adiknya dari pada Rama.

"Abis ini, gimana kalau ke pantai?" Ujar Satria.

"Boleh, Shei juga udah lama gak ke pantai " ujar Sheila, dengan begitu bersemangat.

Satria hanya terkekeh gemas sendiri. Setelah keduanya kenyang, dan membayar makanan nya. Satria langsung membawa Sheila menuju pantai.

Di sini lah, Sheila mulai menyadari keanehan pada Satria.

Ia dan Satria duduk bersebelahan, sama-sama menatap ke arah laut. Sheila tau kalau Satria sangat menyukai pantai. Laki-laki itu selalu betah berlama-lama memandangi laut dari bibir pantai.

Tapi, kali ini laki-laki itu terlihat berbeda dari biasanya. Satria ada di sampingnya, jarak nya duduk dengan pria itu tidak lah jauh. Mungkin hanya ada dua atau tiga jengkal saja. Tapi, Sheila seolah merasa kalau jaraknya dengan Satria sangat jauh.

Satria melamun.

Ia sangat mengenal bagaimana Satria, bahkan tanpa menoleh ia bisa tau keberadaan cowok itu jika di dekatnya. Dan, juga tidak biasanya Satria melamun dengan raut wajah yang sangat sulit di tebak.

"Abang "

Satria tidak mendengar nya, membuat Sheila yakin kalau cowok itu sedang menyembunyikan sesuatu atau menyimpan sesuatu yang membuat cowok itu menjadi seperti ini. "Abang Satria "

"Eh, Shei. Maaf. " Sadar Satria, ia menoleh pada Sheila dengan tidak enak. Mungkin merasa di acuhkan, dan Gadis itu menegurnya.

"Abang lagi ada masalah ?" Tanya Sheila.

Satria memandangi nya lekat, kemudian mengulum senyum sebelum kembali menatap kedepan.

"Semua orang punya masalah,Shei " ujar Satria.

"Tapi, masalah Abang kayaknya berat kali ini " jelas Sheila dengan cemas.

Satria membuang napas kasar, ia kemudian menunduk sejenak dengan muka murung. "Biasa lah, tugas akhir. Bikin Abang, capek, bosan, dan lain sebagai nya ". Ia mengatakan itu dengan memandangi Sheila.

Sehingga membuat gadis itu menghembuskan napas lega.

"Gimana, buat ngilangin stress Abang sama skripsi nya kita main air, ayo Banggg " ujarnya dengan semangat. Ia langsung menarik tangan Satria dan mengajak nya menuju air.

Sheila memang selalu menikmati setiap waktu kebersamaan nya dengan Satria. Dengan laki-laki itu ia bisa melupakan segala hal. Baginya, tidak ada yang lebih menyenangkan ketika itu sedang bersama Satria.

***

Sheila dan Satria kembali kerumah saat hari sudah gelap. Satria mengantar Sheila hingga sampai depan pintu. Bahkan bertemu dengan kedua orang tuanya Sheila.

"Makasih ya, Shei. Abang jadi sedikit santai sekarang " ujar Satria, pada Sheila.

"Sama-sama, lain kali jangan terlalu stress tau. Gak suka ih,kalau Abang sampai sakit. Shei, sedih lho" ujarSheila dengan mimik wajah sedih.

Satria terkekeh geli sendiri,tanganya langsung mengacak manja rambut gadis itu. Membuat Sheila merajuk.

"Ha-ha-ha.. adek, Abang yang satu ini gak banyak berubah " ujar Satria.

"Diih, emangnya Shei, power rangers apa bisa berubah " keluh nya. Dengan melipat kedua tangan nya.

Ia bersikap seolah sedang protes. membuat Satria tertawa gemas. Sheila yang tengah ngambek atau merjuk memang sangat menggemaskan.

"Yaudah, Abang pulang dulu ya. Kamu istirahat " pamitnya.

"Iya, Abang juga " jawabnya. Kenhali tersenyum begitu lebar.

Satria mengangguk, setelah memberi salam ia langsung berlari menuju rumah nya. Sheila hanya memandangi nya dengan senyuman lebar. Hingga kemudian, entah mengapa tiba-tiba saja matanya menuju lantai dua rumah Satria.

Dan saat itu lah terkejut dan mulai merasa bersalah juga mengingat sesuatu.

Fadil.

Cowok itu berdiri di balkon, menatap nya dengan tatapan yang tidak pernah ia lihat sebelum nya. Tapi, hanya sebentar, karena Fadil kembali masuk ke dalam rumah nya. Membuat Sheila langsung menelan ludah nya.

***

Sambil bersiul, Satria menaiki anak tangga rumah nya. Dan tidak sengaja bertemu dengan Fadil yang akan menuruni tangga. Ia menyapa adiknya dengan perasaan gembira.

"Malam Bangdek, kok di rumah. Ga ikut Mama sama Ayah ?" Sapa Satria dan juga mbertanya.

"Enggak " jawab Fadil singkat. Dan berlalu begitu saja.

Satria menatap heran pada punggung adik nya yang sudah menuju dapur. Tidak biasanya, Fadil bersikap acuh tidak acuh padanya.

"Mungkin abis kalah main ML " gumam nya sendiri, sambil melanjutkan langkah nya menuju kamar.

Fadil tidak biasanya begini, bahkan sejak dulu keduanya memang sangat dekat. Sheila dan Satria, Abang nya seperti permen karet. Lengket terus, dan ia sama sekali tidak merasa marah atau iri.
Tapi, mengapa sekarang ia marah.?

Ya, Fadil sedang marah dan juga kesal. Apalagi saat melihat keduanya tadi pulang dengan muka ceria, terutama Sheila yang seolah merasa tidak melupakan sesuatu.

Ia tidak mengerti, mengapa ia marah dan tidak suka kali ini.

Ia merasa kecewa, dan juga sangat kesal. Sheila sudah membuatnya kecewa, dan juga membuat dirinya tidak lagi bisa mempercayai gadis itu. Buat Fadil, janji adalah janji, jika di ingkari maka tidak akan pernah bisa mempercayai nya lagi. Walau itu hanya sekali.

Jangan pernah berjanji dengan Fadil, kalau tidak bisa atau ragu bisa menepati nya. Sekali kamu mengingkari maka tidak akan pernah lagi bisa mendapatkan kepercayaan dari nya. Dan itu juga berlaku pada semua keluarganya.

Fadil & SheilaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin