04 - Kenara Basrudin

2.9K 279 5
                                    

Dee mengulum senyum gemas nya melihat putra kesayangan nya menikmati sarapan dengan muka di tekuk. Sambil melirik -lirik kesal pada Rezky, Satria dan juga Putri. Yang berusaha setengah mati menahan tawa mereka.

"Bang Adek, semangat yaaa. Last day kok " ujar Putri, menahan tawanya dengan menggunakan telapak tangan nya.

"Lagian, anak Ayah masih ganteng kok, walau berpenampilan kayak gini. Jadi keliatan makin pinter " ujar Rezky, melirik anak nya.

Fadil menghela napas beratnya, dan memutar bola mata melas pada sang Mama yang tengah sedari tadi menahan tawa, karena gemas melihat muka cemberut Fadil.

"Mamaaa " ujar Fadil, lebih terdengar merengek manja.

"Ha-ha-ha... Udah sayang, sabar aja. Terakhir lho "

"Tapi udah melekat di Fadil, semua orang udah nganggap Fadil cupu! Mama sama Ayah gak tau aja, sekolah di Jakarta itu kejam!"

"Jangan lebay deh, menurut Abang sama aja kok " saut Satria terkekeh geli.

"Buli di sini kuat banget !"
"Nanti juga terbiasa kok, sekarang kan mereka belum tau gimana bang Adek. Nanti pasti bakal sama kayak di Aceh " ujar Rezky.

"Ck,. Tau ah !" Merajuk Fadil. Ia langsung menyudahi sarapan nya. Dan berniat untuk pergi setelah memberikan salam.

Dee menghela napas berat nya, kemudian menyusul anak laki-lakinya itu kedepan.

"Fadil " panggil Dee dengan lembut pada anak nya yang sedang memakai sepatu. "Fadil, ini kan dare nya kamu. Jadi, harus nurut! Gak mau kan di katain pengecut sama Putri, Abang. Gak malu emang nya ?"

"Tapi, Maa "
"Ayo dong, anak Mama senyum nya mana.?. Mama gak suka ih, anak Mama yang ganteng ini cemberut kayak gini. Nanti makin banyak yang naksir kamu !" Lanjut Dee, mencubit manja pipi Fadil.

"Apa sih, Ma " ujar Fadil, tersenyum kecil.

Wanita cantik itu mengulum senyum lega. Ia membantu merapikan seragam anak nya. Dan kemudian mengantar Fadil hingga kedepan gerbang. Bertepatan dengan Sheila yang juga hendak berangkat sekolah. Ia hanya bisa menggeleng kepala saat Fadil memilih berlalu begitu saja dengan sepeda nya.

"Pagi Tante " sapa Sheila pada Mamanya Fadil.

"Pagi Shei, mau berangkat juga ?"
"Iya, tapi mau jemput temen dulu" jawab Sheila.

"Hati-hati kalau gitu "

Sheila mengangguk, ia hendak menutup kembali jendela mobil nya. Namun urung saat ia mengingat sesuatu. "Tante,Abang Satria masih di rumah kan?"

"Masih kok, lusa baru balik ke Bandung " jawab Dee.

Sheila mengangguk dengan senang hati. Dan kemudian memilih pamit untuk berangkat ke sekolah nya.

***

Laju sepeda yang di kayuh Fadil terlihat santai. Tanpa risih sama sekali saat melewati jejeran mobil-mobil mewah di parkiran mobil. Bahkan,ia mengabaikan semua tatapan remeh dengan beberapa siswa dan siswi padanya.

Mereka tidak tau aja, kalau ia mau, sekolah ini ia beli. Maksudnya, Kakek nya yang beli.

Tempat parkir sepeda berada cukup jauh dari gerbang utama. Berada di bagian Utara. Dekat gerbang belakang sekolah. Sebenarnya bisa saja lewat gerbang belakang, tapi itu arti nya ia harus mutar lagi.

Srert

Seseorang lain nya ikut memarkirkan sepeda tepat di samping Fadil. Membuat perhatian Fadil beralih padanya. Ternyata selain dirinya ada murid lain yang juga membawa sepeda ke sekolah.

Fadil & SheilaWhere stories live. Discover now