59 -

216 29 0
                                    

Ares menghela napas sendiri melihat perubahan putrinya itu. Memang kembali seperti dulu, bukan beliau tidak senang. Hanya beliau merasa sebal, karena dasar dari semua itu ada Fadil. Membuatnya sedikit iri.

"Pah.!"

Ares menoleh pada orang yang memanggil, yang ternyata Rama putra sulungnya.

"Aku mau ngomong serius." Kata Rama yang membuat dahi beliau mengernyit bingung.

"Apa?." Tanya nya dengan penasaran.

"Aku mau nikah." Ucap Rama.

"Oh." Respon Ares terlihat santai, karena masih belum ngeh dengan maksud Rama barusan. "Heh?! Apa?!". Kemudian langsung kaget saat tersadar.

Suara Ares membuat sang istri yang sedang menyiram tanaman di depan sana langsung menoleh pada mereka.

"Aku serius, aku mau nikah." Ulang Rama lagi dengan penuh keyakinan.

Beliau diam, memandang syok pada putranya itu. Sampai membuat Sheira heran sendiri dan menghampiri keduanya. Karena raut wajah kaget sang suami membuat Sheira bingung dan juga penasaran.

"Pah, kenapa?." Tanya Sheira berdiri di samping Ares.

"Ram, kamu.. kamu enggak ngahamilin anak orang kan?" Tanya Ares dengan suara sangat pelan.

Rama langsung memutar malas bola matanya. Sheira langsung memukul bahu suaminya.

"Papah jangan sembarangan kalau ngomong." Tegur Sheira tidak suka.

"Abis, dia tiba-tiba ngomong pengen nikah." Ucap Ares bingung sendiri. "Bisa saja dia salah pergaulan di luar sana." Lanjutnya lagi yang langsung membuat Rama salah tingkah.

"Enggak, ih!. Papa ucapan nya jelek banget sama anak sendiri." Elak Rama salah tingkah.

Ares langsung berdecak, karena sudah hafal sekali akan sifat dan segala sikap putra sulungnya itu.

Saat ketiganya sedang serius mengobrol di teras, tiba-tiba Sheila kembali bersama dengan adiknya, dan heran melihat ketiga nya di teras.

"Kenapa? Kok ngumpul di teras gini." Tanya Sheila heran dan juga penasaran.

"Ini, Kakak kamu pengen nikah." Jawab Ares dengan nada tidak yakin sama sekali.

"Ya bagus! Dari pada Gonta - ganti cewek terus." Kata Sheila yang membuat ketiganya kaget.

"Enggak ya?." Elak Rama lagi.

Sheila hendak menjawab lagi, tapi mamanya lebih dulu melerai dan melanjutkan topik sebelum mulai melebar ke yang lain.

"Kamu mau nikah, memangnya udah ada calon?." Tanya Sheira menatap putranya dengan serius.

Rama mengangguk dengan senyuman lebar.
Membuat sang Papa menatap penuh minat dan penasaran. Begitu juga dengan Sheila. "Siapa?."

"Namanya Khadijah." Jawab Rama dengan muka memerah.

Semua tampak diam, sama-sama tengah berfikir dengan nama yang di sebut barusan. Serasa tidak asing, tapi perlu waktu untuk mereka mengingat.

"Kakak sepupunya Fadil?." Tanya Sheila ragu.
Saat Rama mengangguk, saat itu lah Sheila syok mendadak. "Kak, jangan kebanyakan mimpi deh. Kakak sepupunya Fadil itu nyari laki-laki yang baik, yang Sholeh, kak. Kasian kalau nikah sama Kak Rama."

Rama langsung tergagap tidak terima. Merasa di rendahkan oleh sang adik.

"Shei, enggak boleh ngomong gitu ah." Tegur sang Mama.

"Tapi Ma, Mama tau enggak gimana Kak Dijah. Sama Kak Rama itu, bandingan nya itu langit sama Bumi. Jauh, jauh banget." Gadis itu benar-benar niat sekali menjatuhkan mental kakak laki-laki nya itu.

Fadil & SheilaWhere stories live. Discover now