21 - Tingkat ke pekaan Fadil

2.3K 276 9
                                    

Fadil dan ketiga teman nya selalu melakukan rutinitas yang hampir sama setiap di sekolah. Dan selalu saja memilih tempat tongkrongan di halaman belakang gedung kelas.
Seperti sekarang ini, ia duduk berdampingan dengan Nara. Sama-sama menatap layar ponsel nya. Sepertinya mereka berdua tengah menonton sesuatu.

Sedangkan Zaki dan Romi, lebih memilih untuk bermain game.

Di atas meja bundar di hadapan mereka terdapat beberapa bungkusan Snack, dua piring bekas makan batagor. Empat minuman yang sisa sedikit.

"Bro! Entar malam.... " Ucapan Zaki tiba-tiba saja menjadi hilang. Membuat Fadil dan Nara yang sudah menoleh menjadi heran. Apalagi saat melihat Zaki tengah menatap kebelakang mereka. Jadi, Fadil juga ikut menoleh kebelakang.

Sheila, berjalan dengan langkah angkuh nya. Tatapan tajam dan penuh intimidasi seperti biasanya. Romi dan Zaki sudah terdiam, walau sudah gatal ingin bertanya mengapa si ketua OSIS ada di sini menghampiri mereka.

"Gue ada perlu sama Fadil " ucap Sheila dengan nada dingin.

Tatapan mata Sheila menatap satu-satu tiga teman Fadil itu. Seolah mengatakan, silahkan kalian bertiga angkat kaki dari sini.

" Ehem "

Nara berdeham, tanpa menunggu kelanjutan ucapan Sheila. Ia bergerak membereskan bekas makan mereka. Melirik pada Zaki dan Romi untuk segera membantunya dan kemudian pamit pergi.

"Dil, entar ketemu di kelas ya " ujar Nara, pada Fadil yang menatap merek dengan heran.

"Shei, kita duluan. Fadil nya jangan di apa-apain ya. Kasian, masih polos anak orang " ujar Zaki.

Sheila langsung melotot kesal, membuat Zaki langsung pergi bersama dengan Nara dan Romi.

"Sheila, cantik-cantik jutek euy!" Ucap Romi, yang sudah menjauh. Tapi, suaranya masih bisa di dengar oleh Sheila dan Fadil.

Setelah menghela napas berat dan kasar, Sheila duduk di tempat yang tadi di tempati Nara. Yaitu, tepat di samping Fadil. Ia meletakkan sebuah kotak makan di atas meja yang terbuat dari semen tersebut. Cowok di samping nya hanya melirik pada kotak makan tersebut, dan kemudian beralih pada Sheila sejenak.

"Buat loe !" Ketus Sheila, pada Fadil.

"Aku udah kenyang " jawab Fadil dengan acuh tidak acuh.

"Ini buat permintaan maaf gue " Lirih Sheila kini.

Fadil mengernyit heran, ia menatap gadis itu dengan bingung. Kemudian tidak sengaja matanya jatuh pada tangan gadis itu. Ada beberapa plester yang menempel di jari gadis itu. Membuat Fadil jadi berfikir, sendiri.

"Gue tau loe masih marah sama gue. Gue gak bisa loe diemin kayak gini terus, Dil. Loe gak sama sekali anggap gue ada " jelas Sheila.

Fadil terdiam lagi, ia tidak tau harus mengatakan apa pada Sheila. Ia sendiri tidak menyangka kalau gadis itu akan berbicara lagi padanya. Padahal, sudah beberapa hari ini Sheila tidak lagi berbicara dengan nya. Bahkan menyapa saja tidak, Sheila sampai menghindari nya.

"Setelah gue fikir lagi, gue emang salah karena udah milih pergi sama Bang Satria, di saat gue seharusnya pergi sama Lo " lanjut Sheila.

Fadil meraih kotak makan itu, ia membuka tutup nya dan melihat isi yang memang makan favorit nya.

"Semoga loe masih suka cumi touco " ujar Sheila lagi.

Fadil melirik ada kedua tangan Sheila, dan mulai merasa bersalah karena jari lentik gadis itu terluka. Pasti, karena memasak untuk nya. Tapi, Fadil masih terlalu gengsi untuk menunjukkan perhatian nya.

Fadil & SheilaWhere stories live. Discover now