37 - Lebih sekedar dari Sahabat

1.9K 258 17
                                    

Prit

Prit

Prit

Prit

Suara peluit berbunyi secara teratur, memberi instruksi pada pemain sepak bola yang sedang melakukan latihan mereka seperti biasa.

Dengan berpeluh keringat yang sudah membasahi kaos nya, Fadil masih terlihat sangat bersemangat melakukan drible nya secara zikzak mengikuti con yang telah di sediakan.

Ia akan mengoper pada teman tim nya, dan akan melakukan cuting ke dalam kotak pinalti, kembali menerima operan dari Zaki, setelah itu langsung melepaskan tembakkan ke gawang yang tengah di jaga oleh Nara.

Jebreett..

Ia dengan deru napas tidak teratur, tersenyum puas saat Nara lagi-lagi gagal menangkap tembakkan nya. Fadil berlalu pergi sambil mengusap keringat di wajah nya dengan kerah baju nya. Berjalan untuk kembali melakukan strategi latihan nya kembali.

"Ha.. loe kebobolan lagi, Nara " ujar Romi, saat mereka baru saja selesai.

"Tembakkan Fadil, gak bisa di tebak " jawab Nara, menerima botol minum yang di berikan Zaki padanya.

Romi menoleh pada Fadil yang tengah meneguk minum nya dengan besar. Kemudian, menggeleng kepalanya.

"Bukan susah di tebak, tapi gue tau kelemahan loe " jawab Fadil.

"Ha-ha-ha.. loe menang " tawa Nara.

"Sudut atas itu paling jitu, " jawab Zaki dengan napas yang hampir Senin Kamis.

"Tapi, tembakkan loe emang gak ada yang bisa nangkap sih. Dil " lanjut Romi.

Fadil hanya mengulum senyum bangga mendengar ucapan Romi. Namun, bukan berarti ia akan sombong. Setelah melakukan penetrasi sejenak, dan briefing terakhir. Mereka pun di izin kan untuk bubar. Zaki dan Romi memilih untuk langsung pulang.
Sedangkan Fadil dan Nara memilih untuk membersihkan diri mereka di kamar mandi khusus clubsepak bola.

"Ujian seminggu lagi ini " ujar Fadil membuka obrolan, saat mereka berjalan menyusuri lorong gedung olah raga.

"Hm, gak kerasa " saut Nara.

"Nara, gue boleh nanya rese gak ?"

"Apa ?" Tanya Nara, melirik heran pada Fadil.

"Loe sama Kak Lisa, ada hubungan apa sih ?" Tanya Fadil hati-hati. "Kalian makin dekat, kayak nya "

"Gak ada kok, cuma teman doang. " Jawab Nara. "Buat sekarang, gue gak mau mikirin hal yang gak pengting, Dil. Gue cuma mau fokus sama Sekolah aja. Soal asmara, gue belum tertarik " jelas Nara padanya.

"Loe diem aja, ngeliat Salsa dekat sama Noah ?"

"Salsa mau Deket sama siapapun bukan urusan gue. Selama Noah baik, dan memperlakukan Salsa dengan baik. Gue bisa apa ? "

"Tapi, loe selama ini selalu jaga dia "

"Itu karena tugas gue, bokap nya yang nyuruh gue buat menjaga anak gadis satu-satunya beliau " jawab Nara.

"Basi !"

Mereka berdua langsung terkejut, dan menoleh pada orang yang tiba-tiba ikut nyambung dengan obrolan mereka berdua.

"Noah, loe belum balik ?" ,Tanya Fadil.

Noah tidak menjawab, ia hanya menatap dengan lekat pada Nara. Dan kemudian melangkah mendekati mereka berdua.

"Semua jawaban loe barusan itu, jelas bukan jawaban yang bener " ujar Noah dengan nada tajam. "Loe cuma berusaha untuk membohongi diri loe dan perasaan loe sendiri. Nara, loe itu cuma seorang pengecut yang gak berani merjuangin apa yang seharusnya bisa loe dapatkan dengan mudah "

Fadil & SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang