10 - Karena Ada Fadil

2.5K 302 10
                                    

Sabtu pagi Fadil di antar oleh Mamanya ke sekolah. Ia akan mengikuti acara camping yang akan di selenggarakan oleh sekolah nya. Katanya sih, setiap tahun ada. Begitu juga dengan Sheila, yang di antar oleh Mama dan adik nya.
Bahkan mereka tiba nyaris bersamaan dengan Fadil.

"Kamu hati-hati lho, jaga diri baik-baik " ujar Dee, mengusap kepala anak nya.

"Iya Ma. " Jawab Fadil, dengan nada bosan.

Dee langsung cemberut mendengar jawaban bosan anak itu. Membuat Fadil tersenyum, ia memeluk Mamanya dan mencium pipi nya dengan sayang. "Iya Mama ku sayang, Fadil akan jaga diri dan pasti pulang dengan selamat dan utuh "

Dee tetap saja terlihat tidak rela kalau anak nya akan pergi, dan tidak akan bertemu Dengan nya selama beberapa hari. Fadil tau, seberapa manja sang Mama padanya.

"Udah ih,Mama Fadil turun dulu. Mama juga jaga diri ya. Jangan kangen Fadil lho. "

"Mama pasti kangen sama kamu " Fadil terkekeh pelan. Ia menyalami tangan Mamanya dan kemudian memeluk nya dengan erat.

"Fadil berangkat ya, nanti kalau Fadil udah pulang. Kita pergi date deh " ujarnya.

Dee mendengus malas. "Kayak kamu punya waktu aja, kamu kan sok sibuk melebihi Ayah kamu " ujar Dee.

Fadil tertawa geli sendiri. Mama nya selalu bersikap dingin di luar. Tapi bersama nya, Mamanya menjadi sosok yang sangat lah hangat. "Daahh. Mama.. assalamualaikum " pamit Fadil.

Dee hanya mengangguk, ia memandangi anak nya yang turun dari mobil dan langsung berlari menuju teman-teman nya. Dan kemudian baru lah ia melajukan mobil nya untuk pergi.

"Fadil "

Fadil yang sedang mengobrol dengan Nara menoleh. Zaki terlihat berlari menghampiri keduanya.

"Zak, dari mana loe ?" Tanya Nara. Pasalnya sahabat nya itu tadi menghilang entah kemana. "Tadi di cariin Bu Iris "

"Ke toilet bentar. Btw, kalian bus mana ?" Jawab Zaki, dan bertanya kembali.

"Nih, " jawab Fadil, menunjukkan salah satu bus yang di dekat mereka. Dan pas banget, Sheila dan Salsa muncul setelah tadi mengchek semua persiapan.

"Shei, gue boleh ikut bus kelas kalian gak ?" Tanya Zaki,.

"Enggak bisa, udah pas. " Jawab Sheila, tanpa menoleh.

"Yaa.. boleh lah Shei, anak-anak kelas gue pada gak asik " ujar Zaki memohon.

Sheila dan Salsa menoleh, dan memicing matanya pada Zaki. Membuat Zaki menjadi salah tingkah.

"Masa sih, kan ada Kak Arissa " celetuk Sheira. Membuat Zaki langsung berdecak sendiri. Sedangkan Fadil terkekeh pelan.

Ia dan Nara tau banget kalau Zaki sangat menghindari Arissa. Cewek cantik, ketua cheersleader sekolah mereka. Yaitu mantan terindah Zaki.

"Boleh lah, Shei,Sal "
"Gak bisa, udah pas kursi nya. Lagian gak enak sama yang lain. " Ujar Sheila dengan gemas.

Zaki langsung mendesah kecewa. Ia menoleh pada seorang cowok yang datang menghampiri Sheila.

"Shei, untuk bahan makanan udah kamu Chek ?" Tanya cowok itu.

"Udah, kok. Lan. Ada di bus panitia nya " jawab Sheila.

"Oke, kamu ikut bus kita kan ?" Tanya Alan, si wakil ketua OSIS.

"Gue ikut bus kelas deh, biar Eka aja yang ikuu bus panitia " jawab Sheila.

Fadi bisa melihat, Alan menghela napas kecewa. Dan kemudian langsung berpamitan pada mereka untuk menuju bus mereka.
Selepas kepergian Alan, Salsa langsung menginstruksi teman-teman yang lain untuk langsung menaiki bus karena mereka akan berangkat sekarang.

***

Sheila tengah fokus ada beberapa catatan nya sambil mendengar kan musik dengan earphone nya saat Fadil duduk di samping nya tanpa di sadari oleh Sheila.

Cowok itu bahkan sedikit mengintip pada kertas yang di pegang Sheila. Tertera seperti denah. Ia mengulum senyum, dan tanpa permisi melepas satu earphone yang di kenakan oleh Sheila dan langsung memasang di telinga nya. Membuat Sheila kaget dan langsung menoleh.

"Pecinta KPop, ha ?" Ujar Fadil, melirik pada Sheila.

Gadis itu menghela napas berat, menarik kembali earphoen nya.

"Ngapain, sih! Sana balik ke kursi lo " ketus nya.

"Gak bisa, Salsa katanya mau ngomong sama Nara " jawab Fadil, melirik pada kursi barisan paling tengah. Sheila juga ikut melirik nya. "Mereka ada hubungan apa sih ? Aku ngerasa kalau mereka itu seperti ada sesuatu " lanjut Fadil.

"Kepo banget sih! Itu urusan orang bukan kamu. Urus aja diri sendiri !" Ujar Sheila.

Fadil menoleh pada Sheila, gadis itu kini sedang memandangi keluar melalui kaca. Ia harus mengakui kalau Sheila memang cantik, sangat mirip dengan Sheira. Dan juga gadis itu tidak banyak berubah. Membuat nya selalu menyenangkan jika menggangu Sheila. Karena, Sheila yang sedang kesal, membuat nya begitu menggemaskan.

Ia melirik pada kedua tangan Sheila yang bertumpu di atas pangkuan. Memegang sebuah pena. Sheila selalu memiliki peran penting di sekolah. Sejak mereka SD dulu. Sheila adaalah murid kesayangan semua guru. Dan, sekarang juga sama. Meski pun ketus dan juga sedikit sombong, gadis itu selalu menjadi perhatian semua orang. Selain memiliki paras yang cantik, Sheila juga mempunyai sifat yang bagus. Kadang-kadang gadis itu bisa menjadi malaikat untuk seseorang.

Memikirkan itu membuat Fadil tersenyum sendiri. Ia mengalihkan perhatian nya kembali pada sekitar. Teman-teman nya yang lain terlihat sedang asik mengobrol, bahkan Romi tengah asik bernyanyi sambil bermain gitar di bagian paling depan. Dengan di ikuti oleh teman-teman kelasnya yang lain.

"Jadi ingat waktu perpisahan SD " celetuk Fadil tiba-tiba.
Mengambil sedikit perhatian Sheila, ia menoleh pada Fadil. Cowok itu tersenyum menatap nya. "Waktu itu kita pergi ke Dufan sama temen-temen kelas. Sepanjang perjalanan kita bernyanyi. Kayak sekarang "

"Bedanya, loe ada di posisi Romi kan ?"

Fadi terkekeh, ia mengangguk. "Sheila yang ketakutan saat masuk rumah hantu "

"Dan loe yang membuat gue berani masuk " Fadil menoleh pada Sheila. " Loe bilang, selama ada Fadil di samping kamu, kamu gak perlu takut. Karena Fadil pasti akan menjaga Sheila ". Fadil cukup terkejut mendengar itu. Sheila masih mengingat kata-kata nya yang sudah sangat lama. Bahkan ia sendiri sempat melupakan nya.

"Loe pergi gitu aja, lupain semuanya seolah gak ada yang penting. " Ujar Sheila kembali menoleh keluar. "Loe tau? Kadang saat gue sendiri, dan terjebak dalam suatu masalah. Gue selalu berharap kalau Fadil akan ada di samping gue lagi. Dan ngebuat gue tenang lagi seperti saat gue ingin masuk ke rumah hantu. Tapi gue gak berani "

"Loe terlalu sombong " lanjut Sheila. Fadil mengernyitkan dahi nya. Gadis itu kembali menoleh pada Fadil sebentar. Dan kemudian menatap nanar ke depan. "Setiap loe balik ke Jakarta, loe gak pernah mau nemuin gue. Mungkin loe udah lupa. Makanya gue juga selalu bersikap seolah kita gak pernah kenal. Sikap loe, ngebuat gue kecewa "

Fadil terdiam, semua yang di katakan Sheila benar. Ia memang melupakan semuanya. Kehidupan di Aceh sangat menyenangkan buat nya. Ia sangat menyukai kampung halaman Kakek nya itu. Sampai ia melupakan kenangan masa kecil nya di tempat kelahiran nya. Dan saat ia balik ke Jakarta ia hanya akan berada di rumah Kakek nya dan itu juga ia tidak betah lama-lama. Selalu saja memaksa Ayah dan Mamanya untuk segera pulang ke Aceh.

Mereka berdua akhirnya kembali sama-sama diam. Seolah sibuk dengan fikiran masing-masing. Fadil, juga mulai merasa sungkan untuk membuka suara kembali.

Fadil & SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang