32 - My Mom

2.1K 266 18
                                    

Sheila turun dari atas motor yang di kendarai Fadil. Dengan senyuman manis yang sejak tadi belum hilang, ia menyerahkan helm nya pada cowok itu.

"Thanks " ucap Sheila dengan senang.

Fadil mengangguk, tidak kalah senang dengan gadis itu. "Kamu selalu ngasih apa yang aku ingin kan, Makasih " ucap Sheila lagi.

"Apapun yang ngebuat kamu bahagia, aku pasti bakal usaha'in buat kamu " ujar Fadil lagi.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya, sekuat mungkin menahan senyum nya. Ia tau dan sangat hafal akan sifat Fadil. Cowok itu tidak pernah berkata gombal, dan ia tau kalau barusan yang di katakan Fadil adalah tulus dari hati.

Sheila melirik ke sekitar, kemudian kembali pada Fadil yang juga tengah menunduk untuk menyembunyikan muka nya yang entah kenapa memerah. Ia mengulum senyum gemasnya, hingga tidak lagi bisa menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu pada cowok tampan nan menggemaskan di depan nya itu.

Ia sedikit menunduk, dan kemudian dengan cepat juga membuat Fadil kaget.

Cup

Satu kecupan mendarat di pipi Fadil. Membuat cowok itu kaget bukan main. Bahkan, sampai tidak bisa bergerak.

"Thanks buat sunrise nya. Semoga kita bisa lihat sunset bareng nanti. Bye. " Sheila pergi begitu saja setelah mengecup pipinya Fadil. Dan mengatakan itu setelah di dalam pintu gerbang rumahnya.

Fadil tidak tau harus bereaksi seperti apa. Senang? Tapi juga malu. Bahkan pipinya sudah Semerah tomat. Namun, saat sadar ia langsung menoleh kiri kanan berharap kalau tidak ada siapun yang melihat aksi Sheila barusan.
Ia menoleh lagi kerumah Sheila, kemudian menggeleng kan kepalanya dengan kuat sebelum akhirnya kembali ia mengajukan motor itu ke rumahnya.

Tentu dengan senyuman lebar yang tidak bisa di tahan lagi.

Setelah memarkirkan motor di tempat semula, Fadil langsung melangkah masuk kedalam rumah. Dengan fikiran masih nyangkut pada kejadian beberapa menit yang lalu. Ia menyentuh pipi nya sendiri, bekas ciuman dari Sheila. Dan lagi-lagi pipinya memerah.

"Bangdek "

Panggilan itu tidak di hiraukan oleh Fadil. Cowok itu langsung berjalan menaiki anak tangga. Mengabaikan beberapa pasang mata yang menatap nya dengan aneh.

"Bangdek kenapa, deh ?" Gumam Putri heran. "Masuk bukannya assalamualaikum, malah nyelonong aja kayak kambing " selorohnya lagi.

Sedangkan kedua orang tuanya hanya mengulum senyum mendengar gerutuan si bungsu. Namun tetap heran dengan kelakuan putra nya yang terlihat seperti tidak pada tempatnya. Lagi pula, yang membuat mereka semakin penasaran adalah, Fadil yang tiba-tiba menghilang selesai sholat subuh di masjid pagi ini.

***

Brak!

Sheila bersender di belakang pintu, hingga pintu kamarnya tertutup sedikit kasar. Ia menghela napas berkali-kali sambil memegangi dadanya sendiri.
Dan kemudian, mengekspresikan kefrustasian nya sendiri.

Aaaaa... Apa yang udah gue lakuin ? Gue nyium Fadil!!

Gue pasti udah gila! Apa yang akan di fikirkan Fadil sekarang ? Ia berani mencium cowok itu!! Batin Sheila, seolah merasa bodoh sendiri.

Tapi, Fadil kan pacar gue. Gak ada yang salah dong! Suara hati nya yang lain membenarkan tindakan nya adalah tindakan yang wajar.

Tapi ini Fadil!! Cowok paling kaku kalau soal cinta.
Tapi....aaaaaaaaa.... Gue maluuuuu. ...

Sheila langsung menenggelamkan mukanya di atas bantal. Berteriak untuk meluapkan rasa senang sekaligus malu dengan aksi nya barusan. Fadil pasti kaget banget, bahkan cowok seperti orang yang kehilangan roh nya. Ia takut, kalau Fadil akan mengelapnya cewek gak bener. Mengingat bagaimana cowok itu taat beribadah.

Fadil & SheilaWhere stories live. Discover now