Chapter 69

4.6K 280 5
                                    

Aku membuka mata perlahan dengan kepala yang terasa berat. Samar, aku mendengar suara Josh sedang meminta agar Shia menyiapkan beberapa prosedur tes padaku.

"Josh, kumohon jangan berlebihan," kataku lirih.

Lelaki yang berdiri di ambang pintu ruangan perawatanku itu menoleh. "Hei, kamu sudah sadar."

"Aku hanya anemia biasa. Jangan terlalu berlebihan," kataku sambil berusaha bersandar.

Josh setengah berlari untuk membantuku. "Ya, tapi EKG-mu nggak berkata seperti itu," katanya. "Aku melihat ada segmen ST yang tinggi pada lead anterior dan lateral. Dan aku harus membawamu untuk melakukan echo."

"Echo? Hei, aku nggak punya riwayat penyakit jantung!" ujarku tak terima. "Kamu terlalu berlebihan hanya karena ini AKU kan?"

Tiba-tiba Jenna masuk ke dalam ruangan. "Berhenti menjadi wanita keras kepala dan dengarkan pria ini!" pintanya.

Aku pun bungkam dan pasrah ketika pada akhirnya mereka membawaku untuk melakukan tes ekokardiografi atau USG jantung yang lebih sering disingkat dengan sebutan echo. Tes ini merupakan pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran detail pada jantung, sekaligus merekam gambar dengan sempurna. Tujuannya agar seorang dokter dapat mengevaluasi kesehatan jantung pasiennya.

"Apakah hasil echo sudah ada?" tanyaku pada Josh beberapa jam setelah tes itu berakhir.

"Yup," jawab Josh yang masuk ke dalam ruanganku dengan kedua tangan memegang iPad berisi hasil tesku. "Kabar baiknya adalah tak ada serangan jantung yang terjadi padamu, tetapi pada dasarnya kamu mengalami suatu kejadian kardiak," jelas Josh yang duduk di samping tempat tidurku. "Takotsubo cardiomyopathy."

"Apa?" aku mencelos mendengarnya.

"Arteri koronermu mengalami kejang, sehingga menyebabkanmu susah untuk bernapas dan sedikit rasa nyeri di dada," ujar Josh dengan tatapan penuh perhatian. Begitu lembut, tetapi tajam. Sungguh, ia terlalu tampan untuk menjadi setan.

"Sindrom patah hati," gumamku lemas.

"Ya, sindrom patah hati memang lebih sering menyerang perempuan. Kondisi yang mana otot jantung untuk sementara melemah dan pembuluh darah tidak dapat merespon secara normal. Sindrom ini juga sering dikenal dengan sebutan sindrom balon apikal. Wajar saja jika kamu mengalami ini, karena memang sindrom patah hati biasanya terjadi setelah seseorang, terutama kaum wanita sepertimu mengalami peristiwa yang menegangkan atau menyedihkan, seperti kehilangan sesuatu," jelas Josh.

"Hanya karena sebuah cincin, aku mengalami gejala mirip serangan jantung tanpa kerusakan permanen."

Josh menggenggam tanganku lembut. "Hei, kamu akan melewati ini semua." Josh menarik napasnya perlahan. "Mungkin ini pertanda bagimu."

"Apa maksudmu?"

"Mungkin ... Bagas memang bukan jodohmu," jelas Josh agak ragu.

Sejenak tubuhku kaku mendengar kalimat itu. Seandainya saja tangan Josh tak memegang tanganku seperti itu, mungkin aku sudah memukulnya.

"Semoga lekas sehat," kata seseorang dari ambang pintu yang kukenal benar suaranya.

Bagas sudah berdiri di sana, entah sejak kapan. Ia menatapku dan Josh dengan tatapan kejam. Sesekali, pandangan matanya tertuju pada tangan Josh yang tengah menggenggam tanganku erat. Dan entah mengapa, lelaki sialan itu masih saja meremas tanganku padahal aku sudah berusaha melepaskannya.

"Bagas, tunggu!" pintaku ketika Bagas malah memutar tubuh, melangkah pergi, menghilang dari pandanganku. Aku menarik tangan dari Josh dan berusaha turun dari tempat tidur sambil mencabut jarum infus yang masih tertancap di tanganku.

"Rei, kamu nggak boleh melakukan ini!" Josh menghalangiku. Ia memegang kedua lenganku dan menahanku agar tetap berada di atas sana.

"Lepaskan aku!" jeritku. "Bagas!"

Jenna masuk ke dalam ruangan bersama Shia.

"Cepat berikan dia penenang!" kata Josh berusaha mendekapku yang terus meronta.

"Pergi kamu dari sini! Aku muak melihatmu, Josh!" tanganku yang mengepal memukul dadanya yang bidang. Aku tak peduli jika pukulan itu meremukkan tulang rusuknya atau malah membuat jantungnya mengempis hingga ia hancur seperti vampir yang menjadi abu. "Kamu jahat, Josh! Aku benci kamu ..." isakku yang sedikit demi sedikit kehilangan kesadaran. Terkulai lemas dalam dekapan Josh.

"Silakan membenciku, Rei. Tapi aku tetap akan mencintaimu," bisiknya tepat di telingaku sebelum aku benar-benar hilang kesadaran.

[TAMAT] Married by AccidentWhere stories live. Discover now