TIGA PULUH TIGA

7.3K 502 6
                                    

Setelah menceritakan semuanya, Wei Wei lantas mendongak dan memandang langit kerajaan Yun. Mungkin ini akan menjadi hari terakhir untuknya menikmati suasana kerajaan Yun.

Berat rasanya meninggalkan lingkungan yang barunya, lingkungan yang mampu memberinya kenyamanan. Wei Wei menghela nafas berat, sangat sulit baginya mengakui bahwa tugasnya disini telah selesai.

Sebentar lagi ia akan kembali kedunianya, kembali menghadapi penderitaan yang berkepanjangan. Hidupnya seakan tidak mengenal kata bahagia, dan kebahagiaan serasa enggan mampir lama dalam hidupnya.

Jujur. Wei Wei tak ingin menjadi seperti pelangi! Yang datang memberi kehangatan sementara, lantas berlalu pergi. Ia tak ingin menjadi seperti itu.

Wei Wei tak ingin pergi dan memberi luka kepada mereka semua yang sudah terlanjur menyayanginya, entah apa yang akan ia lakukan kedepannya? Rasanya saat ini Wei Wei hanya mampu meratapi nasib dan penderitaan yang akan kembali menyapanya nanti.

.
.
.
.
.

Kaisar Xiao Nai dengan langkah tergesa menuruni setiap anak tangga menuju penjara bawah tanah kerajaan Yun yang gelap dan dingin, raut wajahnya amat sangat tidak bersahabat. Pancaran matanya memancarkan kilatan kekejaman , serta aura membunuh yang sangat mengintimidasi amat sangat kental ia keluarkan.

Rahang kaisar Xiao Nai masih nampak mengeras, warna kulit wajahnya kini telah berubah merah hingga ketelinga. Kedua tangannya masih terkepal erat, bahkan kini kuku-kukunya telah mengoyak kulitnya.

Darah sejak tadi menetes dari luka koyak yang ada di telapak tangannya, rasa sakit dan perih seakan tidak ada apa-apanya bagi kaisar Xiao Nai saat ini.

Langkah kaisar Xiao Nai terhenti ketika ia telah sampai pada pintu jeruji terbuat dari kayu kualitas terbaik yang terkenal kokoh dan kuat diujung lorong koridor penjara, kaisar Xiao Nai menatap nyalang penghuni sel penjara paling pojok tersebut yang kini juga balas menatapnya.

Mantan mentri aparatur negara, An Dong Li yang merupakan sang penghuni sel penjara paling pojok. Kulit wajahnya nampak amat pucat, banyak lebam serta luka disetiap inci tubuh paruh bayanya.

Pakaiaan kebesarannya kini berganti dengan pakaian tahanan yang didominasi warna putih, terdapat banyak bercak darah pakaiannya terutama dibagian lipatan lutut dan selangkangannya. Rambut mantan mentri Li keluar dari ikatannya, rambunya kini menjuntai tak beraturan dan amat berantakan.

Kondisinya saat ini amat sangat buruk, ia bahkan terlihat lebih rendah dari gelandangan dan binatang dimata kaisar Xiao Nai.

"Mengapa orang terhormat seperti anda mendatangi tempat tidak layak seperti ini?" Tanya mentri Li memecahkan kesunyian.

"Apakah tidak boleh?" Tanya balik kaisar Xiao Nai

Mentri Li tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya karna enggan bersitatap dengan kaisar Xiao Nai. Entah karna ia takut? Atau karna egonya?

"Zhen kesini hanya ingin melihatmu, MANTAN MENTRI APARATUR NEGARA" jawab kaisar Xiao Nai menekan setiap kata terakhir dari kalimat yang ia lontarkan.

"Zhen ingin melihat penderitaanmu, raut wajah penyesalanmu, ketakutanmu, kesakitanmu dan semua hal yang mumbuatmu semakin jatuh kedasar keputusasaan"

"Namun sayang, apa yang kuharapkan tidak terjadi. Yang zhen lihat hanyalah raut wajah angkuh dan sombongmu sejak dulu sampai sekarang masih mampu kau perlihatkan, padahal besok adalah hari yang akan mengantarmu keneraka paling ganas atas semua perbuatanmu" ucap kaisar Xiao Nai.

"Jika tujuan anda hanya ingin mengejek, ada baiknya anda pergi saja dari sini" balas mentri Li sarkas

"Tentu saja mengejekmu adalah salah satu tujuanku, tapi itu bukanlah tujuan utamaku datang kemari" jawab kaisar Xiao Nai.

.
.
.
.
.

Kaisar Xiao Nai tak kunjung jua mengatakan tujuan utamanya menemui mentri Li, mungkin saat ini ia menguatkan hatinya dan juga emosinya yang tidak terkendali.

Waktu terus berlalu, dan hanya ada kesunyian yang menemani hingga akhirnya kaisar Xiao Nai mulai bertanya setelah banyaknya waktu berlalu sia-sia.

"MENGAPA? MENGAPA KAU MEMBUNUH AYAHANDAKU?" Tanya kaisar Xiao Nai akhirnya.

Tubuh mentri Li menegang saat mendengar pertanyaan kaisar Xiao Nai, bulu kudunya seketika meremang saat mengulang kalimat kaisar Xiao Nai yang dingin dan mengintimidasi.

Mentri Li tak menjawab, ia hanya memilih bungkam dan mengemal kedua tangannya kuat agar tubuhnya tak gemetar.

"APA SALAH AYAHANDA? SEHINGGA MAHLUK BRENGSEK YANG HINA,TAK TAU DIRI DAN TAK TAU TERIMAKASIH SEPERTIMU MEMBUNUH ORANG BERHATI MALAIKAT SEPERTI AYAHANDAKU?!" Teriak kaisar Xiao Nai yang emosinya ternyata telah lepas kendali.

"AYAHANDAKU SELAMA INI MEMPERLAKUKANMU DENGABN BAIK, IA BAHKAN HARUS MERELAKAN IBUNDAKU DEMI MENOLONGMU DARI SEKELOMPOK PEREMAN DULU!" ujar kaisar Xiao Nai dengan nada penuh kesedihan "LANTAS MENGAPA KAU MEMBALAS KEBAIKANNYA SEPERTI INI?" Teriak kaisar Xiao Nai lagi.

"BELUM CUKUPKAH HARTA, KEKUASAAN, DAN JABATAN YANG IA BERIKAN? MENGAPA KAU BEGITU BRENGSEK DAN TIDAK TAU DIRI? AYAHANDAKU SELALU SAJA MEMBELAMU KETIKA KAU BERBUAT SALAH, IA SELALU SAJA BERADA DIPIHAKMU KARNA BAGINYA KAU SUDAH IA ANGGAP SAUDARANYA"

"ZHEN TIDAK HABIS PIKIR, KESERAKAHAN MEMBUTAKAN HATI NURANIMU. KAU DENGAN TEGA MEMBUNUH AYAHANDAKU BAHKAN KAKEK MERTUAKU LIU LONG WEI HANYA KARNA MEREKA TAU RENCANAMU YANG INGIN MENGULINGKANKU DARI TAHTA, KAU BEGITU TAMAK DAN SERAKAH AKAN KEKUASAAN. KAU LUPA SETIAP KEJAHATAN AKAN SELALU SAJA KALAH DENGAN KEBENARAN, TAK PEDULI SEBERAPA RAPI KAU MENYEMBUNYIKAN SEMUA KEBUSUKANMU. KEBENARAN PASTI AKAN TERUNGKAP PADA AKHIRNYA" kata kaisar Xiao Nai yang kini melangkah meninggalkan sel penjara yang mengurung mentri Li

Saat kaisar Xiao Nai telah menjauh, saat itu pula lah tubuh mentri Li gemetar. Tangannya masih terkepal kuat, hingga kuku-kukunya memutih. Warna wajahnya kini berubah menjadi merah padam menahan emosi.

"AKU MEMBUNUHNYA KARNA IRI DENGAN SEMUA YANG IA MILIKI" gumam mentri Li.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

Makanya usaha dong :V ( colek mantan mentri aparatur negara)

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang