DUA

10.2K 759 9
                                    


WEI WEI terus meronta karna merasakan sesak, ia butuh bernafas untuk kelangsungan hidupnya.

Wei Wei menghirup udara sebanyak-banyaknya dengan rakus untuk mengisi paru-parunya walaupun matanya masih terpejam. Wei Wei merasakan tubuhnya terasa sangat sakit dan juga remuk, tengorokannya terasa sakit dan kering. Wei Wei butuh air untuk menghilangkan rasa hausnya namun karna ia merasa sangat lelah, hingga akhirnya ia tetap berada di tempatnya.

Namun tak berselang berapa lama hingga ia sadar, Wei Wei merasakan sesuatu benda yang tebal nan lembut menyelimuti tubuhnya sehingga dapat ia rasakan sebuah kehangatan yang membuatnya semakin merasa nyaman dan semakin terlelap.

Tapi, tunggu!

Wei Wei buru-buru terbangun dengan pemikiran bahwa sanya anak buah tua bangka itu berhasil menyelamatkannya karna sebelum ia kehilangan kesadaran ia melihat cahaya yang terang. Wei Wei menatap seisi ruangan dengan pandangan waspada.

Wei Wei mengernyitkan keningnya saat dirasakan ruangan yang ia tempati begitu terasa femiliar baginya. Ini bukan di rumah mewah tua bangka itu, karna nuangsa ruangan disini terkesan kuno sedangkan rumah tua bangka itu terkesan moderen.

"Apakah tempat kuno ini adalah surga?" Gumam Wei Wei

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, menampilkan beberapa wanita yang berpakaian seragam yang sama namun hanya ada seorang wanita yang nampak berpakaian berbeda.

'Apakah mereka bidadari di kayangan?' Batin Wei Wei

Wanita yang berpakaian berbeda segera menghampirinya dengan raut wajah haru,senang serta lega yang menjadi satu.

"Yang mulia, anda telah sadar?" Tanyanya dengan raut wajah lega serta bersemangat.

'Apa? Yang mulia?' Kerutan samar tercetak di kening Wei Wei

"Syukurlah, termikasih dewa kau telah menyelamatkan permaisuri kami" ucapnya penuh syukur.

Wei Wei menatap wanita berusia pertengahan 30-an itu dengan raut wajah bingung setengah mati, apa maksudnya? Wei Wei jelas tidak mengerti.

"Apa yang kalian tunggu. Segera kabari Yang mulia kaisar bahwa permaisuri telah sadar" perintahnya "dan satu lagi jangan lupa panggil tabib khusus kerajaan, tabib Yeng" lanjutnya lagi.

Wei Wei semakin bingung dan juga merasa pusing tujuh keliling dengan situasi yang ia hadapi kini, Wei Wei jelas tidak mengerti. Kaisar? Tabib kerajaan? Bukan kah ini di surga? Apakah memang surga seperti ini? Segala pertanyaan mulai berkecamuk dalam benaknya hingga kepalanya berasa mau pecah karna pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Tak berselang berapa lama seorang pria tinggi berkulit putih memasuki ruangan dengan wajah datar dan aura kepemimpinan yang mengintimidasi, walaupun ia menampilkan wajah datar namun Wei Wei akui ia sangat tampan terlebih balutan baju kebesaran khas kerajaan yang berwarna merah terang dengan beberapa simbol naga di beberapa bagian yang di jahit benang emas menampah penosanya berkali lipat.

Wei Wei bisa menebaknya dengan mudah bahwa pria tampan itu adalah kaisar. Terbukti dari sikap semua orang yang berada di ruangan yang menunduk memberi hormat.

'Apa aku juga harus mengikuti mereka? Batin Wei Wei bertanya

'Dulu saat aku mengikuti beberapa drama kerajaan, orang yang tidak memberi hormat pada kaisar hukumnya kematian. Memikirkan itu aku bergedik ngeri, lebih baik aku mengikuti mereka dan mencari aman saja' gumamnya dalam hati

Wei Wei ikut menunduk, walaupun posisinya masih duduk di atas peraduan. Mustahil baginya untuk berdiri terlebih kondisinya masih lemah dan Wei Wei jamin kakinya belum mampu mendopong tubuhnya.

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang