DUA PULUH TIGA

6.8K 540 1
                                    


WEI WEI terbangun dari mimpinya dengan nafas yang memburu hebat, ia berasa baru saja mengalami lari maraton sehingga membuat dadanya naik turun dengan bernafas putus-putus seperti ini.

Wei Wei mendudukan dirinya, lalu menoleh kesamping tempat kaisar Xiao Nai tidur semalam.

"Berapa lama aku tidur?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Wei Wei bergegas turun dari peraduan, ia harus membersihkan dirinya dan menghilangkan segala pikiran tentang mimpinya.

Entah mengapa saat ia mengetahui jawaban atas pertanyaannya selama ini, hati Wei Wei amat sangat tidak tenang. Harus kah ia membantu sang pemilik tubuh? Atau mengabaikannya saja karna ia sudah terlalu nyaman? Namun jika dipikirkan dengan akal sehatnya, seharusnya ia tidak berada disini dan mengubah sejarah yang ada.

Wei Wei menghela nafas berat, semua ini sangat sulit dan berat ia lakukan.

.
.
.
.
.

Wei Wei mengerjakan tugasnya sebagai pemimpin yang mengatur istana dalam seperti biasa, bedanya hari ini ia tidak terlalu menikmatinya.

Pikirannya berkelana entah kemana, sehingga pekerjaannya tak urung jua selesai. Wei Wei menghela nafas berat, ia memijit pangkal hidung mancungnya.

Kepalanya kini berdenyut sakit, Wei Wei tidak mampu melanjutkan pekerjaannya dengan kondisi seperti ini. Wei Wei takut dengan dirinya yang tetap bersikeras bekerja akan membuat semuanya malah semakin kacau, ada baiknya ia melanjutkannya nanti saja.

Saat hendak bangun dari duduknya, tiba-tiba saja ada satu bidikan anak panah yang mengores lengan kiri Wei Wei sebelum anak panah itu menancap di dinding kayu dengan sebuah surat yang terikat pada batang anak panah tersebut.

Wei Wei meringis merasakan sakit dan perih, ia tadi sempat syok dengan kedatangan anak panah itu secara tiba-tiba. Untung saja tembakannya meleset, jika tidak mungkin saja Wei Wei akan mati.

Wei Wei menutup lukanya dengan tangan kanannya, agar darahnya berhenti merembes keluar. Wei Wei menghampiri anak panah tersebut, ia mencabutnya dengan tangan kirinya walaupun ia harus menahan nyeri dan sakit di lengannya.

Wei Wei mengambil kertas itu dan membacanya dengan seksama, tiba-tiba saja satu alisnya terangkat. Wei Wei penasaran akan orang yang memintanya bertemu di taman teratai. Taman yang merupakan penghubung antara istana naga dan istana pheonix.

Saat Wei Wei hendak keluar dari ruang kerja tersebut, tiba-tiba tubuhnya limbung dan semuanya menjadi gelap.

.
.
.
.
.

Kaisar Xiao Nai yang baru saja pulang sehabis rapat, memasuki istana Naga dengan langkah tergesa. Ia menghampiri dayang Zhu dan menanyakan keberadaan permaisurinya, entah mengapa ia selalu merindukan Wei Wei walaupun jarak mereka tidaklah jauh.

"Menjawab yang mulia, permaisuri saat ini ada diruangan kerja anda" jawabnya

Kaisar Xiao Nai mengangguk, ia melangkah setengah berlari menuju ruang kerjanya. Kaisar Xiao Nai tersenyum lembut, saat membayangkan wajah cantik Wei Wei yang menyuingkan senyum manis menyambut kedatangannya.

"Permaisuri~~" panggil kaisar Xiao Nai saat membuka pintu ruangan kerjanya.

Wajah ceria kaisar Xiao Nai seketika berubah menjadi cemas saat melihat tubuh Wei Wei terkapar di lantai dengan luka yang masih merembeskan darah segar, kaisar Xiao Nai langsung menghampiri Wei Wei mengangkatnya dan berteriak di sepanjang koridor menuju peraduannya agar para bawahannya segera memanggil tabib Yeng.

Tak berselang berapa lama tabib Yeng datang dengan nafas yang memburu hebat, saat mendapat kabar adiknya pingsan dengan luka di lengan kirinya ia lansung menuju istana Naga dengan berlari kencang.

Tabib Yeng memeriksa kondisi adiknya mulai dari memeriksa denyut nadinya yang amat lemah, hingga mengobati luka sobek dilengan kiri Wei Wei dengan ramuan obat yang dioleskannya. Setelahnya, tabib Yeng membalut luka itu dengan perban.

Jendral Byu dan mentri Juan juga datang menjenguk, mereka bahkan meninggalkan pekerjaannya dan berlari menuju istana Naga. Mereka bahkan tidak peduli dengan tatapan bingung dari para penghuni kerajaan, saat ini yang ada di pikiran mereka adalah melihat kondisi permaisuri Wei Wei.

"Apa yang terjadi?" Tanya jendral Byu

Kaisar Xiao Nai tidak menjawab, namun ia menyodorkan kertas yang ia temukan dalam genggaman Wei Wei sebelum ia hilang kesadaran.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang