SATU

11.8K 683 2
                                    


WEI WEI terus berlari, berlari sejauh mungkin menghindari kejaran para anak buah Tua bangka tersebut untuk menagih hutang yang di tinggalkan kedua orang tuanya sebelum maut memanggil mereka.

Wei Wei berlari kencang, tak peduli dinginnya angin malam yang menusuk sampai tulang, tak peduli kakinya yang sakit akibat berlari menggunakan heels, tak peduli tubuhnya yang lelah serta tak peduli tenaganya sudah mencapai batas. Baginya berlari dari kejaran mereka sejauh mungkin adalah prioritas utamanya saat ini.

Dengan deru nafas yang memburu, sekali-sekali Wei Wei menengok kebelakang seraya memastikan bahwa jarak dirinya dengan mereka cukup jauh.

Langkahnya mulai terseok-seok akibat bebatuan dan kerikil yang menghambat langkahnya yang cepat. Tanpa ia sadari kini Wei Wei telah berada di lereng bukit dimana ujungnya adalah jurang yang langsung berhadapan dengan laut mati. Suara ombak menghantam karang menyadarkannya, tidak ada lagi jalan baginya untuk kabur dari mereka. Berbalik pun percuma, karna kini mereka sudah berada dibelakangnya dan saat ini Wei Wei mulai merasa terpojokan.

"Kau tidak bisa kemana-mana lagi nona Bai" ujar seorang pria botak dengan perut buncit yang merupakan ketua dari anak buah tua bangka itu.

"Tidak ada pilihan lain untukmu nona maka menyerahlah" katanya lagi

Hanya ada dua pilihan dalam benaknya disaat Wei Wei sekarang menghadapi krisis seperti ini, dua pilihan yang sangat sulit antara mati atau menyerah.

"Menyerah dan menikahlah dengan Bos kami untuk melunasi hutang-hutang kedua orang tuamu yang mereka tinggalkan sebelum mati" kata pria botak itu lagi yang menyentakan Wei Wei dari lamunan.

"Tidak akan!" Tegasnya

"Astaga, kau betul-betul gadis yang keras kepala dan tidak tau terimakasih" kata pria botak itu tidak habis pikir dengan pendirian Wei Wei.

"Apa kurangnya Bos kami?" Tanyanya "seharusnya kau bersyukur Bos kami tergila-gila padamu, setidaknya jika kau menikah dengannya semua harta kekayaannya menjadi milikmu" lanjut pria botak itu

"AKU LEBIH MEMILIH MATI DARIPADA HARUS MENIKAH DENGAN TUA BANGKA ITU" Teriak Wei Wei yang masih dengan pendiriannya.

Suara tawa mengema malam itu, mereka jelas merasa lucu dan tidak percaya dengan pendirian Wei Wei, mungkin sikap keras kepala dan pemborontakannya inilah yang membuat pria tua bangka itu tergila-gila padanya diusianya yang sudah setengah abad. Menurut mereka seharusnya Wei Wei lebihlah pantas menjadi cucu tua bangka itu ketimbang menjadi istri muda Bos mereka.

"Kau pasti sedang bercanda nona Bai" katanya setelah tawa mereka sedikit mereka.

"AKU TIDAK BERCANDA" Balas Wei Wei penuh nada serius "JIKA KALIAN TIDAK PERCAYA MAKA TUNGGU SAJA. AKAN KU BUKTIKAN UCAPANKU BARUSAN" Lanjutnya lagi

Wei Wei memejamkan matanya, semua ini membuatnya sangat lelah dan tidak ada henti-hentinya ia menghembuskan nafas berat mengingat betapa tidak adilnya dunia padanya yang memberinya banyak lelah, sakit serta penderitaan yang bertubi-tubi.

'Maafkan aku..
Mungkin ini adalah jalan yang terbaik. Jujur aku sudah sangat lelah dengan semuanya, sampai aku tak mampu lagi memikul semua beban dan penderitaan ini.

Percuma aku hidup. Jika pada akhirnya harus menikah dengan tua bangka itu. Hidupku tidak akan bahagia, aku yakin itu. Jika memang itu terjadi aku pasti hidup tapi berasa mati.

Akan lebih baik jika aku mati saja, mengakhiri hidupku ini sehingga semua rasa lelah,sakit, dan penderitaan yang kualami akan berakhir.

Ayah.. ibu.. maafkan sikap egoisku yang lari dari tanggung jawab. Tidak ada pilihan lain bagiku. Apabila kita bertemu, kuharap kalian bisa memaafkanku. Kematian adalah jalan yang aku pilih, aku akan segera menyusul kalian' batinnya.

Wei Wei membuka matanya. Berlari dan melompati jurang tanpa rasa takut, ini adalah pilihannya dan ia harap pilihannya adalah yang terbaik.

Byurrr!!

Siapa sangka? Disaat mereka lengah, Wei Wei membuktikan ucapannya dengan menjatuhkan dirinya kejurang yang langsung berhadapan dengan laut mati yang saat ini tengah ganas-ganasnya.

Tubuhnya langsung menghantam permukaan air laut cukup keras. Sakit namun perjalanan hidupnya lebih sakit dari pada ini setalah kedua orang tuanya meninggal dunia. Mereka meninggalkannya sendiri dengan hutang-hutang mereka yang selama ini mereka sembunyikan darinya, hal itu bisa saja terjadi jika saja saat itu Wei Wei sadar usaha kedua orang tuanya telah bangkrut tapi ia tetap saja menghambur-hamburkan uang karna hoby-nya yang suka belanja dan juga dugem.

Para anak buah tua bangka itu mulai panik bukan main. Sementara mereka sibuk memikirkan cara menyelamatkan Wei Wei hidup-hidup dari laut mati yang entah berapa kedalamannya, saat itu pula tubuh Wei Wei mulai semakin tenggelam.

Wei Wei bisa saja berenang karna pada dasarnya ia memang pintar berenang dan pernah beberapa kali mengikuti kejuaraan lombah renang mewakili sekolah atau daerahnya, namun pendiriannya tetap kukuh. Wei Wei lebih memilih mengakhiri hidupnya dan berharap di kehidupan selanjutnya tidak ada lagi penderitaan yang menghampirinya.

Suhu air laut semakin dingin tatkala tubuhnya semakin tengelam kedasar laut mati, Wei Wei merasakan tubuhnys kink terasa mati rasa dan perlahan membeku terlebih ini adalah akhir musim gugur dimana sebentar lagi salju akan menyapa.

Semakin tubuh Wei Wei tenggelam kedasar, semakin menipis oksigen di sekitarnya. Hingga pada akhirnya Wei Wei kehabisan nafas, membuat tubuhnya refleks meronta di dasar laut. Namun sayang semua percuma semuanya akan segera berakhir. Wei Wei kehilangan oksigen di dasar laut, tubuhnya perlahan mengambang, sebelum matanya terpejam rapat dan menyapa dingin dan kegelapan ia melihat secerca cayaha.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang