TIGA PULUH DUA

7.3K 514 3
                                    


Kaisar Xiao Nai tak mampu membendung rasa penasarannya, banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan pada permaisuri.

Saking penasarannya kaisar Xiao Nai berlari dari perpustakaan kerajaan menuju istana naga yang jaraknya lumanyan jauh, kaisar Xiao Nai tak peduli rasa lelah kini menghampirinya.

Yang terpenting saat ini adalah bertemu dengan Wei Wei dan menanyakan segala hal yang berkecamuk dalam benaknya. Masa bodoh jika permaisurinya masih bungkam dan tak kunjung menemaninya berbicara, kaisar Xiao Nai akan melakukan apa saja asalkan ia mendapat jawaban dari semua pertanyaanya bahkan dengan cara mendesak dan memaksa sekalipun ia akan lakukan.

.
.
.
.
.

Kaisar Xiao Nai telah tiba diistana naga dengan nafas memburu hebat, tenaganya terkuras dalam sekejap karna berlari sekuat tenaga.

Kaisar Xiao Nai memasuki istana naga dengan langkah tergesah, mencari keberadaan permaisurinnya adalah tujuan utamanya. Ia bahkan mengabaikan segala sapaan yang dilontarkan untuknya dari para bawahannya, ia terus saja melangkah menuju peraduannya berharap permaisurinya ada disana.

Tepat saat kaisar Xiao Nai ingin membuka pintu, pintu lebih dulu terbuka dan menampakan sosok yang dicarinya. Seketika senyum tipis terbit diwajah kaisar Xiao Nai yang kini penuh akan keringat, tak berselang berapa lama hembusan nafas kelegaan lolos dari bibir penuh kaisar Xiao Nai.

"Ada apa?" Tanya Wei Wei yang seakan tahu kaisar Xiao Nai tengah mencarinya.

Kaisar Xiao Nai terkejut, bagaimana bisa permaisurinya mengetahui bahwa ia tengah mencarinya? Apakah ekspresi wajahnya sangat kentara?

"Tidak usah terkejut seperti itu, hamba tahu cepat atau lambat anda pasti mencari hamba" jelas Wei Wei "dan dugaan hamba benar, walaupun diluar prediksi hamba. Anda datang lebih cepat dari yang hamba kira, padahal hamba sebisa mungkin menghindar dengan cara bungkam" lajutnya.

"Kau bahkan sudah berpikir sejauh itu?" Tanya kaisar Xiao Nai tidak percaya "mengapa kau menghindar dan tidak pernah memberitahukan pada zhen?" Todong kaisar Xiao Nai.

"Bisakah kita bicara ditempat yang nyaman dan tidak berdiri seperti ini?" Sindir Wei Wei yang menyadarkan kaisar Xiao Nai bahwa tempat mereka bukanlah tempat yang memberi kenyamanan dan juga privasi.

"Kau ingin bicara dimana?" Tanya kaisar Xiao Nai akhirnya.

"Ditaman teratai. Aku ingin disana, sekalian kita makan siang disana. Aku sudah meminta dayang Zhu menyiapkan makan siang dan membawanya kesana" balas Wei Wei

Kaisar Xiao Nai hanya mengangguk saja, toh ia tidak perlu repot-repot menyiapkan karna permaisurinya ternyata lebih cepat tanggap dibanding dirinya.

"Ohiya permaisuri" panggil kaisar Xiao Nai

Wei Wei menatap kaisar Xiao Nai dengan alis terangkat "mengapa sikapmu sering berubah-ubah?" Tanyanya

"Entah!" Jawab Wei Wei lalu mengangkat kedua bahunya acuh, lalu melangkah lebih dulu.

"Wanita memang sulit ditebak!" Gumam kaisar Xiao Nai tidak habis pikir.

.
.
.
.
.

"Hamba akan memulai ceritanya dari awal, namun saya harap yang mulia cukup mendengar penjelasan hamba sampai akhir tanpa memotong perkataan hamba. Janji?" Kata Wei Wei saat tiba di gasebo taman teratai.

"Hmm" balas kaisar Xiao Nai dengan gumaman.

Flashback

Saat itu angin berhembus kencang, Wei Wei kala itu tetap berpegang teguh pada pendiriannya dab terus menerobos angin yang berhembus kencang.

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang