SEPULUH

8.6K 636 3
                                    


'Bukankah selalu ku ingatkan untuk selalu berhati-hati?'

"Suara itu.."

'Whahaha, kenapa? Kau terkejut aku datang lagi dalam mimpimu?'

'Kupikir setelah aku sering menemuimu, kau akan terbiasa'

"Di-dimana kau?" Ucap Wei Wei terbata

'Aku disini!'

"Dimana?" Kata Wei Wei lagi.

'Aku ada di sini, dibelakangmu' jawab wanita misterius itu

Wei Wei menoleh kebelakang dan mendapati wanita itu, wajahnya kini sudah jelas namun sayang karna ia yang membelakangi matahari yang terbit membuatku harus memincingkan mata.

Wei Wei melangkah mendekat padanya, guna menghilangkan rasa penasarannya pada wanita misterius itu yang selalu menjadi bunga tidurnya. Namun saat langkahnya hampir mencapainya, wanita itu tiba-tiba menghilang.

'Belum saatnya kau mengetahui jati diriku yang sebenarnya'

'Aku datang kemari hanya ingin memberitahumu, bahaya yang lebih besar akan mengancam keselamatanmu' katanya memperingati

Lagi.

Wei Wei kembali di peringati, entah salah apa yang di miliki sang pemilik tubuh ini dahulu sehingga keselamatannya selalu saja terancam.

Sialnya mengapa harus ia yang berada di dalam tubuh ini? Ini jelas sangat menakutkan dan mengerikan. Walaupun Wei Wei memiliki keahlian bela diri dan juga panahan, didunia yang kejam dan penuh tipu muslihat ini akan terasa percuma selalu menghindar, melawan atau bahkan berusahan bertahan jika inti dari permasalahan masih hidup dan tenang di tempatnya berpijak.

Siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakainya? Seberapa besar luka, benci, amarah dan dendam yang pernah di torehkan permaisuri dulu?

.
.
.
.
.

Kepala Wei Wei terasa sangat pening. Ia memperbaiki posisinya, duduk bersandar di kepala peraduan dengan tangan yang memijit pelipisnya pelan.

"Syukurlah kau telah sadar" ucap seorang pria berparas tampan yang selalu saja memberikan ekspresi datar nan menyebalkan "apakah kepalamu sakit?" Tanyanya dengan nada yang tersirat akan kekhawatiran.

Wei Wei menggeleng.

Kaisar Xiao Nai mengangguk, ia ingin melontarkan banyak pertanyaan pada permaisurinya kini namun segala pertanyaan tersebut seakan sulit ia lontarkan. Mungkin ia akan menundanya dulu dan mencari waktu yang tepat, ia takut permaisurinya masih syok dan trauma akan kejadian semalam.

"Ehmm, yang mulia dimana kah ini?" Tanya Wei Wei

"Diistana Naga" jawabnya.

"Mengapa saya bisa ada disini? Bukan kah semalam saya tertangkap para penjahat yang ingin membunuhku?" Tanyanya lagi.

"Kami menyelamatkanmu tepat waktu, permaisuri" jawab kaisar Xiao Nai.

Wei Wei mengangguk "lalu dimana kedua penjahat itu?" Tanya Wei Wei penasaran.

"Sudahlah jangan pikirkan mereka, pikirkan saja dirimu" balas kaisar Xiao Nai

"Tapi-"

"Tidak ada kata T.A.P.I permaisuri" tegas kaisar Xiao Nai yang menekan kata 'tapi' dalam kalimatnya.

"Berhentilah bertanya, atau Zhen mencium bibirmu agar kamu bungkam dan berhenti bertanya" lanjutnya.

Mendengar penuturannya membuat Wei Wei bergedik ngeri akan ancaman yang di lontarkan kaisar Xiao Nai, matanya membulat sempurna saking terkejutnya dan dengan refleks kedua tangannya langsung bergerak membungkam mulutnya sendiri seraya menggeleng keras.

Kaisar Xiao Nai yang melihat reaksi Wei Wei lansung tertawa lepas, Wei Wei tertengun karna ini kali pertamanya ia melihat kaisar Xiao Nai menunjukan ekspresi lain selain ekspresi wajah datarnya yang sangat menyebalkan.

.
.
.
.
.

Sang surya semakin naik menuju puncak, cahayanya yang terang memancarkan kehangatan. Perlahan awan mendung yang mengumpal besar dilangit menutupi sang surya diatas singgasananya, hembusan angin kencang datang menghempas.

Perubahan cuaca yang tiba-tiba itu seakan biasa saja, perubahan cuaca hari ini sangatlah wajar memingat sebentar lagi musim dingin kan datang dan menyapa.

Diistana Naga, kaisar Xiao Nai menikmati makan siangnya dengan permaisurinya. Entah mengapa ada perasaan hangat yang menjalar di setiap pembulu darahnya, hanya karna melihat senyum tipis dari bibir pucat permaisurinya.

Kapan ia terakhir mengalami hal ini? Menurutnya ini kali pertama ia merasakan perasaan hangat dan nyaman bersama permaisurinya.

Setelah menghabiskan makan siangnya dan telah memastikan bahwa permaisurinya telah terlelap dalam tidur siangnya, kaisar Xiao Nai pun bergegas menuju ruang rahasia yang ada dibawah ruang kerjanya.

Disana sudah ada tabib Yeng, mentri Juan dan jendral Byu yang senang tiasa menunggu kehadirannya.

"Apa saja yang kau lakukan, mengapa kau sangat lama sekali" gerutu jendral Byu saat kaisar Xiao Nai baru saja datang.

Kaisar Xiao Nai hanya tersenyum penuh makna yang membuat jendral Byu mendengus kasar, tak perlu kaisar Xiao Nai menjelaskannya karna dari senyum dan raut wajahnya telah menjelaskan semuanya. Ia sudah paham, malah sangat paham.

Kaisar Xiao Nai duduk di salah satu kursi yang tersisa di tempat itu, ruangan rahasia itu lumayan luas. Didalamnya terdapat sebuah meja bundar dengan empat kursi terbuat dari kayu kualitas terbaik dengan ukiran rumit, diruangan itu juga terdapat rak-rak yang berjajar rapi penuh akan buku, ruangan rahasia itu juga terdapat permandian, dua buah kamar untuk istirahat serta ada gasebo dan taman buatan yang terdapat kolam ikan Koi didalamnya.

"Yeng, sejak kapan Wei Wei pandai bermain pedang dan juga panahan?" Tanya Kaisar Xiao Nai

"Entahlah, kau sendiri pasti tahu. Aku sendiri jarang berada diibukota karna mengejar pendidikan serta karirku di masa mendatang sehingga aku sangat jarang dekat dengan Meimei*-ku" jawab tabib Yeng.

"Semalam Zhen merasan firasat buruk mengenai permaisuri Wei Wei, sehingga malam itu zhen keluar dan ingin memastikannya aman"

"Anehnya saat Zhen ke istana Pheonix suasananya sangat sepi, melihat kondisi istana pheonix yang nampak sepi seperti kuburan tersebut Zhen bergegas ke kediaman permaisuri dan saat tiba disana permaisuri Wei Wei tengah dikejar dua orang penjahat sebelum ia menabrakku dan jatuh tidak sadarkan diri" jelasnya

"Hal yang membuatku curiga, kedua penjahat itu hendak kabur saat melihatku. Untung saja mereka berdua dihadang oleh Baoling yang selalu mengikutiku dalam bayang-bayang" tambahnya.

"Apa yang terjadi pada kedua penjahat itu?" Tanya mentri Juan penasaran.

"Tentu saja Baoling membasminya" jawab jendral Byu.

Kaisar Xiao Nai menggeleng "Baoling membiarkan mereka hidup, untuk mengorek informasi siapa yang memerintahkan mereka" jawab kaisar Xiao Nai

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang