SEMBILAN

8.6K 653 3
                                    


Malam ini telah menyapa, hari bahkan kini semakin larut namun Wei Wei tak kunjung memejamkan matanya karna perasaan gelisah terus menyerang.

Dalam peraduannya dengan pencahayaan yang minim karna sebagian lilin telah di padamkan. Hanya ada suara semilir angin yang berhembus serta suara binatang malam yang saling bersahutan mengisi keheningan malam yang benar-benar sepi.

Aneh?

Tak biasanya di depan koridor kamarnya sepi, Wei Wei tahu itu karna selama tinggal di dinasti Yun Wei Wei mulai terbiasa.

Keheningan diluar kamarnya membuatnya diserang rasa takut dan khawatir, segala pikir buruk serta firasatnya yang malam ini kurang baik membuat Wei Wei merasa waspada dan terus terjaga.

Krekkk..

Suara derit lantai menyentak Wei Wei, saat matanya baru saja hendak tertutup karna tiba-tiba rasa ngantuk mulai menyerangnya.

Namun suara langkah kaki yang bergesekan dengan lantai kayu berderit, walaupun sangat pelan namun masih mampu di tangkap telinga Wei Wei.

Buru-buru Wei Wei bangun dari peraduan, mengambil belati kecil di balik bantalnya lalu menyembunyikannya pada betisnya dan menutupnya dengan jubah tidurnya yang panjang. Setelah itu Wei Wei mengambil busur dan panahan yang ia sembunyikan di balik peraduan lalu bersembunyi di sudut dekat lemari besar.

Sosok hitam tiba-tiba saja masuk dalam kamarnya melalui jendela, mata Wei Wei terus mengamati sosok tersebut yang ternyata tidak hanya sendiri. Mereka mungkin ada sekitar sepuluh orang dengan pakaian serba hitam, mereka mulai mengeleda setiap ruangan guna mencari sesuatu.

'Mungkinkah mereka mencarinya?'

Untung saja malam ini jubah tidur yang Wei Wei kenakan berwarna biru gelap, jika bersembunyi di kegelapan warnanya akan berbaur.

Wei Wei menahan nafasnya ketika ada seorang yang melangkah menuju tempat persembunyiaannya dengan cekatan Wei Wei mengambil belati kecil yang mengkilat tajam di balik jubah tidurnya, saat sosok itu semakin dekat Wei Wei buru-buru mengorok lehernya dan menikam jatungnya. Sungguh saat itu tangannya sangat bergetar, bukan hanya tangan namun seluru tubuhnya bergetar ketakutan.

"ARGGHTT" Suara erangan kesakitan mengalihkan perhatian kesembilan orang tersebut, dengan sigap Wei Wei mengambil busur dan panahnya untuk menyerang mereka.

Anak panah terus saja menuncur menghujangi mereka, enam orang diantara mereka merenggang nyawa akibat terkena serangan dadakan.

Wei Wei bersyukur semasa hidup dimasa depan, ia mengikuti beberapa kursus seperti bela diri, renang dan panahan, sehingga pelajaran tambahan tersebut sangat berguna dan membantunya saat ini.

"Siapa itu?" Geram salah satu dari ketiganya yang masih hidup walaupun terdapat luka panah di beberapa bagian tubuh mereka.

Wei Wei keluar dari persembunyiannya dengan tubuh bergetar ketakutan, namun sekuat tenaga ia berusaha memberanikan dirinya.

"YANG MULIA PERMAISURI LIU WEI WEI" Desisnya

Raut wajah terkejut mereka tak mampu mereka sembunyikan.

"Kenapa? Kalian terkejut?" Tanya Wei Wei dingin.

Wei Wei kembali melayangkan beberapa anak panah pada mereka sehingga seorang tumbang dan menyisahkan dua orang.

"BRENGSEK!!" Teriak kedua pria yang berlari mulai ingin menyerangnya secara bersamaan.

Wei Wei berusaha mengambil anak panah dibelakannya dengan panik, namun sayangnya ia kehabisan anak panah.

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang