ENAM

8.9K 668 1
                                    


   SEPANJANG perjalanan  pulang menuju istana Pheonix, Wei Wei terus memikirkan sikap semua orang yang di istana. Selama seminggu Wei Wei merasa aneh dengan tatapan mereka.

'Memangnya apa yang salah dengan diriku memangnya seperti apa sikapku dulu? Apakah sikap dan prilakuku dulu sangat buruk?'

Ah ia harus mencari tau dan menanyakan pada dayang Zhu nanti karna menurutnya selama ini dayang Zhu selalu menemaninya.

Dipertengahan perjalanan Wei Wei baru menyadari bahwa ia berada di sebuah taman luas yang menghubungkan istana Naga dan istana Pheonix. Taman itu memiliki banyak pohon ceri yang tengah berguguran, ada gasebo besar disana, serta ada kolam besar yang terbentang luas.

Wei Wei berhenti sejenak memandangi tempat tersebut yang baru ia sadari hari ini. Entah perasaannya saja tempat tersebut tidaklah asing baginya, rasanya Wei Wei sangat akrab dengan tempat ini.

Wei Wei menepis jauh-jauh pemikirannya.

'mungkin hanya perasaanku'

Wei Wei kembali melanjutkan perjalanannya menuju istana pheonix, namun Wei Wei kembali berhenti dan menoleh kebelakang dan memandangi kembali kolam tersebut.

Suasana pagi ini nampak sangat sibuk, penghuni kerajaan nampak berlalu lalang di sekitarnya tanpa ia sadari.

Mereka memberi hormat padanya walaupun jelas saat ini Wei Wei tak merespon mereka karna fokusnya tertuju pada tempat ini.

'Perasaan apa ini? Mengapa aku merasa sangat femiliar akan tempat ini?' Batin Wei Wei

Wei Wei mengedarkan pandangannya kesegala penjuru di tempat ini, hingga matanya menangkap sosok yang nampak terkejut di balik pilar gasebo. Tatapan Wei Wei menatapnya tajam, entah perasaannya saja ada rasa amarah yang membuncah saat matanya tak sengaja menangkap sosok tersebut yang seperti tengah memata-matainya.

Sosok tersebut kini menunduk dalam dengan tubuh bergetar ketakutan, ia seakan baru saja mendapat eksekusi mati walaupun hanya lewat tatapan.

Ia ketahuan tengah mengamati dari balik persembunyiannya, walaupun ia tau tempatnya cukup strategis untuk mengintai namun bagaimana bisa ia ketahuan?

Sosok itu melangkah pergi terburu-buru, tatapan Wei Wei masih tidak lepas menatap punggungnya yang semakin menjauh. Tiba-tiba saja Wei Wei teringat akan ucapan wanita misterius yang berada dalam mimpinya, ia merasa kedepannya semuanya tidak akan baik-baik saja. Entah apa yang akan menghampirinya, firasat Wei Wei mengatakan akan terjadi hal buruk kedepannya.

.
.
.
.
.

Seorang kasim muda datang keistana pheonix menyampaikan pesan dari kasim Ho, bahwa yang mulia kaisar telah sadar. Ucapan syukur tak henti-hentinya Wei Wei panjatkan dalam hati, rasa lega kini menghampirnya setelah hampir semalaman Wei Wei merasa di hantui rasa bersalah yang teramat.

Wei Wei bangun dari kursi kerjanya, dengan penuh semangat ia beranjak dari ruang kerjanya dan meninggalkan gulungan-gulungan mengenai laporan dan keluhan yang terjadi di istana dalam.

"Kita ke istana Naga, sekarang" perintah Wei Wei

Wei Wei melangkah dengan langkah lebar didepan, ia tak sabar menemui kaisar dan mengucapkan permohonan maaf namun langkahnya terhenti ketika mengingat sesuatu. Akibat ulahnya dayang Zhu dan beberapa kasim dan dayang muda yang menjadi rombongannya yang mengikut di belakang saling bertabrakan dan akhirnya jatuh karna tak mampu menjaga keseimbangan tubuh mereka, suara hantaman yang cukup keras serta suara ringisan tertahan membuat Wei Wei menoleh dan terkejut.

Wei Wei segera berjongkok dan memapah dayang Zhu untuk kembali berdiri, sebagian dari mereka kembali berdiri dengan sendirinya dan adapula yang di bantu oleh rekan sesamanya.

Mereka mengigit bibir bawah mereka agar tidak mengeluarkan suara kesakitan karna mereka takut mendapat omelan dari Wei Wei, mereka tahu tempremen permaisuri sejak dulu maka dari itu mereka tak berani mengeluh karna jika mereka mengeluh kesakitan maka hukuman yang akan mereka dapatkan.

Mereka buru-buru kembali ke posisi mereka, takut mendapat semprotan pedas yang terlontar dari mulut junjungannya walaupun jujur mereka sangat kesakitan.

"Apakah kalian tidak apa-apa?" Tanya Wei Wei

Lagi. Ekspresi sama yang di lontarkan oleh para pelayan di istana Naga kini juga Wei Wei padatkan pada para bawahannya, ekspresi terkejut luar biasa yang membuat Wei Wei kebingungan.

Pertanyaan yang Wei Wei lontarkan jelas diluar pemikiran mereka, mereka berpikir akan mendapat kemarahan darinya seperti biasanya.

Hal yang jelas membuat mereka terkejut, bukan sebuah ucapan kasar seperti Apakah kalian tidak memiliki mata? Dimana kalian menaruh mata kalian sehingga bisa jatuh seperti ini? Namun siapa sangka mereka mendapat pertanyaan yang penuh nada khawatir, cemas dan rasa bersalah Kalian tidak apa-apa? Sungguh diluar dugaan mereka.

"Mengapa kalian menatapku seperti itu? Ada yang salah?" Tanya Wei Wei lagi yang langsung mendapat gelengan kepala dari mereka.

"Ampun, yang mulia" kata dayang Zhu "kami semua tidak apa-apa" lanjutnya.

Dayang Zhu meliri Wei Wei cemas, hal itu membuat salah satu alis Wei Wei terangkat. Wei Wei menatap mereka satu persatu, namun seakan tahu mereka buru-buru menunduk dalam seakan takut dicerca atau mendapat hukuman dari junjungannya. Wei Wei menghela nafas lelah, ia bingung dengan situasi ini.

'Apakah dulu perilakuku sangat buruk?' Batin Wei Wei bertanya

Entah apa yang Wei Wei lakukan dulu sehingga mereka sangat takut padanya. Jujur saja Wei Wei masih merasa sangat asing dengan dirinya sendiri. Tubuhnya ini memang seperti tubuhnya dimasa depan, sangat mirip malah. Hanya saja ada beberapa hal yang membedakan seperti rambut, ukuran dada dan bokongnya yang lumayan montok.

"Syukurlah" gumam Wei Wei setelah memutuskan lamunannya.

Sekali lagi mereka tercengan namun Wei Wei abaikan, kepalanya sudah terlalu pusing dengan semua ini. Wei Wei butuh istirahat  sejenak mungkin setelah mengunjungi kaisar, karna baginya untuk berpikir keras butuh tenaga yang banyak.

"Sebelum keistana Naga, saya ingin kedapur khusus keluarga kerajaan terlebih dahulu" ucap Wei Wei.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang