SEBELAS

8.5K 607 8
                                    


  SUARA erangan kesakitan yang memilukan menggema di seluruh ruangan yang gelap dan lembab, rintihan kesakitan serta segala permohonan ampun seakan tak mampan untuk para algojo yang kini menyiksa mereka.

Dua sosok pria itu kini penuh luka cabikan, luka bakar serta luka sayatan yang masih baru dan menganga. Darah tak berhenti mengalir keluar di setiap luka yang ada pada diri mereka, sungguh penyiksaan yang mereka rasakan amatlah menyakitkan. Jika boleh memilih, mereka lebih ingin mati saja daripada harus menerima penyiksaan yang lebih dari kematian.

"KATAKAN, SIAPA YANG MEMERINTAHKAN KALIAN MENCELAKAI YANG MULIA PERMAISURI" tanya seorang pria yang mengenakan seragam jendral, siapa lagi kalau bukan jendral Byu yang selalu haus darah.

"A--apapun yang ter-jadi kami tidak akan mengatakannya!" Tegas salah satu dari mereka.

Apa yang mereka katakan adalah omong kosong belaka, nyatanya mereka amat teramat ketakutan terlebih saat mengetahui siapa jendral di hadapan mereka.

Siapa yang tidak kenal Jendral Jin Ju Byu? Ia adalah jendral terkuat di kerajaan Yun kekaisanan Yuan, semua orang takut padanya. Jendral Byu memiliki julukan Iblis Yun, pasalnya semakin ia terluka maka semakin ia menjadi lebih kuat. Setiap mengikuti perang, jendral Byu selalu berada di garis depan. Tubuhnya tidak akan pernah terluka, kecuali lawannya adalah orang yang memiliki kekuatan sama atau lebih besar darinya.

Selain di kenal sebagai Iblis Yun, jendral Byu juga di kenal sebagai perajurit terkuat yang haus akan darah. Ia selalu menikmati penyiksaan yang terjadi, seperti saat ini. Jendral Byu tersenyum keji mendengar jawaban dari mereka.

"SIKSA MEREKA SAMPAI MENGAKU, KETIKA MEREKA HILANG KESADARAN MAKA SIRAM DENGAN AIR, APABILA MEREKA TELAH DIAMBANG KEMATIAN MAKA MINUMKAN MEREKA RAMUAN STAMINA YANG KHUSUS DIBUAT TABIB YENG. SETELAH ITU SIKSA MEREKA LAGI TANPA AMPUN SAMPAI MEREKA MENYERAH DAN MEMBERITAHUKAN MAJIKAN MEREKA" Tegas jendral Byu dengan seringai

"Baik!" Jawab para algojo di ruang bawah tanah tersebut.

"Kalian akan menyesal karna tidak ingin mengaku~~" ucap jendral Byu lirih lalu melangkah melewati keduannya.

.
.
.
.
.

"Bagaimana?" Tanya kaisar Xiao Nai pada jendral Byu yang baru saja tiba di ruang rahasia yang menjadi tempat pertemuan mereka.

Menghela nafas berat jendral Byu menjawab dengan gelengan kepala.

"Sudah kuduga" kata kaisar Xiao Nai

"Aku akan berusahan sekuat tenaga agar mereka mengaku!" Balas jendral Byu

"Iya iya iyah! Kau selalu saja berkata begitu jendral Byu, dan sayangnya aku selalu saja percaya" gerutu kaisar Xiao Nai.

Jendral Byu pun terkekeh mendengar kekesalan sahabat serta junjungannya, hingga tiba-tiba kekehannya berhenti saat mentri Juan dan tabib Yeng datang.

Tentu saja, jendral Byu tidak akan memperlihatkan sisi humornya kecuali dengan kaisar Xiao Nai. Dihadapan semua orang, ia selalu saja menampilkan wajah garang bahkan di hadapan kedua sahabatnya Mentri Juan dan Tabib Yeng.

"Apa kami terlambat?" Tanya tabib Yeng.

"Yah, kalian terlambat" kata jendral Byu garang.

"Astaga mengapa kau selalu saja bersikap garang pada kami? Padahal kami baru saja melihatmu tertawa baru saja" kesal mentri Juan.

Raut wajah jendral Byu puncat pasih "mu-mungkin kalian salah lihat!" Tegasnya sedikit terbata.

"Ck, dasar" gerutu mentri Juan yang mulai mengabaikan jendral Byu.

"Yang Mulia, kami berdua ingin menyampaikan sesuatu yang penting!" Ucap mentri Juan.

.
.
.
.
.

Disisi lain, Wei Wei terus saja berguling-guling di atas peraduan kaisar Xiao Nai.

Ini amat sangat tidak adil, hanya karna insiden semalam Wei Wei mengurungnya di kamar dengan penjagaan super ketat.

Sumpah demi apapun, Wei Wei merasa mati kebosanan. Dayang Zhu bahkan sudah menawari Wei Wei menyulam atau bahkan melukis, namun perlu kalian tahu Wei Wei tidaklah pandai dalam bidang seni.

Setelah lelah berguling, kepala Wei Wei rasanya amat sangat pusing. Salahkanlah dirinya yang bodoh hingga membuat dirinya sendiri merasa merintih kesakitan akibat pusing.

"Ketika kaisar kembali aku akan memukulnya habis-habisan" gumamnya.

"Arghhttt, mengapa ia harus mengurungku seperti ini" teriak Wei Wei kesal, sampai-sampai ia memendang-nendang kasur peraduan.

"Yang mulia permaisuri, anda harus tenang" kata dayang Zhu menghampiri Wei Wei

"Bagaimana aku bisa tenang, jika seharian suntuk aku hanya berdiam diri disini tanpa melakukan apa-apa" balas Wei Wei sendu "aku bisa mati karna kebosanan" tambahnya.

"Yang mulia, yang mulia kaisar melakukan ini untuk melindungi anda" kata dayang Zhu.

"Anda tidak tau saja, bagaimana khawatirnya ia saat menemukan anda hampir celaka? Bahkan para prajurit penjaga istana pheonix kena imbas kemarahan kaisar karna tidak becus menjaga keselamatan anda" tambahnya

"Benarkah?" Tanya Wei Wei tidak percaya

"Benar, yang mulia" jawabnya

"Aku penasaran, malam itu mengapa suasana amat sepi?" Tanya Wei Wei

"Menjawab anda, yang mulia" katanya "saat itu sedang pergantian penjagaan, dan naasnya sebuah asap tiba-tiba muncul di koridor. Kepala kami semua terasa pusing dan amat berat dan setelahnya hitam, kami tidak tau apa-apa lagi. Keesokan paginya, kami terbangun digudang penyimpanan di istana pheonix" jelasnya

"Obat bius, mereka menyerang kalian dengan obat bius" gumam Wei Wei

"Dayang Zhu, apakah aku memiliki musuh?"

Saat dayang Zhu ingin menjawab, tiba tiba ada suara teriakan yang mengintrupsi dari luar.

"Yang mulia, kepal kasim Hou Cun Ho ingin menghadap dan melapor~~"

Rasa penasaran Wei Wei kini teralihkan karna kehadiran kepala kasim Ho yang merupakan abdi setia kaisar Xiao Nai sejak ia menjadi putra mahkota dulu.

Tidak usah tanya mengapa Wei Wei mengetahuinya, karna jelas Wei Wei mempelajari semuanya dari awal dan itu sangat melelahkan. Wei Wei berasa belajar pelajaran sejarah yang sangat membosankan dan kadang membuatnya mengantuk.

"Masuk"

Seorang pria lanjut usia datang dan menghadap, ia membungkuk dan memberi hormat yang dibalas Wei Wei dengan anggukan dan senyum tipis.

"Kepala kasim Ho, ada apa?" Tanya Wei Wei tanpa basa basi

"Yang mulia, hamba ingin melapor. Nona An Mi Rang datang berkunjung ke istana" lapornya

"An Mi Rang?"

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang