EMPAT BELAS

7.8K 605 2
                                    


   KABAR hilangnya kesadaran Wei Wei kini telah sampai pada telinga kaisar Xiao Nai dan juga ketiga sahabatnya saat Baoling datang keruang rahasia untuk melapor.

Memang sebelum kaisar Xiao Nai pergi, ia menugaskan pengawal pribadinya Baoling untuk menjaga permaisuri Wei Wei mulai hari ini.

Bukan tanpa alasan, kaisar Xiao Nai memerintahkan Baoling menjaga permaisurinya lantaran takut hal yang terjadi beberapa hari yang lalu terulang.

Walaupun kaisar Xiao Nai telah menurunkan perintah penjagaan yang ketat pada istana Naga, namun tak menutup kemungkinan akan terjadi hal yang serupa. Maka dari itu kaisar Xiao Nai menugaskan mulai hari ini Baoling akan menjadi pengawal pribadi permaisurinya, kaisar Xiao Nai tak butuh izin permaisurinya karna ia  melakukan hal tersebut demi kebaikan dan keselamatan wanita yang telah mencuri hatinya tersebut.

Setelah mendengar laporan Baoling, kaisar Xiao Nai bergegas pergi dengan langkah terburu-buru disusul tabib Yeng, mentri Juan, jendral Byu dan Baoling dibelakangnya.

.
.
.
.
.

Diatas peraduan Wei Wei masih memejamkan matanya, keringat dingin tak berhenti membasahi tubuhnya, wajahnya yang cantik berseri kini nampak sangat pucat.

Kaisar Xiao Nai segera menghampiri permaisurinya, duduk di peraduan dan menggenggam tangan Wei Wei yang dingin. Hati kaisar Xiao Nai seakan teriris sebila pisau tak kasat mata saat milihat kondisi permaisurinya yang lemah.

Dayang Zhu yang menemani permaisuri Wei Wei merasa amat bersalah karna teledor dan ceroboh meninggalkan junjungannya yang masih dalam proses pemulihat pasca kejadiaan malam itu.

"Yang mulia, maafkan atas kecerobohan hamba. Hamba patut dihukum atas kejadian ini" ucap dayang Zhu memohon maaf dengan nada menyesal.

Kaisar Xiao Nai tak mengubris permohonan maaf dayang Zhu, tatapannya kini tersita oleh wanitanya yang terbaring lemah. Ada rasa bersalah yang menyerang dirinya, andai saja ia masih menemani permaisurinya maka hal ini takan terjadi.

"Maafkan Zhen, permaisuri" ucapnya lirih sambil mengecup punggung tangan Wei Wei yang ada dalam genggamannya.

.
.
.
.
.

Tabib Yeng dengan kasar menarik kaisar Xiao Nai menjauhi adik sekaligus junjungannya, ia lelah menunggu kaisar Xiao Nai yang merupakan sahabat, adik ipar serta pemegang kekuasaan istana Yun itu segera memberinya ruang untuk memeriksa kondisi Wei Wei. Namun kaisar Xiao Nai seakan berlarut-larut dalam pikirannya sehingga mau tidak mau tabib Yeng mulai mengambil tindakan yang lancang.

"SAMPAI KAPAN KAU AKAN BERADA DISITU BRENGSEK?! KAPAN AKU BISA MENGOBATI ADIKKU!" Geram tabib Yeng yang menarik kerah baju belakang kaisar Xiao Nai menjauh dari peraduan sebelum menghempasnya.

Tabib Yeng tidak peduli ia akan mendapat hukuman dari kaisar Xiao Nai, karna jelas bukan hanya kaisar Xiao Nai yang merasa khawatir, cemas serta takut disini. Karna ia juga sama dengan apa yang kaisar Xiao Nai rasakan, atau malah lebih.

Keselamataan adiknya yang lebih penting saat ini, oleh karna itu ia tidak peduli dengan tatapan tajam yang menusuk dari kaisar Xiao Nai atau bahkan sumpah serapah yang ia keluarkan. Tabib Yeng tetap fokus memeriksa adiknya.

Namun konsentrasinya buyar saat satu pukulan keras menghantam pipinya, tubuh tabib Yeng terlempar cukup jauh. Tabib Yeng meringis saat merasakan sudut bibirnya sobek.

Amarah tabib Yeng mulai sampai di ubun-ubun, ia menatap kaisar Xiao Nai yang baru saja memukulnya dengan nyalang. Tabib Yeng menerjang kaisar Xiao Nai dengan memberi pukulan membabi buta di wajah tampan kaisar Xiao Nai hingga babak belur.

Bugh!

Bughh!!

Bughhtt!!

Semua orang yang mulainya masih terkejut dengan tidakan kaisar Xiao Nai, kini kembali harus di kejutkan dengan balasan tabib Yeng yang membuat semuanya tercengan.

Mereka jelas sulit percaya, tabib Yeng yang di kenal mampu mengendalikan emosinya kini lepas kontro.

"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK?! KONDISI ADIKKU LEBIH PENTING DARI PADA RASA BERSALAH SERTA PENYESALAN YANG KAU TUNJUKAN PADANYA TADI" geram tabib Yeng marah.

Tabib Yeng bangun dari tubuh kaisar Xiao Nai yang terkapar lemah karna tak di beri peluang oleh tabib Yeng untuk melawan.

"DISINI BUKAN HANYA KAU YANG KHAWATIR DAN CEMAS BRENGSEK!! TAPI AKU JUGA! DAN SEMUA ORANG"

"KAU BEGITU EGOIS HINGGA LUPA, ADIKKU BUTUH PENANGANAN BUKAN PENYESALAN" Cerca tabib Yeng yang menohok di hati kaisar Xiao Nai.

Kaisar Xiao Nai menunduk dalam menyesali perbuatannya, apa yang dikatakan tabib Yeng benar. Ia harusnya segera menangani kondisi permaisurinya bukan malah berlarut dalam emosi seperti tadi.

.
.
.
.
.

Wei Wei sejak tadi sudah tersadar saat mendengar ada keributan di dekatnnya, tidak ada yang menyadari kesadaraannya bahkan ia kini tengah berusaha bangun dan mengubah posisinya menjadi duduk dan bersandar pada kepala peraduan dengan susah payah.

Setelah berhasil kini pandangan matanya disuguhkan dengan keributan yang dibuat suaminya dan juga kakakknya, yang membuat Wei Wei terkejut setelahnya ia menggeleng seakan melihat dua orang anak kecil yang berantem hanya karna memperebutkan permen.

Wei Wei tidak habis pikir dengan keduanya yang masih bergulat saling meluapkan emosi yang entah karna apa mereka harus adu urat? Hingga menjerumus mereka pada keperkelahian. Hal lebih parah menurut Wei Wei adalah saat orang-orang yang ada disekitar mereka sama sekali tidak berniat memisahkan perkelahian tersebut. Mungkin karna mereka terlalu terkejut dengan apa yang mereka lihat.

Setelah melihat tabib Yeng yang bangkit dari tubuh kaisar Xiao Nai dan memaki keegoisan kaisar. Mendengar ucapan kakaknya, betapa terharunya ia.

Wei Wei bahkan berandai-andai. Seandainya saja didunia dimasa depan ia memiliki seorang kakak lelaki yang selalu menjaganya seperti tabib Yeng, ia tak harus bersusah payah banting tulang kerja keras, selalu menghindar dan lari dari kejaraan anak buah pak tua itu. Mungkin saja ia tak akan terdampar di masa lalu seperti ini. Sayang setahu Wei Wei ia hanyalah anak tungal dan tidak memiliki saudara.

"Yang mulia, anda sudah sadar!" Ucap tabib Yeng yang lebih dulu menyadari kesadaranku saat ia menoleh kebelakang.

Ucapan tabib Yeng menyentakku dari lamunan.

"APAKAH PERKELAHIAN KALIAN SUDAH SELESAI?" Tanyaku datar dan dingin.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang