LIMA

8.9K 693 10
                                    

Typo bertebaran 😅🔫🔫

*

SUNGGUH Wei Wei sama sekali tidak memiliki maksud untuk mencelakai Yang Mulia Kaisar. Semuanya terjadi begitu saja. Bahkan ia tak menyangka bahwa kemampuan bela dirinya masih mampu ia gunakan di tempat ini, Wei Wei pikir kemampuannya akan hilang mengingat ia berada ditempat yang berbeda. Namun nyatanya Wei Wei salah karna kemampuan bela dirinya masih berfungsi sangat baik bahkan membuat Yang Mulia Kaisar sampai tidak sadarkan diri.

Saat ini, Wei Wei berada di istana Naga yang merupakan kediaman khusus Yang Mulia Kaisar. Wei Wei duduk di tepi peraduannya, mengamati wajahnya yang nampak sangat damai dalam lelapnya. Helaan nafas berat keluar dari bibir mungilnya, sungguh perasaan bersalah yang teramat kini telah menyelimuti Wei Wei ketika mengetahui bahwa korbannya adalah orang yang sama sekali bukan ingin mencelakainya.

Entah apa maksud Yang mulia kaisar membungkam mulutnya di perpustakaan, yang jelas ia pasti tidak akan berniat mencelakainya. Hatinya sangat kuat berkata demikian.

Terlebih saat mengetahui cerita yang Wei Wei dengar dari dayang Zhu, bahwa Yang mulia kaisarlah yang menyelamatkannya saat ia tenggelam di kolam dan tidak mungkin bukan kaisar Xiao Nai ingin mencelakainya? Jika memang ia ingin mencelakai Wei Wei, seharusnya ia tak perlu menolongnya saat itu terlebih katanya saat itu suasana di kolam sepi.

"Yang mulia" panggil dayang Zhu yang menyentak Wei Wei dari lamunan

"Anda juga harus beristirahat" kata dayang Zhu mengingatkan Wei Wei.

"Aku akan tetap disini" jawabnya

"Anda baru saja sembuh yang mulia, biarkan hamba saja yang menjaga yang mulia kaisar. Jika nanti yang mulia kaisar telah sadar, hamba akan segera melapor pada anda" kata kasim Ho yang merupakan kepala kasim yang mengurus keperluan kaisar, membantu dayang Zhu membujuk Wei Wei.

Wei Wei menggeleng "kalian saja yang beristirahat, aku akan tetap disini dan menunggu yang mulia kaisar sadar" katanya keras kepala.

"Yang mulia, anda baru saja sembuh" ucap dayang Zhu memelas

'Memangnya siapa yang selama ini sakit? Aku sama sekali tidak sakit!'

"Jangan jadikan fisikku yang belum sembuh total sebagai alasan kalian menyuruhku untuk kembali ke istana Pheonix dan istirahat" kesal Wei Wei "kalian tidak tau betapa aku sangat khawatir akan kondisi yang mulia kaisar. Semua ini salahku. Aku yang membuatnya tidak sadarkan diri" lanjutnya lirih

"Aku yang membuatnya tidak sadarkan diri, rasa bersalahku ini membuatku khawatir dan tidak tenang. Lantas bagaimana caraku tidur dengan nyenyak jika masih diselimuti rasa bersalah seperti ini?" Tanya Wei Wei yang tanpa ia sadari air matanya jatuh membasahi pipinya. Wei Wei menangis dengan segugukan.

"Kalian pergilah beristirahat, tinggalkan aku sendiri. Biarkan aku yang menjaga yang mulia kaisar" katanya tanpa menunggu jawaban mereka tak lupa menghapus air matanya.

"Tapi, yang mulia --"

"Ini perintah!" Titah Wei Wei yang membuat dayang Zhu dan kasim Ho menyerah. Dayang Zhu dan kasim Ho menghela nafas berat sebelum berpamit undur diri dan meninggalkan Wei Wei.

Wei Wei tau mereka sangat mengkhawatirkannya dan entah mengapa itu membuatnya merasa sedih juga senang secara bersamaan, terakhir kali ada yang peduli padanya 10 tahun yang lalu tepatnya saat usianya masih 13 tahun. Saat itu kedua orang tua Wei Wei masih hidup, namun saat mereka pergi jauh meninggalkannya sendiri di usia Wei Wei yang masih terbilang muda dan belum tau apa-apa. Bukan hanya kesendirian yang mereka tinggalkan tapi juga beban hidup dimana mereka juga meninggalkan hutang yang lumayan banyak, penderitaan terus saja menghampirinya bahkan 10 tahun berlalu dengan pahitnya hingga suatu malam Wei Wei menyerah akan hidupnya dan pilihan mengakhiri hidupnya itulah kini membawa Wei Wei berakhir ketempat ini.

Wei Wei menyeka air matanya yang entah sejak kapan mengalir, mengenang masa-masa sulitnya selalu saja berhasil membuat ia menangis. Wei Wei terseyum getir, setidaknya untuk sementara ia terlepas dari bebannya dimasa depan walaupun ia sadar akan banyak beban dan masalah yang menghampirinya di sini.

.
.
.
.
.

Malam kini telah berlalu. Sang mentari kini telah menggantikan tugas sang rembulan yang telah kembali keperaduannya.

Tidur Wei Wei yang kurang nyaman kini terusik dengan kicauan burung yang saling bersahutan dengan nyaringnya, ia terbangun dan mengucek matanya setelahnya merenggangkan otot-ototnya yang kaku akibat tidur dengan posisi duduk yang sangat jelas kurang nyaman semalam.

Wei Wei beranjak dari posisinya dan menatap wajah damai kaisar yang masih terlelap di peraduannya.

"Dia itu pingsang atau sedang tidur sih? mengapa ia tak kunjung sadar?" Gerutu Wei Wei.

Setelah puas mengamati wajah tampan kaisar, Wei Wei bergegas meninggalkan kamarnya berniat kembali ke istana pheonix untuk membersihkan diri dan akan kembali lagi kesini menunggu yang mulia kaisar sadar dan mengucapkan permohonan maaf agar ia bisa tenang.

Saat Wei Wei menutup pintu, didepan koridor sudah ada kepala kasim dan beberapa dayang dan kasim muda lainnya.

"Hormat kami pada yang mulia permaisuri, semoga yang mulia panjang umur seribu tahun" ucap mereka serentak saat menyadari kehadiran Wei Wei.

Wei Wei tersenyum kepada mereka yang masih senang tiasa membungkuk hormat, awalnya hal ini terasa sangat aneh dan sangat tidak nyaman mengingat banyak di antara mereka usianya lebih tua darinya namun karna dimasa ini umur bukanlah patokan untuk menghormati yang lebih tua melainkan kedudukan, posisi dan jabatanlah yang menjadi tolak ukur maka mau tak mau Wei Wei harus terbiasa terlebih posisinya adalah ibu dari kerajaan Yun disini.

"Bangunlah" titah Wei Wei

Mereka semua bangun dan kembali keposisi masing-masing, Wei Wei kembali melangkah namun pada akhirnya kembali berhenti dan memutar tubuhnya menghadap mereka yang menunduk tak berani melihatnya.

"Kepala kasim Ho, jika yang mulia kaisar telah sadar tolong segera kabari saya di istana pheonix" ucapku

"Baik, yang mulia" jawabnya.

Setelah mendengar jawabannya Wei Wei tersenyum tipis, ia melirik mereka yang beberapa mengangkat wajahnya untuk melihat senyumnya sebagian dari mereka tertengun dan nampak bingung melihat Wei Wei tersenyum walaupun itu senyum tipis.

'Mengapa mereka berekspresi seperti itu? Masa bodohlah'.

Wei Wei berbalik, kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan istana Naga.

"Entah apa yang merasuki yang mulia permaisuri sehingga ia tersenyum, yang ku tau selama ini ia adalah wanita yang angkuh, kejam, dingin, manja, bodoh, kekanakan, dugu dan masih banyak lagi keburukan yang kita ketahui" ucap kasim muda yang masih tertengun "namun, hari ini melihat senyumnya aku menyadari ada yang berbeda dengan permaisuri. Entah itu keberuntungan ataukah malah menjadi petaka" lanjutnya lagi yang disetujui semua orang termasuk kasim Dang.

.
.
.
.
.
.
.

TBC

The Empress : Liu Wei Wei (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang