Last Sadness-54

5K 537 36
                                    

Hari telah berlalu. Ara kembali ke tempat menyedihkannya. Tempat dimana ia merasa diasingkan. Sendiri dan tanpa teman. Hari-harinya hanya menatap beberapa orang gila yang bermain di taman. Menyedihkan, diperlakukan gila dalam sebuah diri yang normal. Dulu ia pernah menjadi wanita yang sangat amat bahagia. Hidup bersama kedua orangtuanya, serta saudara laki-lakinya. Namun semuanya lenyap. Tak ada canda tawa lagi, tak ada keceriaan lagi, semuanya telah dilenyapkan waktu.

Ara berjalan mengambil bunga dan coklat yang beberapa hari ini selalu ia dapatkan. Aku selalu mencintaimu dari jauh -Raja. Begitulah isi surat yang selalu sama. Raja membuktikan ucapannya. Ia benar-benar pergi dan tak hadir mengisi hidup Ara lagi. Semuanya lenyap. Mulai dari Aldi yang pergi, Abi yang meninggalkannya, serta Raja yang menjauhinya. Jika saja tak ada kata cinta yang terucap, semua akan baik-baik saja. Jangan kalian fikir Ara melupakan Aldi, toh nyatanya Ara selalu berdoa agar Aldi mendapatkan nasib baik. Nasib yang tak sama dengannya, pastinya. "Semuanya sudah pergi, perlahan satu persatu diantara mereka menjauh. Cewek cacat kaya gue memang gak pernah bisa bermimpi menjadi cinderella yang mendapatkan pangeran berkuda putih. Gue sadar kalau gue hidup bukan di dunia dongeng ataupun novel. Gue hidup di dunia nyata. Dimana hidup gue berubah menjadi menyedihkan." Ucap Ara.

Langkah kaki seseorang membuat Ara mendongak. Ia mendapati seorang petugas rumah sakit jiwa. "Makan dulu!" Ucapnya. Ara tak menanggapinya. "KALAU DISURUH MAKAN YA MAKAN!" Perintah petugas itu dengan nada tinggi. "GILA AJA BELAGU, Lo!" Ucap Petugas itu lalu pergi meninggalkan makanan yang tidak membuat nafsu makan Ara meningkan. "Cih gue gila ya? Kenapa begitu menyakitkan saat dibilang gila? Oh ya, sepertinya gue harus berpura-pura gila. Agar semuanya berjalan dengan lurus. Bukankah ini keinginan mereka, menjadikan gue gila?" Gumam Ara.
***
Ara membuktikan ucapannya. Ara mengikat rambutnya seperti orang gila. Penampilannya acak-acakan. Ia tak perduli lagi dengan hidup, ia benci hidup, kalau boleh memilih, ia ingin mati saja. Ara bermain dengan orang gila lainnya. Bodohnya, dokter percaya jika Ara benar-benar gila. Dokter memang tak selamanya menganalisis kebenaran. Karna nyatanya dokter juga seorang manusia. "Cekarang kamu digendong dulu cama tante ya?" Ucap Ara. Ara memberikan boneka itu kepada lawan mainnya. Dari kejauhan seseorang menitihkan airmatanya. "Kenapa lo berpura-pura gila, Ra? Kenapa lo begitu tegar." Ucap orang itu.
***
Hari semakin berlalu. Seperti biasanya Ara akan memainkan perannya menjadi wanita gila. Jika malam tiba, ia akan menangis menumpahkan kesedihannya. Baginya semua ini sangat menyakitkan.

Ara kembali mendapati bunga dan cokelat serta surat yang sama. Ara jadi penasaran mengapa Raja tak memberinya langsung. Ara memutuskan untuk bangun sepagi mungkin besok. Ia ingin tahu mengapa Raja mengirimnya tanpa mau menemuinya.

Saat pukul 04.00

Ara membuka matanya, ia melihat langit yang masih gelap. Ara memutuskan untuk kembali menutup matanya, mungkin ia akan memejamkan matanya sebentar. "Ra! Ara!" Panggilan itu membuat Ara terbangun. Ia melihat Gaga dihadapannya, lalu ia beralih menatap langit yang sudah cerah. Ternyata ia terlambat. Ia tertidur, harusnya ia tidak kembali tidur tadi, tapi rasa kantuk menghantuinya. "Ra kenapa lo berpura-pura gila?" Tanya Gaga.

Ara menatap Gaga. Lalu ia berpura-pura tak mendengarkannya. Ara mengambil cokelat dan bunga tanpa memperdulikan Gaga. "KALAU GUE NGOMONG ITU DI JAWAB." Ucap Gaga kesal.

Ara yang mendengar itu sontak kaget. Namun kemudian ia kembali sadar. "Haha kamu, kamu pasti yang merebut anakku kan? Kamu yang bunuh anakku kan? Kam-"

"ARA BERHENTI BERPURA-PURA GILA!" Perintah Gaga. Ara berubah diam. Gaga yang menyadari itu langsung memeluk tubuhnya. "Maafin gue, gue cuma gak ingin lo berkorban terlalu banyak. Selama ini lo sudah berkorban demi dia. Gue ingin lo lepas dari semuanya. Gue gak tahu kenapa lo berpura-pura menjadi gila?" Ucap Gaga.

Ara memeluk tubuh Gaga dengan erat. "Biarkan gue berpura-pura menjadi gila, sampai gue lupa kalau gue sedang berpura-pura. Bukankah ini mau mereka? Melihat gue menderita? Menjadikan gue wanita menyedihkan? Hiks gue hanya wanita yang menghabiskan waktunya di rumah sakit jiwa, wanita yang mengabdikan dirinya menjadi wanita gila." Jawab Ara dengan tangisan.

Gaga semakin memeluk Ara. "Pulanglah, Ra. Biarkan Papi mengurus semuanya!" Bujuk Gaga. Ara melepaskan pelukannya. Lalu menangkup wajah Gaga. "Ga, kalaupun gue kembali. Mereka tahunya gue gila. Gue gak mau buat lo malu, buat Mami dan Papi malu. Gue juga gak mau membuat Kak Ayi dan Kak Marco menjauhi lo, karna lo memiliki adik gila, gue juga gak mau Afgan dan Genta jauh dari lo. Gue gak mau itu, Ga. Biarkan gue mengorbankan diri gue yang terlanjur jatuh." Ucap Ara. Gaga tak menyangka hati gadis di hadapannya memiliki hati yang mulia. "Tapi Ra—"

"Pulanglah, Ga! Biarkan gue berpura-pura disini. Biarkan gue menikmati semua rasa sakit ini. Gue hanya ingin belajar menjadi wanita tegar." Ucap Ara. Gaga kembali memeluknya, lalu pergi karna hari ini ia sedang ada mata kuliah.
***
Pukul 05.00 Ara membuka matanya. Hari ini ia harus tahu alasan pengirim cokelat dan bunga itu. Langkah kaki seseorang, membuat Ara berpura-pura memejamkan matanya. "Good morning, bidadari." Suara itu bukan milik Raja. Suara itu milik Abi. "Satu bunga dan satu cokelat untuk kamu. Andai saja aku memiliki keberanian untuk memberikannya langsung. Tapi aku begitu cupu." Ucapan itu membuat Ara menangis. Ara mengintip Abi yang sedang menuliskan surat itu. "Cuma ini yang dapat gue lakuin, Ra." Ucap Abi lirih. Kemudian langkah kakinya mulai menjauh. Ara membuka matanya, menumpahkan airmatanya yang ia tahan sejak tadi.

Ara berjalan mengambil bunga dan cokelat yang Abi berikan. Dan ia membaca surat yang sama. Surat yang mengatas namakan Raja. "Bi, kenapa kamu lakuin semua ini? Kenapa, Bi? Apa kamu benar-benar ingin aku pergi dari hidupmu? Apa kamu ingin aku bersama dengan Raja? Maaf, Bi. Sampai kapanpun usahamu tak akan membuat aku melupakanmu." Ucap Ara.

Wihh Abi baik batt dah. Demi bahagia Ara, ia rela menulis surat atas nama Raja. Beri satu cowok kek dia Ya Allah wkwk.

Jangan lupa vote dan comment. Oiya setelah ini kira-kira negara mana yang akan menjadi destinasi ke 9 ya???

Tetap di LAST SADNESS!

Dan buat yang mah chat pribadi, bisa chat aku di wa 08128019601 siap menerima curhatan kok. Tapi gak menerima hati ya soalnya lagi menjaga hati untuk seseorang anjayyyy

LAST SADNESS [SELESAI]Where stories live. Discover now