Last Sadness-33

5K 677 36
                                    

Hari tak bersinar terang seperti biasanya, lelaki berjaket coklat menatap jalanan dari balik kaca helmnya. Mendung seakan menjadi saksi kesedihan wanita yang mengaku sebagai temannya.

Raja mempercepat laju motornya, ia harus memastikan wanita yang menganggu fikirannya itu dapat bernafas seperti biasanya. Raja tak habis fikir beberapa hari dapat merubah keadaan menjadi buruk dan tak terbayangkan. Raja bersumpah akan menghajar siapapun yang sudah membuat wanita tak bersalah mendekam lama dibalik jeruji besi.

Raja bukan terlahir dari keluarga berada, keluargannya tak punya cukup uang untuk menyewa pengacara mahal yang akan membebaskan Ara, ia tak bisa itu. Tapi ia tak tega melihat fitnah berpihak pada wanita tak bersalah.

Raja sampai di sebuah bangunan yang mengeluarkan aroma kekejaman, siapapun akan takut berada disini, bahkan banyak pejabat yang hanya menggunakan ruangan ini sebagai pencitraan, karna pejabatpun tak akan betah berada dikejamnya neraka dunia.

Raja meletakkan helmnya di atas tengki motornya. Tangannya bergerak merapikan rambutnya, lalu ia berjalan masuk dengan santainya. Ia mengayunkan kakinya masuk ke tempat dimana Ara berada. "Saya ingin bertemu Caramel." Ucapnya datar.

Polisi itu mengeryit. "Saya ingin mengunjungi saudari Caramel, atas tuduhan percobaan pembunuhan." Ucap Raja. Polisi itu baru mengerti dan mengantarkan Raja ke ruang tunggu.

Raja menunggu dengan gelisah, entah sejak kapan ia menjadi perduli dengan wanita. Tangannya mengetuk-ngetuk meja tunggu. Tak lama langkah kaki seseorang menyadarkan lamunannya. Raja menoleh dan melihat seorang wanita dengan balutan penuh luka. Wanita cantik yang ia temui beberapa hari yang lalu berubah menjadi wanita mengenaskan. Dahinya terluka, tangan putihnya berubah menjadi garis-garis biru, kakinya terlihat terpingkal-pingkal saat melangkah. Raja tahu Ara memakai kaki palsu, tapi Raja yakin kaki palsu Ara sedikit lepas, sehingga jalan Ara menjadi sulit.

Ara yang ia temui saat ini berbeda dengan Ara yang ia temui beberapa hari yang lalu. Keceriaannya hilang, dia mendadak menjadi bisu, kemarin Ara yang selalu memulai pembicaraan, tetapi sekarang sudah tidak lagi, karna Ara menjadi diam. "Apa kabar?" Tanya Raja membuka pembicaraan. Katakan Raja bodoh menanyakan itu, karna pada dasarnya Raja dapat melihat bahwa Ara sedang tidak baik-baik saja.

Ara tersenyum sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan bodoh Raja. "B aja." Ucap Ara mencoba seceria mungkin. "Tau dari mana gue disini?" Tanya Ara.

"Afgan dan Genta." Jawab Raja. Ara hanya ber-oh ria. Raja mengeluarkan kotak P3K dari tasnya. Raja mengambil revanol dan kain kasa, lalu ia membersihkan luka di dahi Ara dengan penuh kelembutan. Lalu ia membalutnya dengan perban. Setelah selesai, Raja meletakkan kotak p3k tadi di dalam tasnnya. "Gue harap lo gak pernah jatuh cinta sama gue, Ja." Gumam Ara tanpa sadar. Raja yang mendengar itu hanya diam menatap Ara yang masih dengan tatapan kosong. Tanpa sadar tangan Raja menyentuh rambut Ara, merapikannya sebaik yang dia bisa. Ara yang merasakan sentuhan itu hanya dapat menutup matanya, mencoba menahan airmata yang memberontak keluar.

Raja menarik tangannya saat ia tersadar dengan apa yang telah ia lakukan. Ara pun membuka matanya lalu tersenyum kepada Raja. "Rasanya gue kaya keke yang disurat kecil untuk tuhan, Ja. Mungkin kisah gue jika difilmkan soundtracknya lagu 'surat kecil untuk tuhan' wkwk."ucap Ara. "Jagain teman-teman gue saat gue gak bisa lagi menjaga mereka. Ingatkan mereka ketika mereka salah. Jaga diri lo, janji sama gue kalau lo gak akan tawuran lagi." Ucap Ara.

Tangan Ara memegang luka yang sempat ia obati saat perjalanan menuju malang. "Luka ini gak pantas ada di wajah seganteng lo hehe. Tetap jadi Raja yang gue kenal." Pinta Ara.

Belum sempat Raja menjawab, polisi membawa Ara kembali masuk ke dalam jeruji besi. Raja mengikuti Ara, melihat bagaimana gadis itu pasrah dengan apa yang sekarang ia hadapi. Raja dapat melihat gadis itu duduk di sudut ruangan, terlihat gadis itu menangis dalam diam. Tak ada isakkan, tetapi airmatanya terus mengalir deras. Andai Raja ada di sampingnya, ia pasti akan membasuh airmata yang tak seharusnya keluar begitu saja. Suatu saat mereka akan membayar mahal apa yang lo rasakan gumam Raja. Raja berlalu meninggalkan penjara. Mengendarai motornya secepat mungkin, tak ia sadari airmatanya menetes dari balik kaca helmnya.

Kenapa aku ga update? Karna aku niatnya mau berhenti wattpad. Tapi melihat antusias kalian, aku jadi garela ninggalin gitu aja,

Jangan lupa klik bintang diakhur ya! Jangan lupa komen juga

LAST SADNESS [SELESAI]Where stories live. Discover now