Las Sadness-52

5.9K 538 41
                                    

'Lalu apa arti kebersamaan kita? Apa bisa kita memiliki hubungan lebih dari seorang Teman?' Kata-kata tersebut terus membuat Ara merasa bersalah. "Gak seharusnya lo jatuh cinta sama gue, Ja. Gak seharusnya lo jatuhkan hati lo buat gue, lo gak ngerti. Lo gak ngerti semuanya, Ja. Maafin gue." Ucap Ara. Entah sudah berapa kali Ara meminta maaf akan perasaan Raja. Ara terisak. Ia menangisi kepergian Raja.

"Ra!" Suara itu membuat Ara berhenti menangis. Suara yang ia rindukan setelah sekian lama. Ara menoleh, memastikan apa ia benar nyata atau hanya sebuah ilusi kerinduan. Benar. Suara itu benar suara Abi, seseorang yang Ara nantikan kehadirannya. "A-a-abi?" Panggil Ara tak percaya. Namun sosok Abi tak ia temui. Ara berjalan mendekati sel, mencoba mencari sosok Abi. "Gue ada, Ra. Tapi gue terlalu takut menunjukkan kehadiran gue." Ucap Abi lagi.

Ara tak percaya ini. Mengapa Abi tak ingin melihatnya? Mengapa Abi harus datang jika tak ingin menemuinya? Mengapa Abi menerbangkannya lalu menjatuhkannya. "Abi aku gak marah sama kamu." Ucap Ara. Mati-matian Abi menahan tangisnya dibalik tembok persembunyiaanya. "Berhentilah mencintai gue, Ra. Gue gak ingin lo terus menerus terluka." Ucap Abi yang tak dapat Ara terima. "GAK BI. Sampai kapanpun gue gak akan mencintai orang lain. Hati ini jatuh di hati lo. Lo gak buat gue terluka. Anggap aja luka yang ada di seluruh tubuh gue hanya sebuah gambar. Abi gue rindu lo." Ujar Ara tak mampu menahan tangisnya.

"Gue senang setiap kali gue melihat hadir lo. APA LO GAK TAU, BI?! GUE RELA BERADA DISINI KARNA GUE CINTA SAMA LO." Teriak Ara kesal. Abi menahan ke rinduannya. Ia tak ingin menjadi beban untuk wanita itu lagi. "Gue gak cinta sama lo, Ra. Jadi berhenti buat mencintai gue." Bohong. Kata kata itu bohong. Abi mencintai Ara, Abi menyanyangi Ara, tapi Abi ingin Ara bahagia. Bohong jika ia tidak terluka, bohong jika Abi tidak tersakiti, bohong jika Abi tak mencintai Ara. Jika tak cinta, Abi tak akan cemburu melihat Ara dan Raja. Jika tak cinta, jantungnya tak akan berdetak lebih cepat di dekatnya. Bila tak cinta, Abi tak akan merasa bersalah. "Lo berhak bahagia, Ra." Ucap Abi.

Ara tak percaya apa yang ia dengar. "BOHONG! Lo adalah pembohong terbesar, Bi. Lo adalah pembohong. Lo mencintai gue. Kalau lo gak cinta, lo gak akan hadir disini." Ucap Ara mengelak. "Kasih tiga Alasan buat gue percaya kalau lo gak cinta gue."

Abi menghapus airmatanya. Demi Ara. Ia harus lakukan ini. "KARNA GUE GAK CINTA LO. KARNA GUE GAK MAU SAMA WANITA GILA. KARNA GUE INGIN LO BENCI GUE, RA." Teriak Abi lirih. 'Wanita gila' 2 kat yang menyayat hati Ara.

Terkadang saat kita terlalu mencintai seseorang, kita berat akan melepasnya. Namun saat takdir memutuskan berpisah, hanya kebencian yang mampu membuat kita melupakannya.

Abi keluar dari persembunyiaanya. Ara tak dapat menahan airmatanya saat melihat Abi hadir di hadapannya. "A-abi." Panggil Ara lirih. Namun Abi diam, ia menatap Ara dalam-dalam. Rindunya terbalaskan, orang yang ia cinta kini hadir di hadapannya. "Gue gak bisa terus bertahan dengan lo jika akhirnya gue mencintai orang lain, Ra. Maafkan gue." Ucap Abi yang membuat Ara semakin terluka. Abi tak inginkannya. Bodohnya ia berharap Abi datang dan kembali padanya. Menjelaskannya tentang sebuah kekeliruan, namun...

SAKIT
TERLUKA
JATUH
PUPUS

Itulah yang justru terjadi. Ara terluka, Ara sakit, Ara jatuh, Ara pupus. Ara tak mengerti mengapa semua menyakitkan. Ara jatuh terduduk di lantai, tatapannya kosong, airmatanya mengalir deras. "Lalu untuk apa lo datang saat ini? UNTUK APA LO DATANG KALAU HANYA MENGHADIRKAN SEBUAH HARAPAN? Apa lo tahu? apa lo tahu susahnya mundur saat sudah berlari terlalu jauh? KENAPA LO JADI PELANGI, Bi?! KENAPA LO BUAT GUE JATUH CINTA?! Kenapa lo buat luka ini semakin parah. Gue benci semuanya. Gue benci diri gue. Gue benci karna gue semuanya hancur. KALAU AJA GUE GAK JATUH CINTA SAMA LO? Semuanya gak akan terjadi. PERGI! pergi!" Ucap Ara. "PERGIIII!!" Teriakan panjang itu menjadi teriakan terakhir sebelum akhirnya tubuh Ara terjatuh dan tak sadarkan diri.

Abi dengan panik memanggil dokter. Dokter RSJ segera memeriksa keadaanya. Berulang kali Abj menyebut doa agar Ara tak apa-apa. Semua ini adalah salahnya. "Pasien shock. Keadaanya memburuk. Kami akan membawanya ke rumah sakit. Ambulance akan segera datang." Jelas sang dokter. Abi mengangguk.

Sirine Ambulance menggema di telinga Abi. Beberapa petugas membawa Ara dengan tergesa-gesa masuk ke dalam Ambulance. Abi ikut bersamanya.

Di dalam ambulance, Abi menggenggam tangan Ara. Ribuan maaf ia lontarkan. Tangisannya tak juga reda saat melihat gadis yang menggunakan masker oksigennya.

Sesampainya di rumah sakit, Ara segera di bawa masuk ke dalam UGD. Abi menunggunya dengan penuh harap. Berharap Ara kembali dan tidak apa-apa. Abi mengutuk dirinya sendiri. Kalau saja ia tak egois, semua tak akan terjadi. Abi terduduk lemas di lantai. "Maafin gue, Ra. Karna gue lo lagi dan lagi terluka." Ucap Abi.

Dokter keluar dari UGD. Abi bangkit dan menanyakan keadaan Ara. "Pasien sudah sadar. Namun, keadaanya memburuk. Dia menjadi diam. Berulang kali saya mengajaknya mengobrol, dia tetap diam. Mungkin dengan Anda, ia mau bicara. Saya permisi dulu." Jelas sang dokter. Abi masuk dan melihat sosok yang terbaring di tempat tidur. Ara menatap sebuah jendela besar di ruangan itu. "R-" baru saja Abi hendak bicara, Ara memotongny. "PERGILAH BI. Gue gak pernah mengharapkan pelangi datang setelah hujan, gue mengharapkan mentari datang setelah malam. Jangan menaruh harapan untuk sebuah ketidakpastian. Jangan membuat seseorang berharap jika tak ada kesempatan. Seorang wanita memang mudah mencintai. Tapi seorang wanita akan sulit membenci. Wanita memang mudah marah saat di selingkuhi, tapi wanita tak mudah menyakiti lelaki yang ia cintai. Pergilah, jika kepergianmu mencukupkan bahagiamu. Aku rela dan ikhlas melepaskamu."

Kata-kata itu menyayat hati Abi. Kata-kata lirih yang datang dari hati yang tulus. Ara memang tak menatapnya, tapi Ara tahu Abi menahannya mati-matian. "Semoga kamu lekas bahagia. Dengan dia yang membuatmu bahagia. Bukan aku yang membuatmu terluka. Dalam hatiku berat melepasmu. Tapi aku akan membiasakan hidup tanpamu, agar tak ada beban untukmu. Aku pergi, selamat tinggal." Ujar Abi.

Ceklek

(Dengerin deh pas banget lagunya dari Ara)

Ara mendengar suara pintu tertutup. Ia menangis sejadi-jadinya. Mungkin berpisah adalah jalan yang terbaik. Meski cintanya akan tetap bertahan. Sekarang semuanya pergi, Aldi pergi, Raja pergi, dan Abi pergi. Hanya ia dan sebuah penantian yang hidup di dalam sakitnya hidup dibalut luka.

Wait deh kok gue nangis ya, sebenarnya cara putusnya tuh kek gue dulu yahh tapi bedanya kalau Abi masih cinta, kalau si onoh kagak, JHD! Ini gue yg lebai apa emang sedih si, sialan wkwk

Pokoknya jangan lupa vote dan comment

LAST SADNESS [SELESAI]Where stories live. Discover now