Last sadness-20

6K 561 4
                                    

Tinnnnnnnn

Ara kaget saat mendengar suara kelakson mobil yang kini ada dihadapannya. Ia seperti mengenali mobil itu? Tapi siapa?

Seorang lelaki bertubuh tegap, dengan panik berjalan kearah Ara yang masih bungkam. "Amel lo kenapa malam-malam diluar? Terus? Lo nangis?" Tanya Alex. Ara tersenyum, kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Aku gak apa-apa kak." Ucap Ara.

Alex menarik adiknya untuk mengantarnya pulang. "Apa yang kamu sembunyikan?" Tanya Alex. Ara menatapnya. "Abi kak, Abi masih mencintai mantan kekasihnya. Mantan kekasihnya sangat cantik, aku bahkan sangat jauh darinya. Dan dia—" Ara menggantungkan ucapannya. Alexpun semakin penasaran dengan kelanjutan cerita dari Ara. "Dan dia kembali untuk memiliki Abi kembali." Ucap Ara.

"JAUHI ABI!" Perintah Alex. Ara menatapnya dengan tatapan tak mengerti. "Sekarang saatnya lo menata hidup baru lo, gue gak mau kejadian dulu terulang lagi. Gue sayang sama lo, Mel. Lo harus ngerti betapa khawatirnya gue sama lo, gue emang bukan abang yang baik? Bahkan gue adalah abang yang buruk, tapi tuhan ciptakan lo buat melengkapi kekurangan gue, Mel." Ujarnya. Alex kembali menatap jalan yang kosong.

"Kak, apa lo tau rasanya sakit saat jatuh cinta?" Tanya Ara.

Alex menepikan mobilnya dipinggir danau. Ia mengajak Ara untuk turun. Alex dan Ara menatap bebek-bebek mainan yang berbaris rapi dipinggir danau, lalu ia melihat perahu yang juga berjajar rapi. "Cinta itu sulit. Apalagi mencintai seseorang yang tak mungkin mencintai kita, itu jauh lebih sakit. Cinta itu buat kita bimbang, ingin kembali tetapi sudah terlalu jauh, ingin melanjutkan tetapi merasa sia-sia. Cinta itu bukan soal memiliki, tapi soal merelakan. Seperti cinta gue sama lo." Ucap Alex. "Lo itu hatinya malaikat Ra, kalau memang sakit kenapa gak dilepaskan?" Tanya Alex.

Ara menatap danau, lalu nafasnya terbuang kasar. "Kalau aja melupakan segampang membalikan telapak tangan? Aku gak akan bertahan sejauh ini." Ucap Ara.

"Gue ingin lo fokus kuliah. Kalau lo yakin dia jodoh lo? Anggap aja dia lagi dijagain mantannya. Kenapa jadi mellow? Ayolah, gue gak mau punya adik cengeng cuma gara-gara cinta!" Ucap Alex yang membuat Ara terkekeh.
***
Aldi dan Dave sudah siap dengan ranselnya. Sudah 3 bulan ia di negara Amerika, kini saatnya mereka ketujuan selanjutnya. Aldi sedang memakai sepatunya, begitu juga dengan Dave. "Masa tiga bulan disini, lo masih belum bisa lupain Ara?" Ucap Dave. Aldi hanya meliriknya sekilas.

Aldi menyelesaikan sepatunya dengan cepat. Ia malas membahas hal yang sudah berulang kali Dave tanyakan. "Kalian akan pergi kemana?" Tanya Qerren, putri tuan Robert. Dave tahu bahwa Qerren menyukai Aldi, tapi Aldi adalah lelaki yang beku hatinya, dua orang wanita yang bisa menaklukan Aldi hanyalah Lidya dan Caramel.

"Colombia." Satu kata yang terlontar dari mulut Aldi. Aldi berjalan melewati Qerren, Aldi melihat semak-semak yang bergoyang, tidak hanya Aldi, Dave dan Qerren juga melihatnya.

Dave memeluk lengan Aldi. "Al setan Al. Kalau di film-film yang gue tonton yak, setan luar negeri itu seram-seram. Kayak si sadako, chuky, annabelle, susan-" belum selesai berbicara, Aldi langsung membungkam mulut Dave. Aldi berjalan menuju semak-semak itu. "Jangan Al, kita masih punya tiket 9 negara lagi, sayang kalo kita mati di negara pertama." Oceh Dave.

"Berisik!" Dave langsung diam. Ia masih memeluk lengan Aldi, Qerren mengikuti mereka dari belakang. Saat Aldi melihat ke semak-semak, tiba-tiba
1

2

3

"KYAAAAAAAA" Dave berteriak kencang, membuat Qerren yang berada dibelakangnya, ikut kaget. Seorang anak kecil laki-laki keluar dari semak-semak.

"Daddy!" Lelaki kecil itu langsung memeluk kaki Aldi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Daddy!" Lelaki kecil itu langsung memeluk kaki Aldi. Aldi nampak bingung, tapi akhirnya ia menurunkan tubuhnya untuk mensejajarkan posisinya dengan anak kecil itu. "Siapa nama kamu?" Tanya Aldi dengan bahasa sana. Lelaki kecil itu hanya menggeleng. "Dimana orangtua kamu?" Tanya Aldi.

Dia menggeleng. "Aku nda unya olangua." Jawabnya. " kok gue kaya pernah ngeliat dia ya? Tapi dimana?" Gumam Aldi.

Dave menoyor pala Aldi. "Kita itu disini cuma tiga bulan, dan kita gak menemukan dia. Lo jangan ngaco!" Ucap Dave yang tidak digubris Aldi.

Aldi menggendong anak kecil itu. "Apakah kamu mau ikut kita, jagoan?" Tanya Aldi kepada lelaki kecil berponi itu. Lelaki itu mengangguk antusias. "Apa lo udah gila,Al? Kita gak kenal bocah itu." Ucap Dave.

"Aku juga tidak mengenalnya." Tambah Qerren yang sedari tadi diam.

"Aku akan meminta bantuan tuan Robert untuk mengurus Visa dan Paspor Caal. Hei apakah kau bersedia jika aku memberimu nama Caal?" Tanya Aldi pada bocah kecil yang sedang mengangguk senang. Aldi dan Qerren meninggalkan Dave yang masih diam. "Gila. Baru satu negara udah dapet satu keponakan. Berarti kalau 10 negara? 10 keponakan? Oh tidak gue gak bisa bayangin." Ucap Dave sambil bergedik ngeri. Lalu ia segera menyusul Aldi.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT!

LAST SADNESS [SELESAI]Where stories live. Discover now