Last Sadness-50

5.2K 513 43
                                    

Tess

Airmata menetes begitu saja. Meski tertutup kaca helm, Abi terlihat sedang menangisi seseorang. Ia mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, pandangannya focus ke depan, namun fikirannya tak tahu arah. Saat mengendarai motornya, Abi melihat Venuce yang sedang duduk dibangku taman. Sendiri. Untuk apa gadis itu sendirian disana?

Abi memparkirkan motornya di pinggir jalan yang cukup jauh dari taman. Lalu ia berlari pelan untuk melihat apa yang dilakukan Venuce. "Berhasil. Gaga sudah di gedung tua itu. Tapi, kenapa Gaga juga di tangkap?" Tanya wanita yang dapat Abi ketahui itu adalah Tiara. Ia ingat sekali bahwa nada suara itu adalah nada suara Tiara. "Itu karna gue ingin menghancurkan seluruh keluarga Wijaya. Haha Abi sudah terhasut dan seakan menjadi tokoh jahat, Ara sudah masuk rumah sakit jiwa karna gue mencengkokkan obat halusinasi, lalu Alex sudah mati di tangan gue, akan gue pastikan Gaga mati setelah ini."

Deg

Abi mengepal kedua telapak tangannya. Venuce tak sebaik yang ia kira. Bodohnya Abi mempercayai iblis itu dibandingkan Ara. Abi geram, ia keluar dari persembunyiannya. Betapa terkejutnya Tiara saat melihat Abi berdiri di belakang Venuce. "Ve, Ve, i-tu-it-itu—" ucap Tiara terbata-bata.

Abi menatapnya tajam, membuat Tiara menunduk takut. Venuce yang melihat perubahan sikap Tiara menoleh ke belakang. Ia tersentak saat sosok Abi ada di belakangnya. Abi menatapnya marah, emosinya menggebu-gebu. Bagaikan sebuah bom yang siap meledak. "A-abi ini gak seperti yang kamu denger ko—"

"DIMANA GAGA?!" Bentak Abi.

"Kamu bicara apa si, Bi? Aku ga—"

"DIMANA GAGA?!" Tanya Abi lagi. Namun Venuce tetap bungkam. Abi mendorong tubuh Venuce ke tanah. Ia beralih menatap Tiara. "DIMANA GAGA?!" Teriak Abi menakutkan.

Tiara sudah tak dapat menahan ketakutannya. "Di gedung tua, lantai 14." Jawabnya. Abi segera pergi untuk bertindak sesuatu. Ia tak boleh melakukan kesalahan lagi. Namun seseorang memberhentikannya. "KALAU LO BERANI PERGI DARI TEMPAT ITU?! GUE AKAN PASTIKAN CEWEK CACAT ITU MATI SEKARANG JUGA!" Ancam Venuce. Abi semakin emosi. Ia berbalik dan menatap Venuce. Venuce senang karna Abi takut dengannya.

"Gue gak takut ANCAMAN lo!" Jawabnya langsung berlari menuju motornya. Abi segera memakai helmnya dan membawa motornya pergi menuju gedung tua. Disisi lain, Venuce sudah siap untuk membunuh Tiara, namun pistol yang diarahkan ke Tiara, diambil dari belakang. Ternyata itu adalah Afgan dan Genta. Afgan mengarahkan pistol tersebut berbalik ke arah Venuce, sehingga Venuce diam seribu bahasa. Genta segera memanggil polisi untuk menangkap Venuce, dan Venuce segera di bawa kembali ke negaranya. "GUE AKAN BALAS DENDAM KE LO SEMUA! Liat aja hahaha lo semua itu pengecut, cih lo semua gila. Lo gila, dia gila. Haha kalian GILA." Teriak Venuce sambil tertawa gila.

Genta menghampiri Afgan yang sudah memeluk Tiara. "Maafin gue. Maafin gue karna udah jahat sama Ara, hiks. Maafin gue. Gue takut. Gue takut Venuce bunuh gue." Ucap Tiara sesegukan.

Genta tertawa. "Cih lo takut sama orang gila. Lo gak liat sahabat lo jadi gila?! Dasar bodoh, ngapain lo buta karna cinta?!" Tanya Genta kesal. Afgan menginjak kaki Genta, memberi kode untuk dia diam. "Minta maaf sama, Ara. Lo adalah salah satu penyebab masalah yang di hadapi Ara. Terimalah jika pada akhirnya Ara menuntut keadilan." Nasihat Afgan.

"Sejak kapan lo jadi lembut sama cewek?!" Ujar Genta. Afgan tersenyum kikuk. "Gatau wkwk. Udah yuk cari Gaga lagi." Ucap Afgan. Saat ingin beranjak pergi, Tiara menahannya. "Gedung tua lantai 14, Gaga di sekap disana." Jelas Tiara.

Genta dan Afgan mengerti, mereka segera pergi menuju alamat yang di tunjukkan Tiara.
***
Abi memarkirkan motornya asal-asalan. Ia segera berlari menuju gedung tua itu. Ia menaiki tangga darurat sampai ke lantai 14. Sepi. Tidak ada siapapun disini. Abi mencari keberadaan Gaga, ia hampir putus asa saat tak menemukan keberadaan Gaga.

Tolong!! Siapapun tolongin gue!!

Suara itu membuat Abi kaget. Itu adalah suara Gaga. Suara itu berasal dari pintu yang tak terlihat. Jika saja Abi tak mendengarnya, ia akan sulit menemukan pintu itu. Abi segera berlari dan membuka gembok itu. "GAGA?!" Panggil Abi saat melihat pria itu duduk di sudut ruangan. Gaga menoleh dan melihat pintu terbuka. Nampaklah sosok Abi di hadapan Gaga.

Melihat sosok yang ia benci,membuat Gaga marah. Ia segera mencekik leher Abi. "G-ga gu-gue ga-ga-bi-sa na-fas." Ujar Abi susah payah. Gaga masih mencekeknya. "INI GAK SEBANDING DENGAN APA YANG DIA DAPATKAN! INI GAK SEBANDING DENGAN KEMATIAN ABANG GUE! LO ADALAH PERUSAK!! LO ADALAH IBLIS!" Teriak Gaga dengan tidak sadar.

Afgan dan Genta segera menarik Gaga, saat Gaga ingin membunuh Abi. "Lo gila? Lo mau buat adik lo tambah gila? Bagaimanapun dia adalah orang yang adik lo sayang. LO GAK BISA BUNUH DIA." Ujar Genta. "Polisi sudah menangkap Venuce. Ia segera dibawa kembali ke negaranya. DAN DIA GILA." Tambah Afgan. "Pulang, Ga. Nyokap bokap lo khawatir. Ara juga udah sadarkan diri. Dan buat lo, Bi. Datanglah temui Ara. Dia selalu menunggu lo. Sebrengseknya lo, dimata dia lo tetap pria yang di cinta." Nasihat Afgan. "Ayo, Ga!" Afgan dan Genta segera membawa Gaga pergi meninggalkan Abi yang masih mengatur nafasnya. "Dia selalu menunggu lo. Sebrengseknya lo, dimata dia lo tetap pria yang dia cinta" kata-kata itu terngiang di kepalanya. "Gue gak bisa temui lo, Ra. Gue ini cuma penghancur hidup orang." Teriak Abi frustasi. Ia lantas pergi dari gedung itu. Ia memutuskan untuk pulang, kasihan bundanya pasti khawatir.

Jangan lupa vote dan comment ya

LAST SADNESS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang