Negara ke 3

5K 607 24
                                    

Ministro Pistarini International Airport

"YEAYYY GUE DI ARGENTINA!!! Yes gue bisa ketemu dybala nih kalau kayak gini. Dybala i'm coming!!!" Teriak Dave heboh.

Caal dan Aldi menggelengkan kepalanya bersamaan. Perilaku Dave benar-benar memalukan. Ingin rasanya Aldi membungkus Dave dengan plastik hitam lalu ia lemparkan ke kali. "Lo mau ketemu siapa tadi, Dave?" Tanya Aldi.

Dave menoleh dengan antusias. "WHOA JELAS DYBALA LAH. Paulo dybala, yang wajahnya sebelas dua belas sama gue." Jawab Dave sangat amat bahagia. Caal membisikam sesuatu pada Aldi. "Dad, om dep gila?" Tanya Caal polos. Aldi tertawa lalu kembali membisikkan Caal. "Dari lahir Caal wkwkwk."

Dave menyipitkan matanya. "Kalian bicarain gue yak?" Ucap Dave. "Alah pede lo. Ayok!" Ajak Aldi langsung berjalan mendahului Dave.

Ini adalah negara ke tiga yang Aldi jalani, negara yang penuh keindahan, kali ini Aldi tak akan bekerja, 3 bulan akan ia habiskan untuk berjalan-jalan. "Al, rumahnya dybala dimana yak? Gue ngefans banget nih sama dybala." Ucap Dave. Aldi pusing mendengar Dave yang selalu membicarakan pemain bola asal Argentina. Meskipun Aldi kurang menyukai club bola, tapi ia tahu bahwa Paulodybala membela club itali yaitu Juventus, itu artinya Paulodybala berada di Itali bukan di Argentina. Aldi tak habis fikir dengan adiknya.

"Sejak kapan lo fans nya dybala?" Tanya Aldi sambil berjalan.

"Udah lama."

"Dybala di club apa?" Tanya Aldi lagi.

"Juventus." Jawabnya singkat.

"Juventus ada dimana?" Tanya Aldi.

"YA ITALI LAH ANEH LO." Ucap Dave kesal. Aldi langsung menoyor kepala Dave. "Itu artinya dia ada di Itali ogeb. Udah akh ayok. Kasian Caal." Aldi langsung menarik tangan adiknya.
***
Aldi, Dave, dan Caal menaiki kereta cepat menuju Bariloche. Jika kalian pergi ke Argentina, kalian wajib mengunjungi Bariloche. Bariloche adalah salah satu tempat wisata yang indah dan dingin. Bariloche adalah pegunungan di Argentina barat. Ia memiliki panorama yang tidak dimiliki oleh indonesia. Tak salah jika Bariloche menjadi tempat terfavorite di Argentina. Di tempat ini mereka akan mencoba bermain ski langsung. Aldi juga akan mengajak Dave dan Caal untuk mendaki gunung.

Caal memang anak kecil, tetapi ia telah terbiasa di suhu yang tinggi, justru yang ia khawatirkan adalah Dave, pria itu sangat lemah, Aldi akan berdosa jika ia tak mampu menjaga adiknya. "Apa lo kuat mendaki si suhu yang dingin dibawah rata-rata?" Tanya Aldi pada Dave.

"Jika akhirnya gue harus pergi, gue harap lo akan meneruskan 7 negara selanjutnya, Al. Tujuan lo adalah 10 negara. Ada atau tanpa adanya gue." Ucap Dave. Aldi semakin khawatir dengan adiknya.

Dave melihat Caal tertidur dalam jaket tebalnya, Aldi sedang menatap kosong kearah jendela. Entah apa yang lelaki itu fikirkan beberapa bulan ini. "Apa yang lo fikirkan, Al?" Tanya Dave. Aldi menoleh kearah adiknya. "Ara, gue kefikiran dia." Jawab Aldi.

Setelah menjawab, Aldi kembali diam. Dave memilih untuk tak banyak bertanya, ia membiarkan kakak laki-lakinya hanyut dalam masalalunya.
***
Dingin, semilir angin dingin menerpa ketiga lelaki yang sedang memandang kedepan. Tangannya mereka masukan di dalam saku jaket masing-masing. Pria itu adalah Aldi, Dave, dan sikecil Caal. Mereka bersiap untuk bermain ski. "Are you ready?" Tanya Dave. Aldi mengangguk. Caal melihat Aldi dengan bahagia. Ia memang tidak ikutan, Aldi hanya takut pria kecil itu terluka.

"DADDY ASTI ENANG!" Teriak Caal.

Aldi mengangguk kearah Caal. Lalu mereka berdua mulai memainkan ski masing-masing. Aldi terlihat lihai, sedangkan Dave terlihat lebih takut. "Ayo Dave!" Panggil Aldi yang berada di depannya.

Sekuat apapun Dave mencoba, kakaknya lah yang menjadi pemenangnya. "Akh gue akuin lo jago, Al." Ucap Dave sambil melepas skinya.
***
"Gila cape parah!" Dave merebahkan dirinya di atas kasur empuk. "Om Caal jolok. Andi ulu om!" Pinta Caal sambil menarik baju Dave.

Dave terus menggeleng. Ia lelah, dan ingin istirahat. "Biarin om tidur, Caal. Lebih baik kamu tidur." Ucap Aldi. Caal akhirnya mengerti. Ia melepas jaket tebalnya lalu menggantu bajunya dengan baju tidur. "Daddy, Caal bobo ulu. Muach." Caal mencium Aldi lalu ikut berbaring di samping Dave.

Aldi berjalan menuju meja. Ia mengambil kotak di dalam tas nya. Di sana terdapat beberapa foto dia dengan Ara, foto yang diabadikan sejak kecil hingga mereka dewasa. Entah mengapa gadis itu sangat sulit Aldi lupakan. Aldi mengusap wajah Ara dalam foto itu. "Bahagia lo, adalah bahagia gue Ra. Gue memang pergi, tapi gue pergi untuk kembali. Gue harap saat gue kembali nanti, gue akan dengar kabar bahagia dari hubungan lo dan Abi. Gue percaya Abi dapat bahagiakan lo, gue gak rela kalau ada airmata jatuh di wajah seceria ini. Bahagia terus, Ra. Sudah cukup lo mencicipi pahitnya hidup. Sudah saatnya lo bahagia, meski orang lain menjadi alasan bahagia itu, Ra." Ucap Aldi.

Aldi mencium foto Ara, lalu ia menyimpan kembali foto itu di dalam kotak dan menyimpannya di dalam tas. Ia berjalan menuju ranjang, entah mengapa melihat Caal tertidur mengingatkannya dengan Ara.

"Daddy sayang kamu, Caal." Aldi mencium Caal dan pergi ke alam mimpinnya...

Awwww demi kalian aku rela ngetik disaat tangan ini sakit. Aku gak ingin kalian kecewa, meskipun tanganku infeksi, tapi aku harus profesional, aku gak boleh bawa masalah pribadi ke pekerjaan ini. Tetap semangatin aku ya!! Semangat kalian membangkitkan aku untuk lanjut mengetik disaat tangan ini sakit dan amat sakit...

Jangan lupa klik bintang di akhir, dan jangan lupa komentar...

LAST SADNESS [SELESAI]Where stories live. Discover now