Last Sadness-18

6K 475 18
                                    

Karna yang manis, terlalu cepat abis, kaya cinta

Ara pov

Dia indah, siapapun yang melihatnya akan terpanah. Dia adalah malaikat, yang mungkin tuhan kirimkan untuk aku. Aku ingin bersamanya, sehidup semati dengan dia. Dia memang sulit ku gapai, tapi ku percaya dia adalah cinta sejatiku. Itulah sedikit kutipan dari buku yang telah lama kubaca. Dari buku itulah aku mendapatkan pelajaran, bahwa banyak pengorbanan untuk sebuah cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Kamu tahu? Saat aku membuka lembaran pertama, aku mulai jatuh hati dengan sosok didalamnya. Aku ingin seperti dia, yang terus berjuang meski berulang kali disakiti. Dari sana juga aku mengerti, bahwa matahari tenggelam karna mempunyai hati yang akan sakit jika melihat langit dan bumi bersama. Dan kata-kata itu yang selalu ku ulang sejak dulu.

"Hai!" Sapa seseorang yang membuatku menutup novel yang kubaca. Kulihat senyum yang terlukis tulus diwajahnya. Abi, sosok itu tiba-tiba datang dalam hidupku, dan memporak-porandakan keteguhan hatiku. Aldi? Bagaimana kabarnya? Tante Li bilang, Aldi belum menghubunginya sejak pergi dari Indonesia. "Hai Bi, kenapa ajak gue kesini? Kangen ya?" Godaku. Aku wanita periang, bukan ku sombongkan sikap aku, namun aku hanya ingin kalian tahu, aku memiliki wajah yang dapat menutupi rasa sakit.

Abi mengelus kepalaku lembut. "Sejak kapan annoying girl menjadi cenayang?" Tanya Abi sambil tersenyum kearahku. "Sejak gue masuk didalam fikiran lo haha." Kulihat dia ikut tertawa. Satu yang aku pinta, jangan hilangan lelaki semanis dia. Manis? Kurasa aku memiliki kata-kata yang tepat. Jangan terlalu manis, aku gak mau kamu berakhir terlalu cepat. Kau tahu artinya itu? Kamu pernah makan ice cream? Makanan yang manis akan lebih cepat abis, begitu pula cinta.

"Ara! Lo kok bengong sih?" Aku tersadar dari lamunanku. Aku lupa ada malaikat tampan yang manggakan (kenapa mangga? Karna aku suka mangga bukan anggur). "Jadi kita mau kemana nih copan?" Tanyaku.

Dia mengeryit. Dia pasti tidak tahu apa artinya copan. Uh kurasa dia bukan kids jaman now. "Copan?" Tanyanya. Sudah aku duga sebelumnya.

Aku mendengus, lalu berdiri. "Copan itu cowo tampan." Ucapku dengan senyum yang paling manis. Tapi inget aku bukan gula, kenapa aku gak mau jadi gula? Karna aku gak mau hanya dikerubungi semut. Aku maunya dikerubungi cogan. Eaa ngawur.

"Oh jadi cewek gue udah berani ngegombal?" Godanya sambil mencubit pipiku. Akh sepertinya mencubit pipiku telah menjadi hobinya. "Ra, gue-gue-gue tau ini terlalu cepat. Gue cuma mau bilang I-" aku menatapnya. Aku melihat dia tampak gugup.

"Ikut gue!" Ucapnya langsung menarik tanganku. Sebenarnya dia mau membawa aku kemana,aku dan dia telah berjalan cukup jauh. Hingga sekar-rang. OH MY GOD!! pekikku. Aku melihat gunung tinggi dihadapanku. Aku bukan seorang mate kan? Abi juga bukan seorang manusia serigala kan? Akh aku fikir aku terlalu sering menonton GGS.

Abi membawaku menaiki puncak gunung yang cukup tinggi. Aku sedikit kesulitan, karna aku hanya menggunakan kaki palsu. Malaikat tak bersayap datang membantuku. Kalian tahu siapa? Siapa lagi kalau bukan Abi. Abi membantuku sampai diatas. Akhirnya aku bisa mendaki, meski dengan kekurangan.

Aku langsung menjatuhkan bokongku diatas gunung indah itu. Gunung yang berada diatas ketinggian. Gunung yang aku tidak bisa gambarkan. Saat aku membuka mataku, rasa lelahku berubah menjadi sesuatu yang tidak berguna. Aku langsung berdiri dan melihat betapa indahnya kuasa tuhan. "Bi bagus banget." Ucap aku senang.

Aku melupakan satu hal. Abi adalah sosok lelaki yang penuh kejutan. Abi seperti apa yang diperankan dalam buku yang ku baca. Dia seperti hero. Abi menoleh kearahku. Lalu menuntunku untuk menatapnya.

Oksigen please!!! Aku butuh oksigen. Dia sangat tampan, oh tidak, dia lebih lebih dari tampan. "Aku cinta kamu. Di atas gunung ini, disaksikan keindahan ini, aku Abigail, ingin menjadikan kamu seseorang dalam hidupku. Seseorang yang menjadi bagian penting dari hidupku, seseorang yang dapat menjadikan kisahku lebih baru. And will you be mine?" Ucapnya. Airmataku keluar seketika. Kata-kata manis itu keluar sangat tulus.

Tapi?

Yang kutakutkan adalah semua ini hanya sebentar, yang kutakutkan dia hilang, yang kutakutkan aku terluka. Aku pernah berjuang lalu sia-sia,aku tidak mau terjebak nostalgia cinta. "Gimana? Yes or No?" Tanyanya lagi.

Tolong hentikan waktu!

Aku ingin mengenang masa paling indah ini. Aku seperti bidadari yang ditembak di atas gunung. Aku seperti seorang mate yang di tembak oleh manusia serigala diatas gunung indah. Kalau aku bilang tidak? Katakan aku munafik. Nyatanya aku menyukainya. Bukankah perasaan dapat berubah sesuai rasa nyaman? Kecuali cinta sejati.

Aku menatapnya,matanya menatapku dengan ketulusan. Lalu kuanggukan kepalaku. Dia tersenyum dan langsung memelukku. Aku menenggelamkan wajahku didada bidangnya.

"Makasih ra, makasih lo udah jadi yang terindah." Ucapnya yang membuatku meneteskan airmata dibajunya. Dia mencium puncak kepalaku. Dia mengenggam erat tanganku. "TUHAN! DIA YANG AKU MAU!! JANGAN PISAHKAN KAMI!" Teriaknya. Lalu kembali mencium puncak kepalaku.

Jangan lupa vote dan komentar!!!!

LAST SADNESS [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang