Last Sadness-37

Magsimula sa umpisa
                                    

Dave menoleh ke Aldi. "Kalau salah satu diantara kita harus mengalah. Lo lah yang harus bertahan. Jangan gunain ego lo, kak. Ingat lo punya Caal." Ucap Dave.

"Gak ada salah satu. Kita berdua harus bertahan!" Aldi berjalan mendahului Dave.

Langkah kaki mereka mulai mendekati gunung berselimut salju yang kini ada dihadapan mereka. Tangan mereka bercengkram pada bebatuan yang tak lapisi salju. Mereka mulai mendaki. Badai salju bisa saja akan terjadi, tapi tekat mereka adalah pergi untuk kembali, bukan pergi untuk menyerahkan diri. Aldi berada diatas Dave, Dave sedikit kesulitan, ini adalah pertama kalinya ia mendaki gunung, sedangkan Aldi sudah beberapa kali, hanya saja ini gunung pertama yang ia daki di luar negri.

Mimpi para pegunung adalah sampai di puncak. Dan mimpi keluarga para pegunung adalah, keluarga mereka dapat kembali dengan selamat.
***
17.00 waktu sekitar

Matahari mulai berada di barat, itu artinya hari sudah akan menjemput malam. Namun mereka baru saja di tepi gunung. Perjalanan masih panjang, meski beberapa jam telah mereka lewati. Aldi melihat kearah bawah. Adiknya terlihat kelelahan. Ia mengambil minumnya dan memberikannya pada Dave. "Istirahat dulu Dave. Minum!" Ucap Aldi. Dave pun berhenti dan segera menegak air yang menjadi dingin bahkan hampir beku.

Setelah minum, Dave menyamakan posisinya dengan Aldi. Aldi memberikan pisau untuk menusuk salju es yang menyelimut gunung aconcagua. "Lanjut! Kalau cape, jangan gengsi buat bilang." Ucap Aldi kembali melanjutkan aksinya.

Aldi menusuk salju es untuk dapat mendaki

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Aldi menusuk salju es untuk dapat mendaki. Mendaki memang sulit, tapi akan ada kebahagiaan setelah ini. Seperti cinta, memang sulit awalanya, tapi akan membawa kebahagiaan setelahnya.
***
23 jam kemudian...

Bibir tak lagi pink, warnanya memudar menjadi putih. Kulit tak lagi normal, warnanya telah menjadi pucat. Mereka telah berada di tiga perempat perjalanan. 23 jam sudah mereka tempuh, puncak semakin dekat dengan mata mereka. "A-al." Lirih Dave. Bibirnya keluh meski hanya untuk sekedar memanggil kakaknya. Aldi mendengar lirih suara Dave, ia melihat adiknya lemah ditempatnya. Aldi turun mendekat menghampiri Dave. Dave tak sadarkan diri, membuat ia panik setengah mati. "DAVE!! DAVE BANGUN DAVE!! GUE GAK NYURUH LO BUAT MATI!! DAVEEEE!! Ingat janji lo buat bertahan, Dave!!" Aldi mengguncang tubuh Dave yang tak sadarkan diri. Tangannya kaku, sekujur tubuhnya dingin.

Aldi memeluk adiknya. Memberikan hangat untuk adiknya. Aldi melihat badai salju akan tiba, ia menyerahkan dirinya pada tuhan. Jika memang takdirnya berakhir disini, ia akan menerimanya. "DAVE BANGUNNNN!!" Teriak Aldi. Dave masih tak sadarkan diri.

Grrrrrrrr

Hawa dingin menerpa Aldi, tubuh Dave berubah menjadi bergetar. "Di-ding-in." Ucap Dave. Dave sadar, namun matanya tak terbuka. "DAVE MANA JANJI LO BUAT SAMA-SAMA GUE? MANA JANJI LO BUAT SELALU TEMANI GUE? MANA JANJI LO?" Teriak Aldi ditengah badai salju.

Flashback On

Saat matahari mulai pergi, dua laki-laki yang berada di dalam ruangan, menatap langit-langit kamarnya. "Al, apapun yang terjadi, gue sebagai adik akan selalu menemani lo. Menjaga lo, dan gue akan berusaha membuat lo sadar dengan apa yang sekarang lo hadapi." Ucap Dave.

LAST SADNESS [SELESAI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon