prelude- iridescent and redemption part 3

Start from the beginning
                                    

***prelude***

"Mom..bisa bantu aku memilih warna kertas kado yang cocok untuk putri cantik almaqh?" Taka mendongak dari bungkusan besar di antara tangan kecilnya, dua mata indahnya membandingkan dari tumpukan kertas dan bungkusan plastik kado pertama.

Putra kecilku ini selalu excited jika apapun yang berhubungan dengan almaqhvira..bahkan dia bilang almaqh adalah istri idamannya kelak, hmmm...boleh juga seleranya!

"Tentu saja sayang..."

aku tersenyum lalu berjalan mendekatinya. Meletakkan semangkuk bubur hangat ditaburi potongan ayam dan daun bawang dengan sangat hati-hati, sekelibat wanginya menuai komentar taka.

Dia menyibak-nyibakkan tangan kecilnya keudara, menghalau aroma itu singgah kehidungnya.

Taka tidak suka aroma bubur ayam..katanya terlalu gurih dan itu membuatnya mual, dasar taka.

"Maaf sayang...tapi momy sedang ingin makan bubur.."aku berujar lembut sambil menggeser mangkukku agak jauh lebih ketengah, agar aku boleh duduk didekatnya.

Taka mengangguk pelan lalu kembali sibuk merapatkan hadiah berbalut plastik berwarna pink pucat dengan pita putih membentuk tali temali yang cukup mengundang tanyaku.

"Dari mana kau belajar mengikatnya sayang? Itu....sepertinya tidak ada di pelajaran sekolahmu"tanyaku mengerutkan alis. Bertanya-tanya. Bagaimana putra bungsuku dengan tegas menjawab singkat

"dunia"

"Dunia?"
dunia? Apa maksudnya?

Sebelum aku bertanya lanjut, taka seakan tahu kalau aku sedang menunggu penjelasan.

Dia memutar bola matanya lalu menghentikan aksi tali menalinya "oh mom...dunia itu maksudnya dari internet, atau anak-anak jaman sekarang menyebutnya dunia...ya kalaupun dari orang lain atau hanya melihat karya orang lain mereka juga tetap menyebutnya dunia" jelas taka menghela nafas, caranya menjelaskan seperti orang dewasa yang menerangkan pada bocah cilik.

Dan aku dianggap bocah ciliknya. Uhh anak ini.

Entahlah apakah itu benar, kepalaku mengangguk-angguk saja hingga taka tersenyum tipis

"Tapi alangkah baiknya kau menyebut dari mana kau belajar, kami semua sudah dewasa...tidak tahu anggapan kalian dengan sebutan dunia"

"Okay...."

Gemas! Ya aku selalu dibuat gemas dengan tingkah imantaka, tapi itulah keunikkan dia, hanya dia yang menganggapku rekan dikeluarga ini. Rekan adu mulut maksudnya.

Taka seperti renzo yang selalu mencari tahu dengan pemikirannya yang luwas, dan sedikit mewarisi sikap kyle yang kalau sudah punya niat A..dia akan tetap pada pilihannya, sulit digoyahkan.

Kalau untuk sifat ayahnya...dia punya rasa sabar yang akan membuatmu terpikat.

Itulah gabungan taka dari para pria di keluarga al calif margot.

Mereka tumbuh sesuai harapanku dan javier, mereka seperti kumpulan spidol warna warni, mewarnai kehidupanku dengan penuh warna.

betapa aku bersyukur kepada tuhan karena telah mempercayakan para malaikat itu menjadi pelangi dalam hidupku.

...mereka mukzizat dalam hidupku.

Rasanya aku tak pernah bisa menahan wajahku atau sepasang mataku untuk tak mengagumi satu persatu sosok para putraku.

Sampai kekaguman sejenak itu diganggu pertanyaan taka yang belum sempat kujawab.

"Mom kenapa diam? Aku tanya...warna apa yang cocok untuk kertas kadonya?" Aku terkesiap dari lamunanku, buru-buru menekuk keningku, didepan taka terlihat berusaha memikirkan sesuatu. menimang-nimang ke beberapa gulungan kertas kado dengan ragam warna tersusun rapi didalam box berukuran kotak sepatu.

PRELUDEWhere stories live. Discover now