Punishment and Loyalty -1-

9.3K 452 84
                                    

Kita tak perlu banyak bicara...

Terima hukuman...dan ajukan penebusan

Selesai!

Vanilla pov

Aku tidak sedang bermimpi..!

Aku melihatnya bersujud dihadapanku, seorang pria dengan mata nanar terhias air mata diwajahnya. Dia menatapku dengan segurat penyesalan, dengan sebuah ajuan.

Hukumlah aku....

Dia memintaku menghukumnya...dan aku pun meminta hukuman atas kebohonganku selama ini.

Kami berdua tenggelam dalam lumpur penyesalan...meminta hukuman...sebuah penebusan dosa.

Andaikan waktu bisa diubahnya, sayang dia bukan Sang Pengubah waktu dan keadaan.

Jadi sebelum Tuhan menghukum kami...

Kami berdua akan saling menghukum.

"Aku tidak perlu menghukummu...kau tidak salah vanilla.."ujar javier diantara suara seraknya menggeleng pelan.

"Aku berbohong padamu, itu sebuah kesalahan dan harus dihukum.."ucapku menahan saliva di mulutku yang mengendap di ujung lidah, tanganku gemetar menyelaraskan sentuhan javier yang gemetar sama hebatnya.

Pria berperawakan tinggi dengan sweater gelap segelap matanya itu menggeleng lagi "kau tahu siapa yang lebih berdosa...jadi jangan pernah berfikir aku akan rela menghukummu..matipun aku tak mau menghukum wanita yang sudah kulukai"

Entah apa yang merasuki fikiran javier hingga kata-katanya seakan diasah tajam dan menusuk dijantungku. Terlalu dalam tapi tidak terasa sakit seperti biasanya.

Semilir angin segar sejenak mengisi waktu dimana kami saling menatap, seperti inikah kelembutan yang tercipta paska perperangan sengit antara aku dengannya, apa kami terlalu lemah hingga urat-urat tegang tak lagi menghias diwajah kami berdua?!

Hingga kami tak sanggup lagi mengangkat senjata untuk saling membunuh.

Memandang manik matanya yang diam disatu sudut tepat kedalam mataku, hatiku terasa melemah dan tumitku sejalan dengan apa yang kurasa. Tanpa sadar aku berlutut tepat dihadapannya, mensejajarkan wajahnya yang nampak bingung mengapa jemariku perlahan mengusap perban di keningnya dan menyentuh perlahan bagian luka di ruas jemarinya, javier terlihat kesusahan menebak sikapku padanya. Memang aneh dan aku tak menyangka akan bersikap layaknya sepasang kekasih tengah berbaikkan.

Bibirnya yang kecil kemerahan namun sedikit pucat berusaha mengintruksi gerakkanku tapi kalah cepat dengan suaraku yang diselipi rasa bersalah berbau sindiran " kau senang mengoleksi luka?"tanyaku sesekali menatap bagian lukanya dan sesekali mencari cahaya pendar dimatanya.

Untuk yang ketiga kalinya javier menggeleng. "Jangan mengalihkan pembicaraan...aku tetap tidak setuju jika kau meminta hukuman dariku...tidak vanilla"

Haluan nafas letih keluar dari mulutku menerpa ke dasar lantai, aku melepaskan jemariku darinya tapi si keras kepala javier menahan tanganku untuk tetap diwajahnya. " katakan alasan mengapa aku pantas menghukummu..."javier mendengus tanda ia tak setuju bernegoisasi mengenai hukuman, tapi apa daya..wajahku terlalu jelas menginginkan hukuman.

Yang sebelumnya tak pernah terfikirkan olehku.

Ku hirup nafas di udara dalam-dalam dan menyimpannya ke seluruh tubuhku, menanamkan ketenangan saat sebenarnya menatap javier sedekat ini adalah ujian besar untuk detak jantungku sendiri.

"Aku punya banyak alasan..."

Javier menggerakkan iris matanya mengikuti iris mataku, lalu mulutnya setengah terbuka sambil mengalihkan pandangannya yang teduh ke arah bibirku.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang