Eternity -1-

6.6K 368 24
                                    

"Wi..william....?" Tanya wanita malang bersuara serak, memastikan ia melihatku.

"William?!" Dia mengulang namaku namun aku memilih diam.

Diam sejenak memandangi berbagai luka yang mengubur kecantikkannya.

"Ya Tuhan...." aku tak menjawab pertanyaannya kecuali mengeluh.

Tak menyangka...sampai hati mereka memperlakukannya separah ini!

"benarkah kau william..?!"dia terus bertanya, dengan mata letih memastikan terus penglihatannya.

Aku mendekatkan jemariku dikepalanya perlahan...namun belum sampai menyentuh. Ku tekuk jemariku dalam kepalan. Menurunkan kepalan tanganku yang tak jadi menyentuhnya.

"Ya...aku william..."
jawabku menelan shockku bulat-bulat..menahan sebagian organ tubuhku untuk tetap diam ditempatnya.

Aku tak boleh menyentuhnya.

Tidak.

"kau...kau datang..untuk menolongku...?!..kau datang... menemuiku..untuk menolongku kan?!"ia mengucap penuh harap namun terdengar lemah, sampai bernafas saja rasanya sulit.

wajahnya yang penuh luka, dengan mata lebam dan memar yang membiru disempurnakan darah mengering hampir membaluri seluruh wajah dan tubuhnya, terlihat begitu miris, membuatku beku ditempat ..ia masih meragukan kehadiranku...namun detik-detik berlalu sosokku tak pudar dan semakin nyata dimatanya, wanita yang sering kali menelan hinaanku nampak bersyukur.

Apa yang kulihat pun semakin nyata..bukan ilusi, bukan bayangan gelapku, jika dia korban disiksa habis-habisan.
Ya...mereka melakukannya seperti binatang.

Cateluna disiksa secara kejam...oleh tangan malaikatku. Sialan!

kecantikannya kini terhias luka mengerikan sebagai bukti..mariana sudah kehilangan akal sehatnya.

***Prelude***

William pov

"Jangan bergerak....jangan berani menyentuhku"kataku agak ketus namun mengandung peringatan dengan gerakan mataku agar ia faham bukan itu maksudku..aku berharap ia tak sedikitpun menyentuhku karena..

Seseorang mengawasi kami.

Manik matanya sesaat menelaah sosok dibalik wajahku.

Dia menatapku kebingungan sekaligus heran, mengapa aku berkata seperti itu disaat kelegaan baru saja menyelimuti hatinya...disaat dia melihat cahaya dari mataku.

kedua mata cateluna membulat pekat, segelap warna ruangan ini..dia mengikuti baik gerakan mataku.

Bahwa kami tak hanya berdua...akhirnya dia menyadari kedatanganku belum tentu membebaskannya.

Aku sengaja melirik ke arah dimana pram pesuruh mariana yang dengan beraninya menempelkan pisau belati dipunggungku...menunjukkan pada cateluna.

Pria dibelakangku mengawasi kami dengan sebuah ancaman, dan jika wanita ini berani bergerak...sudah pasti aku atau dia yang akan ditusuk.

"Anda yang jangan bergerak tuan...aku bisa melukai anda jika anda sampai menolongnya" kata pram tak main-main dengan ucapannya, dia seperti hewan peliharaan yang setia yang tak akan berani mengkhianti majikkannya.

Membuatku meringis jijik.

Aku mendengus jengah mengangkat kedua tanganku, seperti maling menyerahkan diri.

sial! Aku william margot menyerah seperti ini?! Brengsek! Umpatku dalam hati.

Pemuda ini berani-beraninya menantangku, disaat lawannya tak membawa senjata apapun, disaat tanganku kosong.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang