Please...remember me.. -1-

8.3K 394 66
                                    

*happy reading everyones

^_^ terimakasih udah mau menunggu di up seminggu sekali. Hihi setiap jumat (kemungkinan),

Part yang sengaja aku buat panjang untuk kalian. 😊

Vanilla pov

Lepas...

Lepaskan dia . . .

Menjauh darinya

Aku mohon...

Jangan memeluknya..

jangan javier...

***PRELUDE***

Jeanita...entah sejak kapan dia menunggu dan dari mana dia mengetahui rumah kak cateluna, tiba -tiba wanita cantik ini muncul berlumur kesedihan, menyadari kedatangan kamj jean berdiri dari anak tangga, dengan langkah besarnya menghampiri javier lalu tangisnya pecah dipelukkan javier, wanita bertubuh amat mungil ini mendekap erat pria yang kucintai didepan mataku tanpa rasa bersalah.

Dia menangis meraung-raung dihiasi kalimat yang tak bisa ku mengerti, hanya dia dan javier memahami arah pembicaraan mereka, dan hanya dia yang berani menawan javier dalam pelukannya.

Mata dan tubuhku terpaku dalam kejut, Seperti di sengat aliran listrik, seluruh tubuh hingga ujung tanganku yang diborgol menegang, hatiku mencelos hingga tak mampu berkata-kata melihat keduanya saling mengeratkan pelukan.

Rasanya frustasi saat tubuhku tak bisa menjauh atau menghindari pemandangan menyakitkan yang ku nikmati dengan kesadaran penuh dan hati merana.

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa mereka bertemu di saat seperti ini? Dan...berpelukkan didepanku

Aku memang bukan kak luna..javier mengetahui itu tapi tidak dengan jean. Wanita ini tidak tahu apa-apa..lain hal jika william sudah membocorkan rahasiaku pada jean. Tapi memeluk calon suami kak luna?!...apa itu tidak kelewatan?

Rasa marah pun menggelayut di benakku namun percuma.

Di saat jean merasa hancur oleh kata-katanya, javier dengan tangan terbuka menerima kehancuran jean lewat kasih sayang yang tak pernah padam untuknya.

oh Tuhan ternyata begitu besarnya dia mencintai wanita itu

Betapa beruntungnya jeanita, meskipun sudah menikah dan berstatuskan istri orang lain..wanita pemilik mata sayu ini masih memiliki singgasana terpenting dihati javier, sementara aku yang hanya menjadi momok kehidupan javier tak mampu melupakan bagaimana dia menitihkan air mata dan perasaannya remuk oleh semua ulahku dan kak luna.

Di depanku tanpa malu-malu ataupun sungkan javier mengeratkan seluruh jemarinya mencengkram kepala jean, usapan lembutnya menyusuri belahan rambut jean, sentuhannya sebagai tanda betapa ia sangat merindukan wanita yang teramat dicintainya. Hingga nyaliku menciut dan mulutku membisu, memandangi mereka dengan tatapan pasrah.

Mataku tak berkedip sedikitpun mencermati gerak gerik keduanya, meski warna mataku menggelap dan membulat diantara rasa getar tubuhku yang getarannya menguat dua kali lipat bila dibandingkan saat william membongkar masalahku.

Ada panas yang lebih panas membara dihatiku.. dan aku benci karena panas itu berasal dari dua insan manusia yang melepas rasa rindu mereka melalui kata demi kata.. sentuhan demi sentuhan.

Tanpa menyadari...bahagia mereka..mula hancurnya harapanku.

"Seharusnya aku tidak pernah menuruti kata-katamu javier! Seharusnya tidak pernah..!"ungkap jean pedih, air matanya terus menetes, ia merintih sejadi-jadinya dalam dekapan javier..membuat mata sayunya kian menyipit , jemari kecilnya tak urung memukul dada pria yang membuat wajahnya semerah wajah pria yang masih sangat dicintainya.

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang