Rahasia -bagian 1-

11.3K 523 12
                                    

Vanilla POV

Bicara tentang pengakuan...sebenarnya ini bukan pengakuan atas kesalahan yang kubuat.

Hei...aku benar-benar tidak salah dalam hal ini!

Aku hanya mengikuti alur dimana mereka membuatku terjebak pada posisi yang tidak semestinya. Kalian mengerti maksudku? Semua berawal dari kemiripan wajahku dengan kakakku yang hilang entah kemana.

Memang...semua orang menginginkan berada di posisi kakakku , dia wanita cantik, pintar mencari uang, pendiam (itu sudah sifatnya), lemah lembut (itu opini ibuku) dan pandai menyusahkan orang (nah itu opiniku).

Aku mendesah berat melihat keselilingku, rumah tante claudia begitulah seingatku dia menyebutkan namanya, bagiku dia benar-benar sosok seorang wanita sejati. Semua benda tertata rapih pada tempatnya, tidak ada celah untukku mengumpat bahwa dia wanita yang hanya doyan berbelanja atau hanya mengurusi kerut mukanya, dia jauh dari kata wanita sosialita.

Ruangan yang amat besar itu mengusung tema modern sweet, aku bisa melihat dari caranya menata ruangan sangat seimbang, Kesan mewah itu sengaja dipadu padankan beberapa motif bunga lily, aneka macam mawar, lotus dan bahkan tulip membaur cantik dengan permainan warna yang menakjubkan. Cukup mengesankan mataku.
Sebagai orang awam berada dirumah orang kaya rasanya aku menjadi sangat norak, keinginan memiliki rumah yang sama tak ayal memenuhi benakku.

Aku tak bisa menahan mulutku untuk tak mengumpat kata wah ketika setiap sudut ruangan ini memanjakan mataku. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan arti benda mewah dengan benar..yang kutahu. Wanita ini berhasil mengenalkan arti keindahan yang belum pernah kulihat atau kurasa sebelumnya.

"Ini minumlah..."dia muncul dari belakangku, senyumnya masih seramah sejak awal kami bertemu.

Aku terpaku melihatnya menyiapkan minuman itu tanpa bantuan pelayan. Seakan akan penyambutan itu murni untukku, tamu yang tak diduga.

"Terimakasih"ucapku mengambil alih cangkir kecil berdesign bunga bersama malaikat kecil yang menguarkan kepulan asap hangat.

"Hati-hati" ia berpesan ramah diselingi senyum khas keibuan yang membuatku merasa jauh lebih baik, Ya...inilah alasan mengapa aku lebih memilih terjebak bersamanya dari pada mati karena pesona tunangan kakakku.

Tapi...perlakuan baiknya padaku bukan berati aku bisa duduk tenang, mungkin ini keresahanku semata. Aku memutar cangkir teh sambil menimang-nimang sesuatu. Apakah harus mengatakan sekarang atau menunggu sampai ia bertanya, aku bingung ketika ada orang baik melihatku penuh kelembutan seperti menunggu penjelasan,oh vanilla apa yang kau khawatirkan? lagipula aku memang tidak berniat sedikitpun untuk membuat rahasia padanya.

"Teh ini aku dapat dari suamiku...teh camomile yang sehat dari kota malang, cobalah ini bagus untuk tidurmu.."selorohnya menceritakan filosofi teh beraroma camomile dihadapanku, huah....aromanya amat menyentuh. Topik teh mengawali pembicaraan kami yang sempat membisu beberapa saat yang lalu.

Aku tersenyum kikuk sambil mengangguk faham, menyesap teh hijau  muda kekuningan yang dimaksud dengan patuh. Rasanya memang agak manis tetapi aromanya membuat perasaanku menjadi lebih baik. Aku menatap mata yang menunggu komentarku akan teh buatannya "anda benar...teh ini membuatku merasa lebih baik"kuucapkan kata-kata tulus yang keluar dari hatiku, hingga si pemilik cangkir tersenyum puas.

"Baguslah..lain kali tante akan membuat teh caramel untukmu...jadi sering-seringlah datang kesini, aku senang...jika ada teman sepertimu"ujarnya sangat bahagia. Wajah cantiknya memerah diiringi helaan nafas beratku "aku..aku tidak tahu"sambungku ragu.

Mata itu bergerak bingung.

"jujur aku senang kau berubah menjadi lebih baik...Ini pertama kalinya kau datang kerumahku kan?...biasanya kau hanya menyapaku di mini market dengan bicara seadanya atau sekedar basa basi saat kita tak sengaja bertemu ditaman..." mendengar cerita tante aku tak kaget mengingat bagaimana gaya kakakku bertetangga, dia sangat buruk dalam hal bersosialisasi

PRELUDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang