Bagian 22

4.9K 266 1
                                    

Velo PoV

Sejujurnya, semalaman aku tidak bisa memejamkan mataku, aku hanya terduduk di sofa memandangi Dera yang tidur di atas ranjang ku.

Aku sudah menghubungi Aprill, mengajaknya bertemu karna aku ingin menanyakan banyak hal mengenai Dera. Aku yakin Aprill pasti mengetahui masa lalu Dera. Tapi jawaban Aprill sungguh mengecewakan, saat ini ia dan Rangga beserta baby Kanaya tidak berada di Jakarta, mereka sedang berlibur ke Surabaya menemui keluarga besar Rangga.

Pikiran ku buntu...

Tidak ada yang mengenal Dera dengan baik seperti Aprill. Siapa lagi yang bisa membantu ku...??

Tadi malam dalam tidurnya Dera meracau kembali, ia menangis bahkan menjerit seperti sedang mengalami mimpi buruk.

Aku tidak tau harus berbuat apa, oleh karna itu aku memanggil Amanda agar membantu ku menenangkan Dera kembali.

Dera akhirnya tertidur setelah Amanda membangunkannya. Tapi sepertinya saat itu Dera sedang dalam kondisi tidak sadar. Ia berhenti menangis dan menjerit, ia membuka matanya sebentar namun setelah itu ia tertidur kembali hingga pagi.

Amanda mengingatkan ku untuk secepatnya mencarikan terapis untuk Dera. Namun sebelum aku melakukan itu aku harus tau dulu kejadian apa yang sudah membuat Dera trauma seperti sekarang ini.

Pagi ini mungkin adalah pagi yang paling menyenangkan dalam hidup ku. Melihat Dera terbangun dari tidurnya... entah mengapa jantungku terasa berdebar debar. Ia terlihat sangat cantik dan menggoda.

Menggoda??

Ya...

Bibirnya kemerahan... rambutnya berantakan dan sedikit tergerai di sebelah sisi wajahnya.

Damn sexy...

Kata yang tepat untuk sekretaris ku ini.

Aku telah meminta Erlangga untuk menggantikan tugas tugas Dera di kantor hari ini juga menghandle beberapa pekerjaan ku.

Erlangga sangat terkejut saat aku menceritakan tentang kondisi Dera, ia pun menyarankan hal yang sama seperti Amanda, Dera perlu terapis.

Kini gadis cantik itu duduk di samping ku...

Akhirnya Dera mau aku antarkan pulang setelah aku memaksanya dan di bantu mama tentunya.

"Hm, Dera..."

Dera menatap ku namun cepat cepat aku memalingkan wajah menghindari tatapan matanya.

Tatapan Dera itu seolah olah mampu merontokkan seluruh persendian ku.

Aku belum pernah merasakan seperti ini selama aku mengenal Dera.

"Mengapa aku tidak boleh mengantar mu hingga ke rumah??" Tanya ku sambil tetap memfokuskan diri pada jalanan di depan ku.

Dera memang setuju aku mengantarkannya pulang namun ia tidak ingin diantar hingga ke rumahnya. Ia meminta ku mengantarnya ke butik Sarah yang terletak di sebuah pusat perbelanjaan.

Menghindari perdebatan, aku mengiyakan permintaan Dera. Setidaknya aku bisa memastikan ia tiba di tempat yang aman.

Lama Dera terdiam, ia seperti sedang memikirkan jawaban atas pertanyaan ku tadi.

"Tidak usah di jawab kalau kau tidak mau..." aku mengalah, aku tidak ingin memaksanya menjawab pertanyaan ku tadi.

"Saya tinggal di rumah mami Vero..."

Ciiiiiittt

Mendengar jawaban Dera spontan aku menginjak rem dalam dalam. Untung saja di belakang tidak ada kendaraan lain jika tidak pasti sudah terjadi kecelakaan beruntun sekarang.

Kupu Kupu Liarku (COMPLETED)Where stories live. Discover now