4 - Pertolongan

2K 337 73
                                    

"Can you help me, please?" pinta Yuki dengan nada memohon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Can you help me, please?" pinta Yuki dengan nada memohon.

Pria itu memperhatikan Yuki dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gadis di hadapannya itu memiliki postur tubuh kurus, dan tinggi yang lebih rendah darinya. Imut. Satu kata yang terlintas di pikirannya untuk gadis itu.

"Apa kau mau minta tanda tangan? atau foto?" jawab pria yang ada di hadapan Yuki dengan pertanyaan.

Tanda tangan? Buat apa? Memangnya dia artis?'

"Bukan, bukan. Saat ini aku sedang sangat butuh bantuan."

"Apa kau tidak mengenalku?"

Orang ini kenapa malah bertanya begitu?

Yuki hanya mengomel dalam hati. Pria itu adalah satu-satunya harapan untuknya.

"Maaf. Tapi aku baru tiba di Korea siang tadi. Sebenarnya aku ingin berlibur ke Jepang tapi karena salah naik pesawat, aku jadi ke sini. Selain itu, aku tidak punya uang untuk membeli tiket pulang ke Indonesia. Dan aku juga tidak tahu harus ke mana. Aku tidak tahu apa-apa soal Korea." jelas Yuki panjang lebar.

Pria itu mengangguk pelan sembari ber-oh ria.

"Kumohon, tolong aku!" pinta Yuki lagi.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" tanya pria itu.

Dia mau menolongku?

Yuki berpikir sejenak. Pertolongan apa yang akan dia minta, dan akan disanggupi oleh pria itu. "Aku tidak mungkin meminjam uangmu karena tidak tahu kapan akan mengembalikannya. Bagaimana kalau aku bekerja denganmu?"

Pria itu sontak menampilkan raut heran. "Bekerja?"

"Iya. Kau tinggal di apartemen ini, kan? Kau bisa memperkerjakanku seperti ... bersih-bersih mungkin?"

Tawaran Yuki akan menguntungkannya dua kali. Selain mendapat bayaran, juga mendapat tempat tinggal.

"Hmm ... aku memang butuh orang, sih---tapi selain itu, apa kau bisa memasak?"

"Iya, aku bisa." jawab Yuki spontan. Yah, meskipun tidak terlalu jago masak, namun dia bisa memasak beberapa makanan. Ternyata keahlian kecilnya berguna juga di saat situasi seperti ini.

"Tapi aku tinggal di apartemenmu, kan? Soalnya aku tidak tahu harus tinggal di mana," tambah Yuki.

"Iya, tenang saja. Kalau begitu kau sudah bisa bekerja hari ini." jelas pria itu.

"Oh, iya ... namamu siapa?" tanya Yuki.

Pria itu tampak diam sejenak---seperti tengah memikirkan sesuatu. Menjawab nama kenapa harus berpikir?

"J-- Jun" jawabnya.

Yuki mengangguk. "Aku Yuki."

"Ayo, langsung saja!" pinta pria bernama asli Jeon Jungkook itu. Dia berjalan mendahului Yuki, memasuki lobby apartemen menuju lift yang terdapat di sana.

Yuki berlari kecil, mengikuti langkah Jungkook di depannya, sembari mengagumi kemewahan yang ada di dalam gedung.

Berapa harga sewa untuk apartemen ini, ya? pikir Yuki.

"Oh, iya ... nanti aku tidur di mana?" tanya Yuki tiba-tiba, begitu mereka tiba di depan lift---menunggunya terbuka.

Yuki benar-benar tidak memikirkannya dulu apa yang akan terjadi padanya nanti. Mengingat dia akan tinggal bersama seorang pris yang baru ditemuinya. Hanya berdua saja di bawah maunya atap yang sama.

"Tenang saja, kita tidur terpisah. Aku punya tiga kamar. Kau bisa memakainya salah satu." Sepertinya Jungkook mengerti maksud Yuki.

Yuki menghela napas lega. Tak lama kemudian, pintu lift pun terbuka, lantas, mereka berdua masuk ke dalamnya bersamaan. Pun, Jungkook menekan tombol 17 pada pilihan yang tertera.

Oh, ternyata gedung ini sampai lantai 20. batin Yuki, setelah mengamati angka yang tertera pada tombol lift. Karena semenjak datang pertama kali, dia sangat penasaran akan berapa lantai tinggi gedung yang dia pijak sekarang.

Tidak lama menunggu, lift tiba di lantai 17---lantai di mana Jungkook tinggal. Mereka berdua pun berjalan keluar menuju unit nomor 1705 yang tertera di depan pintu.

Dalam satu lantai gedung, hanya berisikan 8 unit yang berjejer rapi. Mungkin karena tergolong mewah, sehingga tidak perlu diisi banyak unit. Dan di setiap pintu apartemen, terdapat tombol-tombol sandi sebagai pengganti kunci rumah, yang letaknya di bawah knop pintu.

Setibanya di depan unitnya, Jungkook menekan 4 tombol angka sandi apartemenya---tanpa di ketahui Yuki, lalu membukanya.

Tanpa diberi aba-aba, Yuki pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen pribadi pria itu.

Yuki sontak tertegun mengamati seluruh isi ruangan dari ambang pintu.

Wow, bagus sekali!

Hanya itu yang bisa diucapkan gadis mengagumi betapa besar, luas, dan mewahnya apartemen yang dia pijak sekarang.

Apartemen Jungkook memiliki dua lantai. Dari pintu masuk, terdapat toilet kecil di sebelah kiri, lalu terdapat ruang tamu yang dilengkapi sofa, coffee table, tv yang menempel di dinding, dan karpet berukuran sedang di bawah meja.

Lalu terdapat dapur yang tidak terlalu luas dengan berbagai macam peralatan yang lengkap, serta terdapat meja makan yang tidak jauh dari sana. Tidak jauh dari dapur terdapat tangga dan di sampingnya terdapat sebuah kamar---kamar yang ditempati Jungkook.

"Kamarmu di atas, ya." ujar Jungkook, menyadarkan Yuki yang masih mengagumi seks lantai satu.

"Ah, iya. Baiklah." Yuki pun mulai menarik kopernya menuju anak tangga. Terlihat betapa kerepotannya dia mengangkat barang bawaannya menaiki satu per satu anak tangga.

"Biar aku bantu." Melihatnya, Jungkook pun langsung mengambil alih koper yang dipegang Yuki.

"Aaa, iya. Terima kasih."

Jun baik sekali ... aku sudah diberi pekerjaan, tempat tinggal, dan dia juga menolongku.

Yuki tersenyum dalam diam, mengagumi kebaikan Jungkook.

Tapi di balik kebaikannya tidak ada hal lain kan, ya?

Entah kenapa, kata hati lainnya tiba-tiba meragukan Jungkook. Karena sekali lagi, dia tinggal hanya berdua bersama pria asing bawah satu atap.

Mereka pun tiba di lantai dua. Di sana terdapat ruang terbuka sebagai tempat santai, pintu besar menuju balkon apartemen, dua kamar tidur, dan satu kamar mandi.

"Nah, Yuki ... pilihlah kamar yang mau kau tempati. Istirahat saja dulu. Kau pasti lelah." papar Jungkook.

"I-- iya, baiklah. Terima kasih."

Usai memilih, Yuki memasuki salah satu kamar yang terletak di dekat balkon. Lagi-lagi, seisi kamar kembali membuatnya tertegun. Dan dirasa cukup mengagumi seluruh kemewahan di depan mata, Yuki pun mengistirahatkan badannya tanpa membereskan barang-barangnya terlebih dahulu. Sedangkan Jungkook, kembali ke kamarnya yang terletak di lantai satu.

Hallo Oppa! [END] Where stories live. Discover now