51 - Bertengkar Lagi

849 123 13
                                    

"Kau mau ke mana?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kau mau ke mana?"

Yuki yang tengah menuruni koper di anak tangga terakhir dengan berjalan mundur, dikejutkan oleh suara Jungkook di belakangnya.

Sejak ditinggal Jungkook pagi tadi, Yuki hanya mengurung diri di kamar sambil menangis. Dan tertidur sampai sore karena kelelahan. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari apartemen ini dengan cara diam-diam. Tapi justru ketahuan.

"Ka-- kau di rumah?"

"Aku tanya, kau mau kemana?"

"A-- aku akan pergi," Yuki kembali menunduk

"Malam-malam begini?"

Yuki mengangguk pelan.

"Kau tidak suka di sini?"

"Bukan begitu,"

"Apa aku kurang baik padamu?"

"Tolong jangan salah paham,"

"Kau datang dengan baik-baik, lakukan hal yang sama saat kau pergi!" Jungkook meninggikan suaranya.

Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Yuki yang ingin kabur dalam situasi seperti ini.

"Maafkan aku," Yuki tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Selain kata maaf.

"Baiklah, lakukan sesukamu. Pintu keluar ada di depan sana." Jungkook menunjuk pintu rumahnya, dan mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Apakah dia benar-benar membiarkanku pergi?

"Maafkan aku," lirih Yuki melewati Jungkook sambil menyeret kopernya, menuju pintu dengan berjalan perlahan.
.
.
.
.
.
.

"Tidak semudah itu!"

Jungkook bergegas menghampiri Yuki sebelum gadis itu keluar, dan mendorongnya. Sampai punggung Yuki terbentur dinding.

"Aw," rintih Yuki.

"Kau pikir bisa pergi begitu saja?!"

Jungkook mencengkeram kedua bahu Yuki dan menatapnya tajam. Tidak memberikan ruang dan jarak untuknya bisa kabur. Bahkan Yuki dapat merasakan nafas Jungkook yang memburu, penuh dengan luapan emosi.

Yuki gemetar, dia sangat takut dengan sikap Jungkook sekarang. Dia hanya bisa menunduk dan memejamkan matanya dengan jantung yang berdegup kencang.

Cengkeraman Jungkook perlahan melonggar. Melihat sekilas mata sayu Yuki yang habis menangis. Dan gadis di hadapannya sangat ketakutan.

Jungkook tidak berniat menyakiti Yuki. Tapi hatinya sakit melihat gadis itu akan pergi juga meninggalkan dirinya, seperti yang lain. Dan Jungkook benci itu. Tapi dia tidak sanggup untuk memohon, ataupun mengatakan jangan.

"AH!" Jungkook meninju dinding di samping Yuki berdiri dengan keras. Dia sangat frustasi, tidak tahu bagaimana mengekspresikan marahnya.

Seketika Yuki membuka matanya, dan semakin gemetar melihat punggung tangan Jungkook berdarah. Hantaman pada dinding membuat kulit tangan Jungkook sobek.

"Jungkook, tanganmu..." Yuki masih sempat mengkhawatirkan pria di hadapannya dibandingkan dirinya sendiri. Mengesampingkan rasa takutnya.

Jungkook tidak peduli dengan tangannya. Rasa sakit di hatinya lebih besar daripada lukanya.

Dia pun jatuh terduduk sambil meringkuk, memegangi kepalanya yang terasa berat.

"Aku hanya ingin bahagia," lirih Jungkook.

Jungkook menggigit bibir bawahnya. Tangisnya pun pecah. Luapan amarah yang sejak pagi dia tahan tergantikan dengan tangisan.

Yuki merasa sesak. Dia dapat merasakan kesedihan mendalam yang dialami Jungkook.

Jungkook yang biasanya selalu ceria dan kuat, tapi sekarang justru menunjukkan kelemahannya, di depannya.

"Jungkook-ssi,"

"Oppa,"

Yuki ikut terduduk di lantai, mencoba menenangkan Jungkook dengan mengusap-usap punggungnya.

"Aku sudah melakukan semuanya, semua hal, aku bisa," lirih Jungkook di sela tangisnya.

Yuki tetap mengusap punggung Jungkook, membiarkan pria itu mengatakan semua perasaannya.

"Tapi, kenapa-- tidak bisa 1 hal itu?" Jungkook mengatur nafasnya. "Aku hanya ingin-- merasakan kehidupan seperti orang lain. Aku juga-- ingin merasakan dicintai, juga-- mencintai seseorang."

Yuki tidak menyadari maksud ucapan Jungkook. Saat ini otaknya tidak bisa menangkap apapun. Yang dia pikirkan hanya menenangkan Jungkook, dan menjadi pendengar tanpa menginterupsinya.

"Dan-- mereka meninggalkanku, tidak ada-- yang membelaku,"

Tangisan Jungkook semakin jadi. Yuki pun menangkup tubuh Jungkook dalam pelukannya. Membiarkan pria itu membasahi bajunya dengan air mata.

 Membiarkan pria itu membasahi bajunya dengan air mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Jungkook akhirnya berhenti menangis. Dia pun menarik diri dari pelukan Yuki dan mengusap wajahnya dengan kaos putihnya.

"Aku akan mengobati tanganmu,"

Yuki bergegas mengambil kotak p3k dari lemari di dapur, dan mulai mengobati tangan Jungkook.

Selagi diobati, Jungkook hanya diam menatap tangannya yang terluka. Dia tidak meringis ataupun merasa kesakitan.

Lalu tatapan Jungkook beralih pada Yuki setelah tangannya selesai dibalut perban.

Jungkook tidak lepas memandang pergerakan Yuki yang sibuk merapikan kembali kotak p3k. Dia pun mengangkat wajah Yuki agar menatapnya juga.

"Waeyo?" Yuki kebingungan dengan sikap Jungkook sekarang. Setelah kemarahan tadi, kini pria di hadapannya menjadi terlihat tidak berdaya.

Perasaan apa ini?

Yuki mulai merasakan debaran jantungnya yang perlahan semakin cepat. Tatapan Jungkook yang mendalam membuatnya gugup.

Perlahan tangan Jungkook menarik tengkuk Yuki, membuat wajahnya semakin mendekat.

Dan sekejap kemudian Jungkook mendaratkan bibirnya pada bibir Yuki. Menciumnya dengan lembut.

Jungkook kemudian melepaskan ciumannya, membelai rambut Yuki. Dan gadis itu selalu membatu setiap mendapat perlakuan tidak terduga dari Jungkook.

"Jangan pergi,"

"Jangan pergi,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hallo Oppa! [END] Where stories live. Discover now