Justin.

"Lovely. Aku sudah mengingat semuanya. Aku mengingat masa-masa kita. Aku mengingat anakku, aku mengingat semuanya. Lovely aku mengerti bahwa kamu menyebunyikannya untuk kebaikan ku juga. Kamu menyembunyikannya sampai aku yang mengingatnya sendiri. Terima kasih lovely. Kamu memang istri terbaikku sayang. Aku sayang sama kamu lovely.
Makasih udh mau jadi istri ku."

"Justin. Aku sangat senang kamu udah mengingatnya semua. Maafkan aku yang sudah menyembunyikan semuanya dari kamu maafkan aku justin...." aku kembali menangis.

Skip

"Lovi.. lovi..." ucap seseorang yang menguncang badanku.

"Lovi ngapain lo tertidur di badan gue ?" Ucap seseorang yang ternyata justin.

"Justin?!" Ucapku kaget. Dan apa itu tadi dia memanggilku lovi, apa tadi aku ketiduran dan hanya memimpikan justin mengingat semuanya.

"Lo ngapain disini" ucap justin.

"gue..gue... cuma njenguk lo aja." Ucapku terbata-bata sambil menghapus air mataku.

"Tapi kenapa sampai tidur di badan gue? " ucap justin heran.

"Maafin gue justin, gue tadi ketiduran"

"Iya deh ga pa pa."

"Yaudah gue pamit pulang dulu aja ya. Mom udah nungguin gue diluar." Ucapku sambil berdiri.

"Iya makasih ya udah jengukin gue."

"Sama-sama"

Aku keluar dari ruangan ini. Mom pattie menatapku dengan pandangan marah.

"Apa ini yang dibilang 5 menit?" Tanya mom.

"Maafin Lovely mom. Lovely mau pamit pulang dulu"

"Jangan seenaknya kamu....." ucapan mom terpotong oleh ucapan ku.

"Udah mom, jangan dibahas lagi. Mending urus justin yang udah bangun didalam"

"Apa?! Justin sudah bangun!" Mom pattie langsung menuju ke ruangan justin dan melupakan masalah 5 menit tadi.

Jadi tadi aku hanya bermimpi.
Justin mengingatku, mengingat anaknya, mengingat masa-masa itu ternyata cuma mimpi.
Mengapa semua ini hanya mimpi. Aku tidak bisa menerima ini. Aku sudah terlanjur bahagia dengan mimpi itu, tapi ternyata itu hanya khayalanku. Mengapa aku memimpikan ini.

Aku kembali menangis sambil berjalan.

Aku memanggil taxi dan menuju ke rumah.

Skip

"Sudah lovely.. bukannya ini yang kamu mau dari awal. Melupakan justin dan membangun keluarga dengan mama dan papa."

"Iya ma, itu semua sudah keputusanku. Tapi gak seperti ini caranya, gak kayak gini ma."

"Sudah lah lovely. Lupakan saja"

Aku melihat alice yang menghampiriku, buru-buru aku menghapus air mataku.
Mama meninggalkan ku berdua dengan alice.

"Mom, bantu alice buat PR ini mom?"

"Iya sini mom bantu."

"Mom. Kenapa mom nangis? " ucap alice yang menghapus air mataku.
Tanpa kusadari aku menitikkan air mata di buku alice.

"Eh alice. Mom ga pa pa, tadi cuma kelilipan. Maafin mom ya, buku kamu jadi basah." Ucapku penuh penyesalan.

"Mom. Alice sebenernya tau apa yang membuat mom jadi sedih kayak gini. Aku tadi denger kata-kata nenek. Dan aku juga melihat dad di TV" ucap alice.

Aku langsung menggendong alice dan memeluknya. Tanpa kusangka alice mengerti masalah dalam keluarga ini. Dan alice bisa menghiburku, padahal ia masih berumur 7 tahun, tepatnya kelas 2 SD.

"Maafin mom kalau mom ngelarang kamu buat ketemu dad." Ucapku.

Memang kemarin saat justin menjemputku menuju acara konsernya, alice melihat justin, tapi kularang untuk menemuinya.

"Iya mom. Alice gak pa pa. Selama ini alice bisa hidup tanpa dad. Alice bisa hidup dengan kakek, nenek, mom, dan axel. Mom gak boleh nangis lagi ya, nanti kalau alice besar, alice bakal tinju orang yang bikin mom nangis. Liat aja nanti, kalau alice sudah besar, dad bakal alice pukul sampai minta maaf ke mom"

Aku semakin menangis mendengar ucapannya, aku memeluknya dengan erat.

Hai.. part ini udah lumayan loh, dari pada part sebelumnya.

apalagi part ini ada feelnya dari pada part sebelumnya.

Oke

Happy reading guys.

Stay With Me, Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang