Part 16

1.1K 69 1
                                    

Hai..hai... makin penasaran gak sama ceritanya.

Langsung aja ya...

Happy reading guys...

Author Pov

Rumah sakit?? Hanya itu kata-kata yang sedari tadi dipendam oleh lovely.
Untuk apa raka berada di rumah sakit yang sangat besar ini.

Lovely hanya bertanya-tanya dalam hati, karena ia takut justin marah jika ia terlalu banyak tanya. Maka ia mengurungkan pertanyaannya.

Lovely hanya mengikuti justin dari belakang, ia membaca ruangan di depannya "ICU"
Justin memasukki ruangan tersebut. Terlihat Raka yang tergeletak disana.
Mata lovely berkaca-kaca melihatnya.

Air mata itu semakin deras saat ia mendengar suara "tttiiiitttt......" ia menoleh ke meja disebelah tempat raka berada. Terdapat garis lurus disana.

Lovely Pov

"RAKA KENAPA,JUSTIN!!! KENAPA LO  GAK BILANG SAMA GUE" bentakku ke Justin saat melihat Raka seperti itu.

"Gue...bingung...jelasinnya"

"RAKA BANGUN!!! KAMU KENAPA BISA KAYAK GINI!!! RAKA...." teriakku semakin menjadi-jadi dan aku menggoyang-goyangkan badan Raka. Disana ada orang tua raka yang hanya menangis tak berdaya melihatku seperti ini.

Aku mendekati ibu raka,
"TANTE, TANTE KENAPA GAK PERNAH BILANG KE LOVELY, SEBENERNYA RAKA ITU KENAPA. IA MENGHILANG SELAMA BERBULAN BULAN, LOVELY STRESS KEHILANGAN RAKA, TAPI UNTUNGNYA LOVELY BISA PERCAYA KATA-KATA TANTE BAHWA RAKA SEDANG BERLIBUR, TAPI INI APA.... TANTE SENGAJA BOHONG YA SAMA LOVELY. TANTE KENAPA TUTUP -TUTUPI DARI LOVELY!!!" ucapku tak tahan menahan emosi ku selama ini. Justin berusaha mencegahku.
Ibu Raka hanya diam mematung dengan caraku.

"Maafin tante, lovely... selama ini tante bohong, tante gak mau bikin kamu khawatir sama keadaan raka." Ibu raka berusaha membujukku. Tapi aku pun masih marah dengannya. Tetapi karena ia seperti mamaku, aku tidak berani membentaknya lagi. Aku merasa bersalah telah membentaknya tadi.

Flashback on (author Pov)

Justin Telah menemukan alamat dimana Raka berada dari salah satu suruhannya. Justin melangkah menuju tempat ICU, ia juga sudah tau jika raka berada di ICU. Tetapi justin masih bertanya-tanya mengapa raka di ruang ICU.

Terlihat Raka terbaring lemah di tempat tidur itu.

"Rak, lo kenapa? Kenapa lo gak ngabarin Lovely" ucap Justin duduk di kursi sebelah Raka.

"Sorry, gue gak bisa kabarin Lovely lagi, maafin gue kalau buat lovely sedih karena kehilangan gue. Gue sakit." Ucap Raka lemah.

"Lo sakit apa sih sebenarnya. Selama lo gak ada, lovely juga sakit. Dia stres gara2 lo menghilang berbulan-bulan"

"Gue sakit kanker otak  dari kecil. Tapi mulai kelihatannya awal2 gue kuliah."

"Tapi seharusnya lo bilang ke lovely, gak nyembunyiin kayak gini"

"Sekali lagi maafin gue, gue gak mau lovely khawatir sama semuanya. Gue takut lovely ngeliat gue gak pantas buat dirinya. Dan gue minta bantuan sama lo justin. Cuma lo orang yang gue percaya, cuma lo orang yang buat Lovely tersenyum. Jagain dia kalau gue udah gak ada. Dan ini cincin pertunangan yang seharusnya gue pakek sama Lovely, sekarang gue kasi buat lo dan Lovely."

"Tunggu, gue akan kembali bawa lovely besok. Jangan buat keputusan lo sendiri. Lovely gk sayang sama gue. Gue akan kembali besok." Setelah itu Justin langsung berpamitan dan pulang.

Flashback off

Lovely Pov

Tapi kenapa Justin, Raka, dan mamanya Raka gak pernah cerita ke aku. Aku hanya bisa menatap Raka yang diangkut oleh mobil jenazah yang akan dikuburkan di Jakarta dari jauh.

Raka orang yang begitu polos, saking polosnya ia tidak memberi tau ku tentang penyakitnya.
Padahal hubungan kita sudah direstui oleh mama.

Mama sekarang hadir di acara pemakaman Raka.
Setelah Raka dikubur, semua menabur bunga di atas tanah. Aku hanya menangis dari tadi.

Aku teringat saat-saat Raka bersamaku. Dan saat ia berkata  ingin melamarku. Oh ya cincin pertunanganku?? Justin!!
Aku tidak melihat justin dari tadi.
Tapi aku melupakannya saat kembali melihat batu nisan di depanku.

Sampai tidak kusadari disini hanya ada mama, aku, dan orang tua raka.

Mama memaksa pulang. Tapi aku tidak mau, aku ingin menemani Raka disini.

"Lovely ayo kita pulang, hujan akan turun."

"Mama pulang aja sendiri. Lovely nanti pulang sendiri."

"Gak papa nih kamu sendirian di sini. Ini kuburan lho"

"Ga papa,ma."

Kulihat mama dan orang tua raka pulang bersama, sedangkan disini aku sendirian. Aku melamun melihat makam Raka. Sampai aku tersadar setelah mendengar suara petir.

Hujan mulai turun. Air hujan mengguyur tubuhku. Tubuhku telah basah kuyup.

Tiba-tiba badanku tidak terkena air hujan, kulihat ada bayangan payung. Kutoleh ternyata Justin yang membawakan ku payung.

"Pulang.." ucap Justin singkat.

"Gak mau"

"Nanti kamu sakit" justin menarik tanganku.

"Aku gak mau, biarin aku sakit" ucapku masih terisak, tapi tidak terlihat, karena tertutup air hujan.

"Keras kepala banget jadi orang." Justin menaruh payungnya. Ia juga hujan-hujanan sepertiku.

"Pakai payungmu Justin, nanti kamu sakit juga," ucapku.

"Biar.. biar aku sakit bersamamu. "

Sudah satu jam kami hujan-hujanan.
hujan sudah berhenti, kulihat justin bersin-bersin.

Aku juga merasa kedinginan. Aku tak tega melihat justin yang terserang flu gara-gara aku.

"Yaudah deh aku pulang."

"nah gitu dong.. ayo" ucap justin yang mimik wajahnya masih datar.

Aku sudah berada di dalam mobil Justin.

"Cincin pertunangan gue dan Raka masih di lo"

"Ya ada di aku"

"Tapi kenapa raka malah ngasihnya ke lo."

"Karena aku yang akan melamarmu."

Aku kaget setengah mati, aku yang tidak mencintai justin sama sekali. Malah akan dilamar olehnya.

Kenapa hidup seperti ini, aku yang dulu menjadi belibers dan justin tidak mengenalku. Sekarang justin ingin melamarku, tetapi aku tidak mencintainya.

"Gak usah dipikir sekarang, jawabnya nanti aja. Nunggu kuliah nya lulus"

"Oh..iya.."

Hai..sorry banget update lama.. sekarang lagi sibuk sekolah.. inu juga part tersedikit nih. Sorry ya, yang penting update lah dikit2.

Happy reading guys...


Stay With Me, Justin BieberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang