Rahasia -bagian 2-

Start from the beginning
                                    

Kualihkan wajahku ketepi jendela, menatap jenuh rumah cateluna yang tak jauh dari rumah yang baru sebulan lalu kutinggali. Aku sengaja melakukannya untuk mengawasi gerak-gerik wanita itu.

"mungkin aku terlalu ikut campur vier...tapi bagaimanapun juga aku harus tahu alasanmu mengapa wanita itu ...maaf maksudku tunanganmu sampai kau tega melukainya " ujar ram meminta alasan yang  masuk akal.

Mencari latar belakang mengapa aku begitu benci pada tunanganku yang justru digilai banyak pria.

Aku mendesah malas sebelum topik pembicaraan kami semakin serius, kepalaku kembali lurus menatap kosong luas hamparan kolam renang "karena aku ingin dia tahu siapa diriku....dia harus mendapatkan luka yang sama seperti yang kudapatkan darinya..." aku menyeringai pahit, menyandarkan kepala ku di sofa, melesatkan pandangan penuh kebencian  yang bisa dirasakan ram "luka dibalas luka...bukankah itu pribahasa yang bagus? Kau pasti mengerti maksudku"lirikku tajam.

Ram menatapku lama, tidak ada respon jelas kecuali bibirnya terkatup rapat. Seakan kalimatku belum bisa menjelaskan apapun. "Lalu apa yang harus kulakukan?" Pada akhirnya ram bertanya walau ragu.

"Tidak sulit...hanya permainkan hatinya seperti kau memainkan peran jahat di film mu. Aku tahu...jam terbangmu dalam dunia akting tidak perlu diragukan lagi...intinya, Buat dia jatuh cinta padamu...buat dia mendambakanmu siang dan malam...buat dia nyaris gila memikirkanmu, tapi jangan pernah sesekali menyentuhnya..karena aku tidak ingin mendapatkan bekas di pernikahanku...ah sebenarnya aku akan membuat dia menjadi perawan tua..seumur hidupnya!"

Tubuh ram membeku bagai balok es,  matanya melebar mendengar tugas mengerikan yang harus dilakukannya.

      kami berteman sudah 3 tahun lebih, tentu ram bisa membedakan perubahanku yang sangat kontras. Aku yang dulunya selalu mudah tersenyum,  si pembuat kegaduhan yang selalu disenangi, sampai  julukkan pohon  rindang dinobatkan padaku karena mereka selalu merasa nyaman didekatku, aku hangat, lucu dan semua kebaikkan lainnya.

kini semuanya berubah total, aku menjadi dingin, angkuh dan tak berperasaan,aku selalu mengabaikan orang-orang  kecuali orang tuaku dan beberapa temanku yang sangat dekat seperti ram salah satunya...aku benar-benar tidak mau terikat dalam hal apapun, yah...aku membuat diriku semakin terlihat buruk.

Tapi percayalah aku tidak perduli pandangan mereka padaku! Lagipula semua orang pasti akan berubah... itu pasti!

     "jujur saja aku masih tidak faham mengapa kau sebenci itu padanya, luka seperti apa yang kau terima sampai kau jadi setega itu, tapi aku yakin...kau melakukan semua ini karena kau juga terluka...dan sangat dalam...vier kau bukan orang yang suka memulai masalah, aku tahu siapa  dirimu"imbuh ram yakin, menyesap secangkir kopi expresso yang sudah dingin, memperhatikan wajahku yang memerah padam, manahan bayangan wajah cateluna seketika memicu amarahku "sangat...sangat dalam"ucapku membalas tatapannya.

"masalah pembayaran kau tenang saja...aku akan membayar penuh dimuka, semakin cepat kau melakukannya akan semakin baik...aku tidak ingin dia bersembunyi untuk yang kedua kalinya...oh ya, aku juga akan memberikan daftar tempat yang sering di kunjungi luna lewat email, semua data dirinya...akan kuserahkan padamu"ku tutup lewat pejaman mata, rasa panas dari dalam tubuhku membuat otakku penat dan letih.

Sekilas telingaku mendengar ram tertawa aneh, aku membuka mata mendapati ram berdiri menatap luas kolam renang dengan tatapan menerawang.

"Lupakan soal bayaran.. apa artinya seorang teman jika suatu hal diukur dengan harga...akan ku lakukan secepatnya" ujung bibir kiri ram terangkat bangga, Entah mengapa aku menjadi sebal dan kembali menutup mataku "jangan sok keren...tapi.."
Ram mendengar jeda dari mulutku, walau pelan aku mengucapkan kata "terimakasih...." dan dia tersenyum geli.

PRELUDEWhere stories live. Discover now